Bab 4 - There is something wrong with you

34K 1.9K 25
                                    

"Hahaha." Tawa Laras―sepupuku, langsung menggelegar ke seluruh ruangan saat aku selesai bercerita. Dia tidak bisa berhenti tertawa ketika aku menunjukkan aktivitas sosial media yang dilakukan teman-temanku di masa lalu saat memojokkan diriku dengan begitu menyedihkan.

"Laras, kenapa kau malah menertawakan aku?" Mataku melotot tajam menatap ke arahnya. Tersinggung saat Laras malah tertawa seakan bahagia ketika aku di pojokkan seperti ini.

Laras menggeleng. Mengelus-elus perutnya yang membuncit karena usia kehamilannya yang sudah memasuki tujuh bulan, sambil menarik napasnya dalam-dalam berusaha untuk berhenti tertawa. "Maaf, Maura. Tapi ini lucu sekali."

"Apanya yang lucu?" Pekikku. "Jelas-jelas mereka telah menghancurkan harga diriku."

Laras menarik napas panjang menikmati aroma bunga yang ada di sekitar kami. Berada di toko bunga miliknya memang cukup membuat perasaanku lebih tenang, untuk itu tadi aku langsung datang ke sini.

Laras kemudian meminum air mineral yang ada di atas meja sambil menggeleng-geleng. "Tapi itu bukan sepenuhnya salah mereka. Bukankah memang benar begitu kejadiannya?" Tanya Laras kemudian. "Hanya saja mereka memang kelewat batas."

"Ya. Aku tahu dulu aku memang menyebalkan. Tapi tidak seharusnya mereka memperlakukan aku seperti ini, kan?" Aura sedih yang terpancar dari wajahku membuat Laras langsung mengelus punggung tanganku untuk menenangkan. "Aku tahu waktu itu memang masa-masa tersulitmu. Tapi sudahlah, lupakan saja mereka. Yang terpenting sekarang kau sudah menjadi Maura yang jauh lebih baik."

Dengan cepat aku menggeleng. "Mila, Diana, Liana." Tiba-tiba aku menyebut nama mereka masing-masing. Nama-nama dari orang yang sudah mempermalukanku dengan sengaja. "Aku memang sudah benar-benar melupakannya. Tapi aku tidak bisa membiarkan orang yang menghancurkan harga diriku lolos begitu saja. Aku juga harus membuktikan pada sahabat dan mantan tunanganku kalau aku bisa hidup tanpa mereka." Aku menyipitkan mata sambil menggertakkan gigiku.

"Maura, aku mohon ..." Laras langsung mengerutkan dahinya. "Jangan membuat dendam menguasaimu lagi."

Aku kemudian tersenyum sambil menatap ke arah Laras. "Tenang saja. aku dapat membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk. Sesuatu hal yang boleh dilakukan maupun tidak. Dan aku ... akan menggunakan cara manis untuk membalas mereka." Senyum licikku langsung mengembang.

"Tidak. Tidak." Laras terus menggelengkan kepalanya. "Kau tidak boleh bertindak bodoh, Maura. Mari berdamai dengan masa lalu. Aku tahu masa lalumu memang menyakitkan. Tapi kau harus melupakannya dan membuka lembaran baru untuk menyongsong masa depan. Bukankah dulu kau pernah bilang padaku untuk memaafkan semua orang yang telah menyakitimu?"

Aku melenguh panjang. "Aku tahu, tapi ..."

"Hai ladies ..." Belum selesai aku melanjutkan kata-kataku, tiba-tiba seseorang menepuk bahuku. Laki-laki bertubuh besar dengan tatto di seluruh lengannya langsung duduk di samping Laras. Sejajar dengannya.

"Maaf kalau aku menguping. Tapi kalau aku tidak salah dengar, kalian sedang membahas aksi balas dendam. Right?" Tanyanya sambil melirik ke arahku dan juga Laras―istrinya.

"Ya. Aku tidak tahu dengan kelakuan adikku yang satu ini. Kenapa kau terus-terusan sibuk mengurusi kehidupan masa lalumu? Bukankah itu hanya sebuah ciri khas dari seseorang yang tidak bisa move on?" Ucap Laras spontan.

Skak match.

Lidahku langsung kaku dibuatnya. Aku menatap ke arah laki-laki yang sedari tadi mengelus-elus pundak Laras yang tengah sebal kepadaku. Sepertinya dia tidak ingin istrinya meluapkan amarahnya. Ronald tampak menaikkan sedikit alisnya sambil melirikku. Membuat kode agar aku tidak membalas perkataan dari istrinya yang akan membuat istrinya naik darah lagi. Ya. Mungkin hanya penampilannya saja yang garang, tetapi ternyata dia sangat menyayangi kakakku.

Unexpected Relationshit (TAMAT)Where stories live. Discover now