Memilih Cinta*2

21.8K 2.8K 89
                                    

"Bibiiik...." teriakan melengking terdengar dari ujung tangga sebuah rumah mewah.

"Bibiiiiiiiiiiiiiiikkkkkkk........." suara itu berulang dan lengkingannya lebih panjang terdengar.

"Iyaa...iyaa non, saya...."

Tergopoh-gopoh Bik Sar menghampiri Prilly yang sedang menuruni tangga sambil berteriak hingga suaranya yang tanpa mikroponpun sudah memekakkan telinga memenuhi seluruh ruangan.

Memakai kemeja putih dengan bahan halus, terlihat kancing yang dilepas satu lalu dilapisi blazer dipadu dengan rok hitam selutut motif garis-garis vertikal putih juga mengenakan sepatu hak tinggi agar tubuhnya yang mungil terlihat lebih tinggi.

"Bibi nggak nemu anting aku ya? Aku nggak tau ini antingnya lepas dimana?" Prilly bersuara ribut mencari antingnya yang sudah tak terpasang lagi ditempatnya. Bik Sar menggeleng. Dia nggak liat apa-apa waktu beresin kamar si Non.

"Ini pasti gara-gara si Joe, aku benci banget tadi malam itu dia masih ngejar aku, nggak akan aku mau lagi sama dia, diakan penghianat, penjilat, suka cari muka, sok kecakepan, gayanya, iyuhhhhhh......." Prilly mengomel semakin ribut. Kalau saja anaknya pasti Bik Sar akan menutup kupingnya karna merasa berisik. Sayang ini nona besar, bisa dimarahi habis-habisan kalau nutup kuping didepannya.

"Pokoknya bibi harus carikan anting aku!!"

"Kalau antingnya jatuh saat non Prilly pesta tadi malam gimana?"

"Ya udah, aku beli lagi, tapi harus DICARI dulu, jangan bibik biasakan pasrah begitu, didunia ini kalau pasrah kita kalah bik sama keadaan!!"

"Ii...iya Non....!"

Bik Sar menghela napasnya. Ini kapan non-nya jadi pribadi yang lembut ya? Bicara tu selalu keras kayak orang nggak dengarin dia aja. Maunya diperhatikan. Marah-marah nggak jelas, masa gara-gara anting yang cuma berapa juta aja dia ribut. Sejuta dua juta bagi dia mah gampang, kecuali buat bibik, sejuta dua juta buat beli beras berapa karung itu?

Prilly merogoh ponsel dalam tasnya ketika terdengar bunyi panggilan.

Joe kunyuk calling

Prilly tersenyum sinis melihat nama dilayar ponselnya. Tadi malam nama kontak itu dari nama aslinya Joe Kunaya Prilly ubah menjadi Joe Kunyuk. Biarin. Siapa suruh main-main sama Prilly Agatha Subrata, putri raja minyak, Jhonatan Surya Subrata orang terkaya di Indonesia?

"Ada apa lagi?"

"Lo nggak bisa ngomong halus dikit ya?"

"Emang gue nggak pernah mau halus lagi sama lo!!"

"Udahlah Prilly, gimanapun lo nolak gue, orangtua kita sudah memutuskan!"

"Memutuskan apa? Nggak ada yang bisa mutusin selain gue...."

Terdengar suara tawa disebrang sana. Prilly bertambah jengkel mendengarnya.

"Heii manis, bisnis is bisnis, kalau kita bersatu, keberuntungan orangtua dan ketujuh turunannya akan berlimpah dari sekarang!"

"Terlalu yakin lo ya!"

"Bilangan nama kita berdua udah dihitung sama eyang Dirgo, pernikahan kita akan sangat mendatangkan keberuntungan!"

Yaelah Eyang Dirgo guru spiritual orangtua mereka pake disebut-sebut. Guru abal-abal kali tu Eyang, masa sekali kasih hitungan bilangan papinya harus ngasih mahar senilai satu buah sepeda motor? Kira-kira ini mirip sama Kanjeng Penggandaan duit. Memperkaya diri sendiri.

"Ck. Orang gila! Masih percaya sama yang gituan!"

Klik. Prilly menutup telponnya sepihak. Heran. Di jaman modern ini masih saja percaya dengan ramalan-ramalan. Lagian juga ingin kekayaan yang berlimpah dari kekayaan yang sudah mereka miliki sekarang apa tidak tamak dan serakah namanya?

MEMILIH CINTA (Tersedia Versi Cetak)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum