#32 - Mak Comblang

4.6K 337 0
                                    

Tahun 2016.

Kiran nampak berfikir keras, belum pernah dia menjadi mak comblang. Mengurus kisah cintanya sendiri saja dia kerepotan, apalagi dia harus mengurusi cinta orang lain. Baginya, ini adalah awal bagaimana dia sendiri harus melangkah. Lagipula dia bisa bicara dengan Haikal secara blak-blakan, tapi bagaimana dengan Gin. Ah, Kiran fikir Haikal dulu yang harusnya memulai pendekatan. Bukan wanita, bukan Gin duluan yang mendekati Haikal.

Kiran mengangguk, dia menyuruh Haikal datang ke Cafe Roger, tempat mereka nongkrong setelah tadi sore habis diberi celoteh oleh Gin, bagaimana dia ingin dekat ke Haikal.

Sambil menunggu Haikal datang, Kiran memesan makanan kesukaannya yaitu nasi goreng pedas. Sambil memutar sedikit otaknya bagaimana dia bisa membuat Haikal menyukai Gin juga. Tidak lama, nasi goreng yang sudah sampai ia lahap sampai setengah habis. Haikalpun datang disaat itu, kebulan asap rokok membuat Kiran terbatuk-batuk lalu melotot menoleh kebelakang. Dia sudah tau kalau itu Haikal dengan sebatang rokoknya. 

"Iya ini mau dimatiin." Haikal seakan menangkap bagaimana Kiran akan mengomelinya. Padahal tinggal sesedot lagi batang rokoknya akan habis, tapi dengan terpaksa dia mematikan rokoknya lalu dibuang ke bak sampah.

Haikal memilih duduk didepan Kiran sambil memesan nasi goreng yang sama dengan milik Kiran ke pelayan. Dia mengeluarkan iphonenya yang memperlihatkan notif seseorang mengechatnya. Dia seperti hanya membacanya saja, tidak membalasnya. Lalu ia letakkan iphonenya di meja. Matanya fokus ke Kiran yang katanya ingin mengatakan sesuatu.

"Mau ngomong apa lo?" Tanya Haikal menyeruput jus jeruk milik Kiran yang tangannya langsung dipukul oleh Kiran sambil berdesis.

"Et, galak amat. Minta dikit ini." Dengus Haikal, bibirnya dijauhkan dari sedotan jus jeruk Kiran.

"Jadi gini.." Kiran meletakkan sendok dan garpunya diatas piring yang sudah kosong. Minum sebentar, kemudian menarik nafas. "Gin suka sama lo."

Spontan saat itu juga Haikal tertawa terbahak, membuat Kiran melototinya karena belum apa-apa Haikal sudah tertawa. Perasaannya jadi tidak enak.

"Ginara temen lo itu? Yang hebohnya kayak nenek-nenek mau lahiran." Haikal masih terbahak, sesaat berhenti saat kepalanya dijitak oleh Kiran. Tidak terima juga dia Gin dikatain seperti itu. Begitu-begitu Gin adalah temannya.

"Sakit onta." Rintih Haikal mengusap kepalanya.

"Jangan gitu dong. Kan Gin temen gue."

"Hehe. Iya, iya. Btw, kok bisa dia suka sama gue." Tanyanya sembari mengambil piring yang disugukan pelayan berisi nasi goreng pedas yang langsung ia lahap.

"Makasih mbak." Ujar Kiran pada pelayan itu yang seharusnya dikatakan oleh Haikal yang senyum sekilas, melanjutkan makannya.

Kiran kembali fokus ke Haikal. "Mana gue tau. Tapi lo suka gak ke dia?"

Haikal melirik sebentar, kemudian kembali melihat ke nasi gorengnya. "Enggak."

Tuhkan, udah gue duga pas dia ketawa tadi. Gimana dong?

"Suka sedikit?"

Haikal menyentil dahi Kiran gemas. "Dibilang enggak ya enggak."

"Yah gimana dong, kan gue udah terlanjur janji sama Gin kalau gue mau nyomblangin elo sama dia."

Haikal meletakkan rapi sendok dan garpunya ke piring tanda sudah selesai makan, dia lalu menyeruput es kopi indocafenya. "Lagian elo mau-mau aja. Lo kan tau gue sukanya sama Ine."

Kiran mengerutkan dahi. "Kata lo udah gak suka, udah kalah saing sama Bram. Plinplan lo pret."

"Iya semenjak gue tau kalau Bram suka sama elo, ya gue mau mertahanin Ine lah. Kan gue udah gak ada saingan."

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang