Chapter 16 : Pengganggu

1.2K 150 6
                                    

Monster laba - laba itu tak dapat berkutik ketika lingkaran dengan simbol kupu - kupu memenuhi tanah yang ia pijak.

Perlahan butiran cahaya berbentuk kupu - kupu kecil beterbangan mengelilingi katana-ku. Mereka terbang kesana - kemari seakan mereka sedang melakukan tarian.

Tarian indah yang disebut kematian.

"A..Ami..?" gumam Irie pelan.

Dalam hitungan sepersekian detik, aku melesat ke arah si monster dan...

SHING!!

Monster laba - laba itu akhirnya terbelah menjadi dua bagian. Darah dan beberapa organ tubuhnya berceceran dimana - mana.

Aku menghembuskan nafas panjang lalu tanpa sadar, dengan sendirinya aku terduduk di tanah. Rasanya seluruh anggota badanku sangat lemas untuk di gerakan.
Apa ini efek dari jurus pengunci tadi?

"Ami, apa kau baik - baik saja?" tanya Irie mendekatiku.

"Aku baik - baik saja" jawabku tersenyum simpul.

"Syukurlah..." gumam Irie bernafas lega.

TEP!

Kutatap Irie yang tiba - tiba saja tersungkur ke tanah. Sebuah bulu hitam menancap tepat di tengkuk lehernya.
Bulu itu menyuntikan racun bius ke dalam tubuh Irie.

"Kurang ajar!" sahutku sembari perlahan mencoba berdiri.

Hatiku marah dan terasa sangat panas. Siapa yang berani - beraninya melakukan hal jahat pada Irie!?

Bola mataku menelisik sekitar dengan teliti. Mencari makhluk hidup yang berpotensi telah melakukan ini pada Irie.
Dasar sialan! Makhluk rendahan!

Bulu.
Satu persatu bulu berwarna hitam jatuh dari langit. Perlahan bulu - bulu hitam itu memenuhi udara sekitar. Membuat hidungku kesulitan mendapatkan oksigen.

Sialan!

"Hei, keluarlah! Jangan main - main denganku!" ancamku keras.

Tak lama kemudian terdengarlah suara tawa anak perempuan yang menggema di seluruh laboratorium ini.
Suara tawa itu membuatku semakin muak saja.

"Tunjukan dirimu, dasar makhluk rendahan!" sahutku kesal.

"Hanya karena kau sang pemilik senjata legendaris, sikapmu sudah setinggi langit!"...

"Jangan banyak bicara!" balasku lantang.

"Ck! Dasar perempuan yang tidak tahu sopan santun. Aku heran kenapa Irie-kun bisa menyukaimu"...

Satu detik... dua detik... lima detik...

SHING!

Aku berhasil menangkis dengan cepat serangan pedang yang entah muncul darimana.

Dan tepat di depanku, kutatap sebuah siluet anak perempuan berambut pendek dengan mata ungu gelapnya yang menyala.

Ia menatapku dengan seringai lebar. Beberapa saat kemudian, cahaya matahari dari atas lubang mulai menerangi sosok siluet itu.

"Kamu kan..?" gumamku kaget setelah sosok anak itu terlihat jelas.

"Harukaze Ami, namamu adalah nama anak perempuan lain yang ingin terakhir kali kudengar dari mulut Irie" ujar anak perempuan itu.

"Setelah itu hanya namakulah yang akan Irie sebut untuk selamanya!".

"Yandere" gumamku sambil menatap matanya lekat.

"Yandere lebih baik daripada sosok pembunuh berdarah dingin sepertimu!" bentak anak itu lalu melompat mundur beberapa meter dari posisiku.

Aku menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kembali. Aku teringat kalau ada hal lain yang harus kulakukan.

"Minggir! Aku tidak ada urusan denganmu" ujarku dingin.

"Cih!! Seenaknya saja kau lari dariku setelah semua omong besarmu itu" tolak anak itu ketus.

"Aku serius. Kita harus menghentikan semua pertarungan bodoh ini. Sejak awal semua hanyalah salah paham" jelasku.

"He? Dasar tukang mengelak" ledeknya.

Seketika bulu - bulu yang berada di udara langsung beterbangan mengelilinginya. Bulu - bulu itu kemudian membentuk sayap gagak berwarna hitam di punggung anak tadi.

Kemudian sesuatu yang tak terduga terjadi. Bayangan - bayangan kecil berbentuk kupu - kupu beterbangan mengelilinginya disertai dengan angin besar.

"A..apa!?" gumamku kaget.

Anak itu menatapku dengan seringainya. Iris mata ungu gelapnya nampak bercahaya dari posisiku.

"Death Butterfly, Shadow Wings Katana".

***

Gakkou SurvivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang