Chapter [16]

15.1K 1.3K 88
                                    

The Smiths - There Is a Light That Never Goes Out

"Vi ayok buruan, keburu telat ini!" Seorang anak laki-laki menggunakan seragam SMA berteriak dari lantai bawah. Berkali-kali ia melirik jam tangannya yang berwarna dark chocolate.

Tak berapa lama setelah itu, seorang anak perempuan yang juga menggunakan seragam SMA turun dari tangga sambil mengikat rambutnya yang panjang, dan berjalan menghampiri kedua orangtuanya.

Anak perempuan itu berdiri di hadapan kedua orangtuanya yang sedang memperhatikannya dari atas sampai bawah dan tersenyum senang.

"Anak Papa udah gede ih." Setyo berjalan menghampiri anaknya dan memeluknya. Dielusnya kepala Via dan tidak lupa mencium puncak kepala anaknya.

Diva memberikan sepotong roti kepada anaknya dan juga Gadhra, ia mencium pipi anaknya dan membelai lembut kepalanya.

"Sarapan di mobil aja, ntar pada telat." Diva memberikan sepotong roti lagi kepada Gadhra. "Ini buat Enda ya, Dhra."

"Oke Tante! Ntar Gadhra kasih ke Enda," jawab anak itu sambil mengambil sepotong roti yang diberikan oleh Diva.

Via dan Gadhra menyalami tangan kedua orangtua Via sebelum mereka berangkat ke sekolah, dan menjalani hari pertama mereka di bangku Sekolah Menengah Atas.

"Hati-hati ya kalian. Baik-baik MOS-nya," kata Diva yang dibalas dengan anggukan oleh kedua remaja itu.

Via dan Gadhra melambaikan tangannya kepada Diva dan Setyo, kemudian berjalan menuju mobil Enda. Gadhra memilih untuk duduk di depan dan memberikan roti yang telah disediakan oleh Diva untuk Enda, yang dibalas dengan muka penuh antusias oleh Enda.

"Wih enak nih!" kata Enda sambil mengambil rotinya. "Tau aja si Tante gue belom sarapan," lanjutnya. Lelaki itu kemudian membuka jendela mobilnya dan pamit kepada Diva dan Setyo.

"Om Tante kita berangkat ya! Makasih Tante rotinya endes!" kata Enda sambil melambaikan tangannya kepada Diva dan Setyo.

Enda mulai menjalankan mobilnya dan berjalan menuju sekolah mereka yang baru. Hari ini merupakan hari pertama mereka menjalani Masa Orientasi Siswa, yang artinya mereka bertiga tidak boleh terlambat.

"Lama ye lo pada kek kura-kura," kata Enda kepada Via dan Gadhra.

"Tuh, princess yang di belakang dandan lama banget." Gadhra menunjuk Via menggunakan ibu jarinya. "Padahal mau dandan kaya gimana juga mukanya gitu-gitu aja."

"Hmm!" Via menoyor kepala Gadhra. "Namanya juga hari pertama. Kali aja dapet kakak-kakak gemes," lanjutnya.

Mendengar perkataan Via, Gadhra langsung menghadap ke belakang dan melihat muka Via. "Genit lo!"

Via memutar bola matanya malas. Perempuan itu membuka kembali kunciran rambutnya dan lebih memilih untuk menggerai rambutnya. Ia memperhatikan kedua temannya yang duduk di depan. Time flies too fast, pikirnya. Rasanya baru saja ia bertemu dengan Gadhra saat mereka masih duduk di kelas empat SD dulu. Via mengalihkan pandangannya menuju jendela mobil yang berada di sebelah kirinya. Ia memandangi beberapa mobil dan motor yang berlalu lalang, memperhatikan beberapa anak yang menggunakan seragam SMA sedang mengendarai motornya.

"Kok gue deg-degan ya," kata perempuan itu kepada kedua temannya.

****

Setelah memarkirkan mobilnya dengan sempurna di sekolah barunya, Enda mengajak kedua temannya untuk segera turun karena sepertinya pintu masuk menuju gedung sekolah akan segera ditutup.

Ketiga remaja itu segera berlari menuju pintu masuk, namun langkah Via terhenti karena Gadhra menarik tangannya. Perempuan itu melihat ke arah laki-laki yang menggenggam lengannya dengan tatapan 'ada apa?'

T R A P P E DWhere stories live. Discover now