Kinal menarik nafasnya sebal, ketika lupa menaruh kunci mobilnya.. dia merogoh saku celana belakangnya. Sinka menggeliat membuat kinal semakin khawatir.

Kinal lalu meletakan kepala sinka pelan untuk tidak membangunkan sinka gadis yang ia cintai.

Melajukan mobilnya setelah kunci mobilnya dia dapatkan di kantung dalam celana belakangnya.

"Kamu bohong..katanya gak bisa pulang?", gumam sinka dalam demamnya.

"Sayang..kamu tuh, ishhh kenapa demam gak bilang bunda atau bella sih?",jawab kinal mendecakkan sebal karena sinka dapat mencelelakai dirinya sendiri.

Sinka lalu mengangkat kepalanya, melihat dengan senyum bahagia kearah kinal yang mengomel.

Sinka lalu menjemput pipi merah merona milik kinal yang masih bergumam, kinal dengan mendadak mengeram mobilnya. Jalanan desa cukup sepi memang..sehingga tanpa ada masalah untuk rem dadakan ini.

Sinka melumat bibirnya yang ia rindukan itu. Perlahan membuat kinal menegang dengan hadiah paling indah itu, sinka lalu menarik kembali kepalanya kearah belakang.

"Aku tau aku salah, tapi aku juga lagi sebel sama kamu..jadi please jangan ngomel lagi!", sinka meletakan ringan kepalanya.

Menurunkan posisi tempat duduknya, memejamkan matanya.

"Kita ke dokter sayang..kamu tahan ya?", kinal mengelap air matanya yang mulai lolos karena terharu.

"Jangan cengeng ..", tawa sinka membuat kinal tersenyum.

"Lagian..aku suruh tahan dikira orang melahirkan?", lanjut sinka membuat kinal menggeleng.

Keduanya hanya larut dalam kesunyian, suara jangkrik menghiasi tiap perjalanan panjang mereka.

Mobil dengan teratur kecepatannya membuat kinal melirik sang kekasih yang terlelap.

"Udah sampek sayang?", sinka dibantu kinal mengangkat kepalanya dengan pelan.

Sinka dituntun pelan oleh kinal masuk keruangan dokter, lalu sinka cukup kaget ternyata ketika lampu mendadak padam. Dia langsung berteriak bersembunyi kedekapan kinal.

"Kak aku takut beneran..", ungkap sinka kinal hanya mendekap pelan membawa sinka kesebuah ruangan yang sejak kapan begitu ramai.

Cahaya lilin dan gantungan hiasan dengan tulisan, hiasan mengenai peresmian sebuah gedung.

"Tunggu..aku gak ngerti kenapa kalian ada di sini?", tanya sinka linglung memegang kepalanya yang sejak tadi terasa pusing namun tiba-tiba menjadi berkurang. Melihat sisi kanan kiri dirinya memperhatikan bangunan yang tampak baru di dirikan, sebuah klinik lumayan besar dengan beberapa kamar.

Kinal bersama deretan keluarga sinka membuat sinka kembali tersenyum menggeleng menyadari kejutan ini.

Shinta,tersenyum memeluk adiknya erat.

"Selamat ya bu.dokter..!", bisik shinta menggoda sang adik.

"Ah..", sinka kembali terkejut dia yakin ini adalah yang kinal rencanakan mengenai klinik itu.

"Iya ini buat kamu..aku hanya bisa kasih ini, maaf ya sayang udah buat kamu demam kaya gini?", kinal berlutut diberi beberapa tepukan oleh teman dan keluarga dari sinka.

Hadir shinta dan mama papa sinka.. disela kesibukan kantornya, walaupun kinal yang memiliki perusahaan itu. Tetap saja yang mengelola adalah keluarga sinka.

"Aku gak bisa ngomong gimana lagi kak..!",sinka membuat guratan merah dipipi mengan harunya.

"Udah jangan nangis..", kinal menenangkan.

Tooku ni Ite Mo (End)Where stories live. Discover now