2. My friends and She

107 62 45
                                    

Sorry guys diawal memang cerita ini alurnya mundur ya :)

Mungkin kalian akan nemuin cerita yang hilang pada cerita ini, karena karya gue juga butuh perlindungan dan privasi untuk itu follow akun gue dulu guys, agar kalian bisa baca cerita lengkapnya. Thanks sudah baca dan voment

-----------------------------------------------------------

"Die!" Teriak ku dan Naira bersamaan memanggil Aldie Dari arah berlawanan.

Aku dan Naira saling pandang setelah satu sama lain tahu bahwa kita memanggil orang yang sama. Namun tidak aku sangka Aldie terlebih dahulu menghampiri Naira pacarnya.

Aku tidak iri dengan Naira, karena aku tahu mereka memiliki status yang jelas. Dan aku memaklumi Aldie jika dia lebih memperhatikan pacarnya terlebih dahulu dari pada sosok sahabat yang menampung keluh kesahnya saja. Sehingga aku harus sedikit menunggu agar aku bisa berbicara dengan Aldie.

Setelah lama menunggu akhirnya aldie menghampiri ku dan bertanya,

"Apaan? Kayaknya ada yang lagi bahagia nih?"

Sebelum aku bercerita panjang lebar, Aldie sudah memahami perasaan ku saat ini.

"Aku seneng nih, Die. Ya ampun.. kamu tahu gak sih, aku berhasil masuk cheers." Aku luapkan rasa bahagia ini dengan memeluk Aldie.

"Tunggu, tunggu... kamu bilang masuk cheers?" tanya Aldie lagi. Aku hanya mengangguk untuk mengiyakannya.

"Sonam, kita sudah kelas 2, gak seharusnya kamu ambil ekskul joget-joget gak jelas itu. Lagi pula aku aja mau berhenti dari ekskul basket." sahutnya.

"Apa? Kamu mau keluar? Kenapa?" aku balik bertanya.

"Ya aku pengen fokus belajar. Dan aku harap kamu juga begitu. Jadi mending urungi niat kamu ikut ekskul!"sahutnya kembali.

"Tapi, Die? Aku baru mulai loh, bahkan kita bisa belajar sambil tetep jalani ekskul!" tanya ku berulang.

"Sonam cantikkk, terserah kamu kalau mau kamu begitu. Itu semua pilihan kamu kok. Aku cuman kasih saran." Ucap Aldie.

Tiba-tiba Aldie bersandar pada bahuku dan berkata "aku haus, ke kantin yuk?"

Tanpa berpikir panjang aku menurutinya, aku juga merasa lapar sekali. Di perjalanan menuju ke kantin sekolah, kita saling dorong dan bercanda. Namun tidak disangka dorongan dia yang terakhir menyebabkan aku tersungkur dan menabrak siswa manis, cerdas yang berkaca mata yaitu Naira. Beberapa buku yang dibawa oleh Naira berjatuhan, bahkan telapak tangan Naira juga ikut berdarah.

"Aduh!" jerit Naira menahan rasa sakit.

"Sorry-sorry, Nai." pintaku meminta maaf dan membantunya berdiri.

Aldie yang tadinya ketawa-ketiwi sekarang ikut membantu Naira berdiri.

"Apaan sih kalian berdua ini? kayak bocah tau gak sih. Dan kamu, jangan pernah sentuh aku!" teriaknya kepadaku.

"Udah lah, Nai. Sonam kan sudah minta maaf, lagian ini salah aku. Tadi gak sengaja dorong dia." Aldie menjadi penengah antara aku dan Naira.

"Kok jadi belain dia? dia juga ikutan salah kenapa jatuh ke arahku. Yasudahlah dari pada debat, mending kamu bantuin aku bawa buku-buku ini ke perpustakaan," Naira mengajak Aldie.

Sebelum Aldie menolak, Naira sudah menarik tangannya untuk ikut bersamanya.

Dari kejauhan Aldie menoleh ke arahku dan memberikan kode untuk menunggunya di kantin.

Akhirnya aku beranjak pergi ke kantin sendiri. Aku mendekati lapak Buk Bon (istri tukang kebon) dan mengambil dua botol air mineral dingin dan memesan mie instan ditambah telur mata sapi.

Sengaja aku mengambil dua botol air mineral karena aku yakin Aldie akan menyusul ku setelah mengantar Naira.

Buk bon menghampiri ku dan menyajikan mie instan yang ku pesan darinya.

"Makasih buk." ucap ku.

"Sama-sama neng. Lah kok sendirian aja, si kucluk (Aldie) kemana?" tanya Buk Bon.

Bukan Karena TerbiasaWhere stories live. Discover now