Bab 5 - H-7

28.6K 1.8K 39
                                    

Seminggu sebelum pernikahan ternyata sangat merepotkan untukku. Meskipun ini pengalaman keduaku mempersiapkan pesta pernikahan, tapi tetap saja aku masih kerepotan dibuatnya. Aku hanya bisa berharap-harap cemas, setelah kegagalan rencana pernikahan yang kualami sebelumnya, entah mengapa membuatku agak sedikit trauma. Hatiku berdesir penuh kecemasan ketika memoriku dipaksa untuk mengulang lagi kenyataan pahit yang pernah aku alami dulu. Pesta pernikahan yang dulu kusiapkan secara spektakuler ternyata dibatalkan begitu saja secara sepihak. Membuatku merasa khawatir kalau Liam juga akan mengkhianatiku sama seperti mantan tunanganku yang brengsek itu.

Astaga ... harga diriku bahkan dipertaruhkan!

Kutarik napas dalam-dalam. Tanganku kemudian meraih ponsel yang ada di dalam tas lalu dengan cepat menghubungi seseorang.

"Hallo Liam," aku langsung bicara saat ponsel itu terhubung ke pemiliknya.

"Hallo, darling," dan jawaban dari pemilik ponsel langsung membuatku memutar bola mata. Gaya selengekannya terdengar begitu nyaring ketika terdengar dia terkekeh mendapatkan panggilan dariku. "Kenapa pagi-pagi kau sudah menghubungiku? Kau rindu padaku?"

Oh shit! Seharusnya aku tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya. Bukankah kita sama-sama mempunyai misi atas pernikahan ini? Dan Liam, dia tidak akan berani membatalkan pernikahan ini begitu saja. Bukankah Liam pernah mengatakan kalau Mamanya adalah segala-galanya untuknya?

"Liam, kenapa kau sekarang berubah menjadi orang yang sangat menjengkelkan?"

"Oke ... oke." Jawab Liam kemudian. "Aku tidak akan menggodamu. Tapi ada apa sehingga kau menghubungiku pagi-pagi seperti ini?" Tanya Liam kemudian. Terdengar Liam menguap panjang. Sepertinya dia baru bangun dan masih di tempat tidur. Suaranya masih serak ketika aku berbicara dengannya.

"Astaga ... kau baru bangun?" aku kemudian melihat jam yang melingkar di tangan kananku. Pukul delapan pagi dan Liam baru bangun? Ya Tuhan ... apa dia kerbau?

"Kenapa, Maura? Apa kau tertarik ke sini dan menemaniku tidur?"

"Tutup mulutmu, LIAM!"

Ha ha ha. Terdengar tawa Liam begitu keras. Sepertinya dia puas ketika menggodaku. "Masih dua jam lagi restauranku buka. Toh, aku bisa datang kapan saja karena sudah ada pegawai yang mengurusnya. Lagi pula aku perlu istirahat banyak sebelum jatah lajangku habis."

"Memangnya kenapa kalau jatah lajangmu sudah habis?"

"Ahhhh ... akan terlalu banyak kegiatan yang melelahkan sepanjang waktu bersamamu, Maura." Jawab Liam santai.

"Hentikan pemikiran kotormu sekarang juga, LIAM!!!"

Ha ha ha. Dan kali ini Liam tertawa terbahak-bahak. Sepertinya kali ini dia benar-benar puas ketika berhasil menggodaku. "Kau harus ingat perjanjian kontrak kita. Dan aku tidak akan pernah membiarkan kau macam-macam denganku."

Liam masih terkekeh. "Well, maaf maaf. Aku hanya bercanda. Tapi, ada apa kau menghubungiku?" Tanya Liam mengulang lagi pertanyaannya.

Aku menarik napas panjang. Mencoba bersabar menghadapi sikap Liam yang kekanak-kanakan. "Tidak. Aku hanya berjaga-jaga kalau kau tidak akan mengkhianatiku."

Terdengar helaan napas panjang dari seberang telepon. "Come on, jangan samakan aku dengan mantan tunganmu yang brengsek itu."

Mendengar penjelasan Liam, entah mengapa aku sedikit lega. Paling tidak aku sudah mendapatkan jawaban dari mulutnya sendiri kalau dia tidak akan pernah mengkhianatiku. "Oke, kalau begitu lanjutkan pekerjaaanmu," ucapku kemudian.

Unexpected Relationshit (TAMAT)Where stories live. Discover now