Bab 7 - Heart Beating

28.4K 1.8K 21
                                    

"Jadi kau masih sangat kecewa?"

Itulah hal yang pertama kali aku dengar dari mulut Laras saat dia datang ke apartemen. Baru saja aku membuka pintu untuknya, dia langsung memberondongiku dengan berbagai pertanyaan. Laras sudah tahu segalanya. Setelah aku pulang dari rumah Liam, aku langsung menelefonnya. Menceritakan semua apa yang telah aku alami kepada Laras.

Aku hanya menghela napas satu kali kemudian mempersilahkan Laras masuk ke dalam. Pagi-pagi sekali Laras sudah sampai di sini. Tiba-tiba saja dia datang dan menawarkan diri ketika mengetahui kalau aku sedang kerepotan berkemas―mengepaki seluruh barang-barangku ketika nantinya aku akan pindah ke apartemen milik Liam. Yah, meskipun sebenarnya aku tahu kalau itu hanya alasan-alasan Laras saja, karena sebenarnya Laras hanya ingin mencari tahu dan mewawancaraiku secara langsung tentang kejadian yang terjadi kemarin―saat aku berkunjung ke rumah Liam, dan bertemu dengan calon Mama mertuaku. Laras benar-benar orang yang terlalu ingin tahu. Apalagi ketika aku mengatakan kalau calon Mama mertuaku menganggap aku sebagai Alena.

"Come on. Jujurlah padaku. Apa kau kecewa?"

Aku menggeleng. Kemudian meraih tangannya untuk segera masuk dan membantu Laras untuk duduk di sofa. Kehamilannya yang sudah memasuki trimester ketiga menyulitkannya bahkan ketika ia duduk.

"Kenapa kau ke sini sendirian? Di mana suamimu?"

Laras hanya memutar kedua bola matanya ketika mendengar pertanyaanku. "Come on. Jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan. Kau tahu aku hampir mati penasaran dengan apa yang terjadi padamu di rumah Liam."

"Aku sudah bilang itu tidak penting."

"Huft." Laras melenguh panjang. Menatap diriku yang bersikap seolah tidak perduli. "Sia-sia aku datang ke sini. Padahal aku sudah jauh-jauh kabur dari rumah hanya untuk mengobati rasa penasaranku."

"Astaga jadi kau...?" Tiba-tiba mataku melebar. Pikiranku mulai berpikir yang tidak-tidak.

"Ya. Aku kabur dari rumah." Ucapnya santai. "Dia sedang berjaga di toko ketika aku ke sini. Kau tahu kan? Di usia kehamilanku seperti ini, pasti suamiku tidak mengizinkanku pergi ke mana-mana."

"Are you stupid?" Ucapku spontan. Aku langsung menjitak kepalaku sendiri. Baru saja aku bertemu dengan si bodoh Liam, tapi aku lupa kalau aku juga mempunyai sepupu yang tak kalah stupid-nya dengan Liam.

"Akan ada saatnya kau akan tahu betapa menyenangkannya ketika membuat suami sendiri khawatir akan diri kita." Laras terkekeh. Menaikkan bahunya sambil sedikit melirik ke arahku. "Maksudku, kau akan merasa begitu amat dicintai." Celetuknya.

Aku menggeleng. Mengambil gelas dan mengambilkan air untuk Laras. "Tapi menurutku kau begitu kekanak-kanakan."

"Kalau tidak percaya, coba saja." Laras langsung mengambil handphone-nya dari dalam tas dan memperlihatkannya padaku. "Lihat ini," ucapnya setengah menyenggol lenganku.

Mataku langsung melebar ketika melihat lebih dari seratus panggilan tak terjawab di layar. Lima puluh pesan masuk, dan Laras hanya men-silent handphone-nya. "Lihat. Suamiku imut sekali..." Laras tertawa terbahak-bahak. Membuatku tak habis pikir dengan perilakunya yang teramat sangat kekanak-kanakan.

"Ayo kita foto selfie." Tiba-tiba Laras mengajakku berfoto dengannya. Dan kesetelah itu, ia langsung meng-update foto profil yang terpasang di aplikasi blackbery-nya.

Unexpected Relationshit (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang