Kelinci.

4.2K 181 48
                                    

"Ini, cobalah."

Mafu menaikan alisnya, bingung dengan dua benda yang masih dibungkus rapi di tangan Soraru.

"Ini hanya dua gelas calpis, ya ampun."

Mafu ber-oh ria dan membuka plastik itu secara barbar, memilih satu rasa mangga. Soraru mengalihkan perhatiannya dari kancing Mafu yang sedikit terbuka, menyampingkan cara minum Mafu yang membuatnya gemas.

Soraru mengambil sofa di sebelah Mafu dan menghela napas. Ingin sekali ia menyentuh pemuda di sebelahnya ini, tapi bukannya cinta, Soraru merasa sang albino justru semakin membencinya saja. Soraru tak habis pikir, ia tidak pernah memusingkan hal kecil seperti ini.

Jadi, ia benar-benar menyukai Mafumafu?

Mengerang frustasi.

"Hei."

"Hm?"

"Kau bisa menemaniku sebentar, aku harus menyelesaikan tugas."

Anggukan dari sang albino, jika prasangkanya benar, Soraru akan menguncinya dan---oh, dia hanya berpindah posisi?

Mafu melirik ke pucuk biru yang sekarang tengah membelakanginya---kenapa ia merasa tubuhnya menjadi memanas?

Mafu meneguk calpisnya lagi. Semoga saja minuman dingin ini dapat menetralkan tubuh dan pikirannya

Gulp.

Gulp.

Guー

ーlp.

Mafu menjatuhkan botolnya. Uh ok, kenapa rasanya berbeda dengan yang ia minum minggu lalu?

"A-ah..."

Panas, kenapa mendadak suhunya menaik seperti ini? Tangan lentik Mafu meraih benda---benda apa saja yang bisa ia gunakan sebagai kipas dadakan saat ini. Napas Mafu menjadi tersenggal dan matanya sayu.

"P-panas..."

Wajahnya merah padam melihat kancing kemejanya yang sudah berantakan---ya ampun, harus kah ia melakukan ini?

Mafu meraih satu persatu kancing yang tersisa.

Satu.

Dua.

Tiga.

Emー

ーseakan dikendalikan, Mafu melepas kancing terakhir dan sekarang ia menatap dadanya yang terekspos.

Lagi-lagi wajahnya memerah.

Ia tidak pernah tahu... kalau ia memiliki lekuk tubuh seindah ini.

"Jangan bergerak."

Soraru tidak menoleh, masih membelakanginya, "Sebentar lagi aku akan menyelesaikannya."

Tidak. Mafumafu tidak yakin ia bisa menunggunya---"S-Soraru-san..."

"Hm?"

"B-boleh aku ke kamar mandi?"

"Tetaplah disana."

"...J-jangan menoleh sampai sudah selesai, ya..."

Satu anggukan dan itu sudah cukup bagi Mafu.

Ah, sial, kenapa ia harus merasakan hal menjijikan ini? Gemetar--Mafu membuka resleting celananya dengan perlahan dan menyentuh lubang pantatnya yang berkontraksi, merapat dari biasanya. Memasuk kan jari tengahnya dengan teratur ke lubang hangat tersebut.

Mine.Where stories live. Discover now