Mendengar perkataan Tahira, kedua bola mata bisa membesar seketika. "Gile gercep amat!" katanya. "Gue belom ngeringin rambut njir."

Dengan cepat Via bergerak menuju meja rias di kamarnya, mengambil hair dryer miliknya, dan seketika suara musik dari speaker sudah dikalahkan dengan suara hair dryer yang menyala.

"Santai aja," kata Tahira. "Rumah mereka jauh ini."

Oh iya, pikir Via. Perempuan itu mengambil ponselnya, membalas pesan Reon sebelum ia melanjutkan aktivitas mengeringkan rambutnya.

Sekitar satu jam kemudian saat Via dan Tahira sudah menunggu di ruang tamu, suara klakson mobil Gadhra membuat keduanya bergerak pamit kepada kedua orangtua Via, dan berjalan menuju mobil Gadhra.

"Gila lo parkir ga bisa lebih ngasal lagi?" Via tertawa kencang setelah melihat Tahira memarkirkan mobilnya super miring dengan ban mobil yang tidak lurus.

Tahira tertawa. Tangannya bergerak membuka pintu mobil Gadhra.

"Gue mager benerinnya Vi," kata perempuan itu sambil tertawa. "Jalanan komplek lo juga gede ini."

Memilih untuk tidak membalas perkataan Tahira, kini Via sudah duduk di kursi belakang mobil Gadhra bersama Tahira.

Enda me dorong tubuh Tahira yang duduk di belakangnya sesaat setelah perempuan itu masuk ke dalam mobil.

"Woy bego!" kata Enda. "Lo parkir lebih parah dari orang baru bisa nyetir nyet."

Sontak Gadhra tertawa mendengar ucapan Enda. Daritadi selama menunggu Via dan Tahira masuk mobil, mereka memang menghujat parkir mobil Tahira.

"Ye ga suka aja lo!" kata Tahira. "Lagian kalo ada orang lewat juga paling yang dikatain rumah Via."

****

Butuh waktu sekitar kurang lebih dua jam perjalanan untuk mereka sampai di tempat tujuan. Karena sedang weekend, saat itu jalanan cukup ramai.

Kini Via, Tahira, Enda, dan Gadhra sudah sampai di Gunung Pancar, sebuah gunung di Kabupaten Bogor yang letaknya tidak jauh dari Sentul.

Mungkin Gunung Pancar lebih cocok disebut dengan bukit, mengingat tingginya hanya mencapai 800 meter dari permukaan laut.

Setelah memarkirkan mobilnya, keempatnya turun dan berjalan mengelilingi Gunung Pancar yang dipenuhi dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi, sambil sesekali mengambil foto menggunakan kamera Via yang dikalungkan di leher perempuan itu.

Setelah puas melihat pandangan dari Gunung Pancar, keempatnya berjalan kembali menuju mobil Gadhra.

Enda dan Gadhra memutuskan untuk membeli kopi hangat dan menyuruh Tahira dan Via menunggu di mobil.

"Eh nitip dong!" kata Via sambil mengeluarkan dompetnya dari dalam tas yang disilangkannya. "Milo anget yaa."

"Gue juga!" Tahira mengeluarkan suaranya.

Enda dan Gadhra mengangguk. Keduanya berjalan menuju warung terdekat sementara Tahira menekan alarm kunci mobil Gadhra, untuk membuka pintu mobil.

Tahira duduk di kursi setir dan Via duduk di sebelahnya sambil membuka pintu mobil untuk mendapatkan udara dari pegunungan. Tangan Via bergerak melihat-lihat foto dari kameranya, sebelum Gadhra dan Enda kembali sambil membawa minuman mereka.

T R A P P E DWhere stories live. Discover now