Undangan (pt.2)

3K 193 36
                                    

Hal yang dibenci oleh Soraru saat ini hanyalah satu; Reuni.

Soraru berkali-kali menghela napas gusar agar kebisingan teman-temannya tidak mengganggunya, ia padahal sudah menyumbat telinganya dengan volume kencang hanya demi mencari ketenangan dari lagu yang dia putar.

Sejak dulu, Soraru memang selalu membenci jika ada seseorang---atau sesuatu---yang mengganggunya. Lantas, apa yang membuatnya bertahan disini?

"Lama tak jumpa semuanya!"

Ah, tepat sekali, gadis pirang ini memaksanya untuk ikut acara mewah ini---potongan steik dengan porsi gajah hamil juga dapat digolongkan sebagai makanan mewah kan?

"Ah, tumben sekali dia tak ada," Lon menatap bangku di sebelah Luz yang tampak kosong, well, Soraru sudah mengantisipasinya, "Kau tidak mengajak adikmu, Luz-san?"

Dan semua orang di meja itu juga dapat melihat Luz tampak tersentak kecil mendengar pertanyaan itu, Luz---dengan tatapan heran ke arah Soraru---menggeleng kecil.

"Mafumafu-san sedang berhalangan hadir," Soraru mengibas-ngibaskan ponselnya,  "Dia menghubungiku tadi, dia bilang kita bisa melanjutkan tanpanya."

Lihat? hanya dengan senyum kharisma Soraru, semua pun akan percaya.

Sebuah tarikan pada fabrik, dan Soraru langsung menoleh ke arah Luz, sang pelaku. "Setelah aku menyelesaikan jumlahnya, kau akan mengembalikannya..." Luz menatap Soraru intens, "...Itu kan perjanjiannya?"

Sungguh manis, melihat nasib kedua saudara itu menari di atas telapak tangannya. Soraru menyeringai kecil dan berbisik "Aku takut aku tak bisa menepatinya."

□□□

"Tunggu dulu, Soraru!"

Soraru melepas earphonenya dan menatap Amatsuki dengan malas, maniknya menatap Amatsuki dan Kashitarou bergantian, "Ada apa?"

"Aku ingin bertemu Mafu-kun."

"Tidak bisa," Soraru pura-pura menghela napas sedih, "Jika memasa, kau boleh menemuinya sendirian." tanpa Kashitarou tentunya.

Genggaman Kashitarou menguat dan sedikit bergetar; jangan pergi, jangan tinggalkan akーAmatsuki tersenyum ke arah Kashitarou dan langsung memotong pikirannya yang mulai meracau "Aku tidak akan kenapa-kenapa, Kashitarou~ kan kau sendiri yang bilang kalau Soraru adalah orang yang baik."

"..." meskipun begitu, tidak ada jaminan, nak Kashitarou berbalik bergantian ke arah Soraru, tak lupa helaan napas menyertai. "Soraru, aku ikut apapun yang terjadi."

Soraru menatap kedua pasangan itu dengan datar. Dasar merepotkan saja.

□□□

Walaupun maniknya terpejam tetapi ia tak kunjung mencapai alam mimpi, Mafumafu mendesah kecil, bagaimana pun ia harus istirahat sekarang---atau tidak, ia akan sangat kelelahan malam ini. Berbagai macam usaha---dari menghitung domba sampai berandai-andai ia ditemani Cocoa---ia coba, tak ada yang membuahkan hasil. Memperbaiki kemeja Soraru yang kebesaran, ingin sekali ia mengganti kemeja putih ini dengan pakaiannya.

Tidak, bukannya ia secara pribadi membenci pakaian kebesaran atau apa.
Hanya saja, kemeja ini memiliki baunya.
Lebih tepatnya, seluruh kamar ini memiliki baunya.

Dan Mafumafu muak karenanya.

Percuma, ia tidak bisa menutup matanya walau sedetik pun. Ia kembali menatap surat dengan ukiran nama kakaknya dan Kain, jadi semua yang Soraru katakan benar? Di mata kakaknya ia tak berarti seperti Kain-san? Saat ini bukanlah waktunya untuk memikirkan hal seperti itu.

Mine.Where stories live. Discover now