XV. SEMAKIN HARI SEMAKIN RECEH

147 25 0
                                    

suatu hari ...

WEH CEILAH MANTAP.

dibuka dengan bijaksana(?) membahana(?) dana bernirwana(?)

oke, gue mau cerita kalo gue makin hari makin receh. tiap hari di kelas suka dimarahin kalo ketawain guru yang nge-jokes padahal jokes-nya lame banget.

iya, gue sedih. tapi seriusan itu lucu.

lalu suatu siang yang frustasi, saya dan dhimas sedang belajar fisika saat pelajaran bahasa indonesia. sangat kredibel bukan?

sangat menghargai jasa guru.

sapa suruh pelajaran membosankan???

tapi sejatinya gak membosankan karena materi saat itu adalah anekdot. lalu gurunya saat itu juga menggelarkan mini kontes stand up comedy. teman-teman gue yang jayus pun maju ke depan. makin busung otak gue mendengar jokes mereka yang–tarakdungces~ maksa.

lalu saat itu gabut dan dhimas yg frustasi fisika saya tanya.

"dhim dhim."

"apaan?"

"kodok kodok apa yang terbang?"

dhimas tersenyum picik, "kodok terbang"

"weh gilak pinter." gue terpesona.

"kalo kuda kuda apa yang terbang?" tanya gue lagi.

"pegasus." dhimas senyum congkak.

"SETAN LU JENIUS."

dhimas tersenyum iblis dan berkata, "gantian gue yang nanya. kenapa babi kalo jalan nunduk?"

"soalnya kegendutan?"

"salah." soalnya malu bapaknya babi."

DISITU GUE NGAKAK."

tarakdungces.

"lagi-lagi." pinta gue.

"oke, kenapa kodok sukanya lompat2?"

"... apa ya? soalnya lincah?"

"salah. soalnya seneng bapaknya bukan babi."

"GOBLO NGAKAK FUK."

"terakhir. kenapa anak kelinci sukanya lompat2?"

gue sorak, "SOALNYA SENENG BAPAKNYA BUKAN KODOK."

"salah ..."

"apaan dong?" tanya gue yang sudah sangat kesel.

"namanya juga anak kecil."

"WADEF MA HOLY MOTAFAK–"

*dhimas ngibrit ke toilet*

-the end-

TRASHTALKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang