KEPINGAN 12

5.7K 375 11
                                    

Semua tak mengerti apa yg kulihat, semua tak melihat sakit yg kurasa.

ARINA POV
Aku memutuskan pulang kerumah, karna itu permintaan dea. Dan juga besok pasti banyak wartawan yg kesana.

Pagi ini aku bersiap ke rumah sakit lagi, citra qila bella juga ikut.

Benar, disana sudah ada beberapa wartawan, hellow ini masih pagi.

"Rin, gimana nih, nekat?", tanya qila.

"Mending lo telfon dea deh, takutnya mereka nanyain alasan key sakit lagi", usul citra.

Benar juga, aku menelfon nomor dea. Tapi nggk juga diangkat sipemilik hp. Aku pun memutuskan mencoba masuk.

"Arina", panggil seseorang dari arah belakang.

"Dea", jawabku.

"Udah masuk?", tanya dea.

"Belum nih, tadi nelfon lo tapi nggk lo angkat", jelasku.

"Ah sorry gue lupa bawa hp, yaudah yuk masuk", ajaknya.

Saat kami melewati kerumunan wartawan, dea pun ditimpali banyak pertanyaan. Tapi dea hanya tersenyum dan mengatakan jika nanti key baikan mereka akan memberikan konfirmasi.

Kudengar didalam ada yg sedang berbicara. Ah syukurlah dia tidak kenapa-napa.

Saat sampai didekat tempat tidurnya, aku melihat key duduk bersandar ditempat tidurnya dan disampingnya ada seorang perempuan yg tengah menyuapi key.

"Key, obatnya udah dimakan?", tanya dea.

Mereka berdua menoleh, key terlihat kaget dengan kedatanganku. Dan kemudian raut wajahnya berubah.

Tunggu, perempuan ini, sepertinya aku tau dia?

Dia artis yg selalu bersama dengan key. Entah kebetulan karena disorot waktu hanya dengan key, atau memang mereka setiap hari bertemu.

Aish, memikirkannya saja membuatku cemburu.

"Ekhem, steffy kenalin dia arina, citra, bella, qila, sahabat key disini", ucap dea memecah keheningan.

"Em iya, salam kenal, steffy", ucapnya lembut.

Aku dan lainpun menjabat tangannya.

Kulihat key hanya diam dari tadi, dia memandang keluar kearah jendela. Tak ada senyum untukku, kenapa dia?

"Key?", kusapa dia dengan menyentuh tangannya.

Sret. Dia menepis tanganku. Kenapa dia? Sikapnya membuatku sakit.

"Key? Kamu kenapa?", tanyaku memelas.

"Ngapain kamu disini?", tanyanya dengan masih tetap memandang keluar.

"Aku, aku mau lihat keadaan kamu", jawabku terbata.

"Udah kan, tangan kaki gue cuma retak, cukup tau kan. Sekarang lo boleh pulang", ucap key ketus.

Dia mengusirku?

"Kamu ngusir aku? Dan lagi 'lo gue', aku gak suka gaya bicara kamu", ucapku tegas.

"Serah gue mau ngomong kayak gimana, sekarang lo pergi, gue muak liat muka lo"

Deg. Sumpah kata-katanya menyakitiku. Dia kenapa? Aku salah apa dengan key?

"Kamu kenapa? Aku salah apa ke kamu, jangan usir aku kayak gini, jelasin key", pintaku dengan mencoba memegang tangannya.

Tapi lagi-lagi dia menepis tanganku.

"Munafik, lo seneng kan gue suruh pergi, biar lo bisa seneng-seneng sama tunangan lo, RENO",

PENGECUT EGOIS -gxg-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang