#23 - Segelintir Ingatan

4.9K 344 0
                                    

Tahun 2007
Sekolah Dasar Kinasih.

Kringgggg....
Dimasa itu, bel istirahat berbunyi nyaring menyuarakan tanda pelajaran usai.

"Karan, makan yuk." Ajak gadis yang duduk disebelahnya mengeluarkan bekal nasi dikotak berwarna pink.

"Bawa apa kamu?" Tanya Karan. Disisi yang lain, gadis dengan rambut tergerai kriting memperhatikan.

Gadis itu membuka bekalnya, menyendok sejumput nasi dengan bumbu pecel ditambah secuil sayur hijau. "Nasi pecel bikinan mama aku. Kamu pasti suka. Nih coba."

"Coba.."

Klontang!

"Kiran!" Teriak gadis itu pada Kiran yang tiba-tiba menyenggol tangan gadis itu hingga sendoknya terjatuh dilantai kelas. Dia mendengus kesal, memperhatikan Kiran dan Karan bolak balik.

"Karan, ayo jajan diluar aja." Ajak Kiran sambil menarik tangan Karan menjauh dari bangku itu.

"Kenapa?" Tanya Karan memandangi gadis tadi dengan tatapan 'maaf'.

"Kamu tau bumbu pecel terbuat dari apa?"

Karan mengerutkan dahinya. "Apa?"

"Kacang, plis deh Karan. Kamu kan alergi kacang." Kiran berdesis sambil melirik ke Karannya.

"Aku gak mau disuruh om Traf ngusapin kamu pake air panas lagi pake kain ya.." Sindirnya.

"Kalau makan mangkanya jangan sembarangan. Gatel-gatel baru tau rasa kamu."

---

"Mela.." Sebut Karan yang tidak didengar oleh Kiran. Beberapa kali Karan memanggil, Kiran tidak juga mendengarnya. Mereka telah sampai didepan mobil Karan yang sengaja diparkir di gedung kampus, ingin mengantarkan Kiran pulang. Satu tangannya memegangi badan mobil karena sedikit pusing dengan ingatan yang sekelebat muncul tiba-tiba difikirannya. "Mela." Panggil Karan lagi, kali ini menggoyangkan bahunya.

Kiran tidur. Iya, begitu keadaannya sekarang. Kepala Karan kembali memutarkan memorinya lagi, kali ini entah apa. Rasanya dia hanya terus meraba potongan-potongan dari ingatannya.

"Yah, malah tidur. Kiran bangun dong, kamu berat tau."

"Kiran ih. Kebiasaan deh."

"Kiran!"

"Ah!" Karan menutupi telinganya sendiri, berharap suara dengungan itu tidak muncul lagi. Kiran dipunggungnya saat itu langsung tersadar.

"Lo kenapa?" Tanya Kiran melongok ke bahu kiri Karan, yang akhirnya disambut oleh tolehan Karan sehingga membuat wajah mereka bertemu begitu dekat.

Deruan nafas Kiran membuat Karan langsung bungkam dengan fikirannya, ujung matanya menatap lekat pipi Kiran yang mulai bersemu merah. Karan sendiri merasakan deguban aneh yang menggerayangi tubuhnya. Saat kemudian tersadar karena Kiran minta diturunkan.

"Dimana ini?" Tanya Kiran menatap sekeliling.

"Kampus." Jawab Karan menekan tombol dengan bunyi bip, lalu membukakan pintu mobil untuk Kiran.

"Mobil lo?" Tanya Kiran lagi sambil masuk kedalam mobil.

Karan mengangguk lalu tidak lama kemudian mobilnya dilajukan, membawa Kiran serta dirinya pergi menembus angin malam yang dirasakan karena jendela mobil sengaja dibuka lebar.

---

Karan merebahkan tubuhnya dikasur, sambil memikirkan sesuatu yang dirasa janggal. Kiran yang ditemuinya dengan nama Mela saat insiden mobil Sande tidak sengaja ditabrak oleh mobil Kiran dari belakang. Saat itu, Karan memang diantar oleh Sande ke kampus barunya karena pagi-pagi sekali Sande sudah menemui Jino, ayahnya, ada urusan. Jadi, Sande yang searah dengan kampus Karan akhirnya mengantar, namun gagal sampai kampus gara-gara insiden itu.

Hai, KARAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang