#36 - Truth Or Dare

4.8K 335 2
                                    

Tahun 2016.
Jember.

Cuaca agak mendung sore ini, 7 orang mahasiswa yang masih menikmati liburannya diam didalam satu ruangan kosong yang suka dipakai Nenek Sim, neneknya Karan berlatih menari tradisional dulu sewaktu masih muda, termasuk Windri yang dulu pernah diajak latihan bersama Enda. Ruangan yang masih bersih dan terawat karena sarni, budhe Karan itulah yang selalu membersihkan ruangan ini karena memang ruangannya tidak terlalu besar dan gampang diurus. Semua temboknya ditancapi cermin, dan latarnya bewarna putih tulang agak kusam, sedangkan lantainya terbuat dari ubin yang kalau dibuat duduk tidak masalah, karena tidak kotor.

Truth or Dare, permainan yang sudah sering kali dimainkan. Permainan yang diyakini mampu membongkar sebuah rahasia yang sebenarnya tidak ingin diungkapkan. Permainan yang menguras keringat karena gugup, takut ditanya. Jujur adalah sebuah hal yang melegakan, namun kadang juga menyakitkan. Itu berlaku, untuk kali ini. Semoga saja hanya melegakan, bukan menyakitkan. Dan mereka bertujuh sekarang sudah siap memutar botol kaca bekas marjan yang nanti akan menunjuk salah satu orang untuk kemudian ditanya oleh orang yang memutarnya.

Permainan dimulai. Si pemutar adalah Bram. Botol diputar, lalu tidak lama berhenti tepat di depan Karan yang saat ini sudah siap menerima pertanyaan dari Bram.

"Karan." Panggil Bram sambil menaikkan ujung bibirnya, seperti ingin menanyakan hal yang usil.

"Ya bang." Jawab Karan sambil melipat tangannya didada. Lengannya serasa disenggol pelan oleh Kiran, bermaksut ingin menggoda.

"Lo pernah suka cewek lain gak, selain Kiran?" Tanya Bram seraya tersenyum, membuat beberapa dari yang lain bersiul-siul, termasuk Gin yang memang hebring.

Karan langsung menggeleng, "enggak!" Katanya sambil menengok kearah Kiran dengan tatapan sok serius. Kiran yang ditatap seperti memasang wajah memerah karena malu. Siulan tadi makin keras, membuat pipi Kiran makin bersemu.

"Oke. Giliran lo Ran." Ujar Bram menyuruh Karan untuk memutar botolnya.

Botolnya diputar cepat dan berakhir cepat pula pada Haikal.

Haikal menaikkan sedikit alisnya. Matanya bertemu dengan Kiran yang juga menggodanya. Memang, semenjak di jember Haikal nampak agak diam dan tidak bawel, beda dengan biasanya. Cowok itu sedikit menghela nafas panjang, kemudian matanya mengarah pada Karan yang berada di sisi kanannya.

"Ada cewek yang lo suka disini?" Tanya Karan sambil cengegesan, matanya saling melempar sinyal ke Kiran karena menurut Kiran, itu adalah pertanyaan yang cukup bagus.

Tanpa berfikir lagi, tanpa berlama-lama, Haikal langsung menjawab "Ada." Sambil memutar botolnya.

Karan, entah bagaimana cowok itu merasakan ada yang aneh dengan jawaban Haikal. Entah kenapa baginya, dia harus menanyakan lagi siapa yang Haikal sukai. Karena secara tidak sengaja, barusan, saat Haikal menjawab demikian, matanya melirik ke seseorang yang membuat hati Karan berdegub dan kepalanya berputar penasaran.

Botol yang tadi diputar, menunjuk tepat pada Kiran yang duduk disebelah Haikal. Mata cowok itu seakan menerobos masuk kedalam mata hitam Kiran yang wajahnya datar.

Haikal menghela nafas lagi, "Ran, lo cinta sama siapa?"

Kiran mendelik, sedangkan yang lainnya bersiulan.

Gin bersorak, "yailah pake segala ditanya haha." Sambil melirik kearah Karan, yang Gin yakin pasti jawabannya adalah cowok itu.

Sera ikutan mengangguk.

Bram tertawa meledek, "pertanyaan  yang gak perlu ditanya bro."

Haikal berdesis, dia fokus lagi ke Kiran yang jadi agak salah tingkah. Memang benar cewek itu akan menjawab nama Karan, namun bagaimana jadinya jika dia menjawab didepan semua orang yang selama ini tahu bahwa Kiran adalah orang yang cuek yang sedikit mustahil menyatakan cinta secara tidak langsung didepan umum macam ini. Ah, Haikal, mungkin sehabis ini cowok itu akan kena pukul oleh Kiran.

"Ka..ran.." Sedikit menarik nafas dan akhirnya Kiran berhasil mengucapkan nama Karan yang duduk disebelah kanannya. Pipinya lagi-lagi bersemu merah karena yang lain kembali bersorak. Karan sendiri mengelus pucuk kepala Kiran dengan senyumannya yang menampilkan lesung pipi manis milik cowok itu. Kiran jadi makin gugup dan ingin membalas dendam ke Haikal.

Botolnya diputar oleh Kiran, dan dengan cepat tepat mengarah pada Gin.

Kiran menyungging senyum jahilnya, melirik kearah Gin yang merasa sedikit tetodong, "Gin.."

Gin melirik balik Kiran, "ya."

"Siapa orang yang lo suka?"

Gin mendelik, tangannya meremas pucuk bajunya sambil menoleh kearah Sera dengan gugup. Tak lama dengan satu anggukan dia mulai memandang kearah Haikal. "Kak Haikal." Lalu menelan ludahnya.

"Ecie...." Sorak Kiran akhirnya, bersamaan dengan tawa dari yang lain.

"Jomblo kok dia, ambil aja." Seru Bram menunjuk Haikal dengan dagunya.

"ADUH!" Bram merasa kepalanya dilempar jepitan rambut yang rupanya milik Kiran yang sekarang sedang memukuli Haikal karena jepitannya dilempar ke Bram.

"Ish." Kiran memukul lagi lengan Haikal sampai cowok itu juga ikut beraduh-aduh. Sedangkan disisi lain, mata Gin juga Karan tetap memperhatikan dua sahabat yang saat ini sedang asik sendiri itu.

Haikal hendak ingin mengacak rambut Kiran tapi tangannya langsung dicergah oleh Karan yang memandangnya datar. Kiran menoleh kekanan, matanya melihat Karan lekat. Haikal juga.

"Lo suka Gin?" Tanya Karan tiba-tiba pada Haikal yang terlihat menaikkan alisnya. Gaya bahasanya jadi berubah, baik Kiran maupun Haikal merasakan Karan menjadi sedikit berbeda.

"Woy, puter dulu botolnya." Seru Bram.

Karan menggeleng, "gak usah."

"Lo suka Gin?" Tanya Karan lagi.

Haikal menatap Gin sebentar, rupanya cewek itu juga menunggu jawaban apa yang keluar dari mulut Haikal.

Haikal menggelengkan kepalanya, "enggak." Katanya tegas. Gin sedikit tertohok.

"Lalu, lo suka Kiran?" Karan mengerutkan dahinya, begitu juga Kiran yang kini menyenggol lengan Karan tapi tidak dihiraukan oleh cowok itu.

Haikal diam.

Semua jadi diam.

Suasananya jadi sedikit awkward.

"Iya." Jawab Haikal.

Hening. Karan dan Kiran sama-sama menatap lekat kearah Haikal, yang lainnya juga sama.

---





Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang