[2] Hurt

6.9K 665 73
                                    

Kopi hitam yang sengaja tidak ditambahkan gula itu mulai mendingin. Tidak tersentuh sama sekali. Sang empunya hanya menatap gusar kearah jendela yang terbuka. Menampakkan pemandangan gedung-gedung perkantoran yang tinggi menjulang.

Sesekali Ia memijit pelipisnya yang terasa pening. Rambut lurus pirangnya pun sudah mulai berantakan. Dasi yang tadinya terpasang pas dikerah jasnya, kini sudah mulai melonggar. Begitupun dengan kancing jas yang sudah terlepas semua.

"Permisi, pak. Ada berkas yang harus bapak tanda tangani" Pria itu menatap tajam kearah pegawai wanita yang baru saja masuk kedalam ruangannya. Ia merebut map biru dari wanita itu dengan kasar, lalu menyuruhnya pergi dari ruangannya segera.

Sang pegawai mengangguk paham. Tidak mau menganggu boss nya yang akhir-akhir ini memang sedang banyak masalah.

Semua orang memang tahu masalahnya. Dikarenakan andilnya yang besar didunia bisnis. Semua orang tahu dia. Walaupun Ia bukan public figur sekalipun.

Ia adalah Draco Malfoy. Pemilik dari D.M Company. Perusahaan yang bekerja dibidang tambang. Ia pun dijuluki sebagai raja berlian. Hampir semua perusahaan di Britania raya ini menggantungkan keberlangsungannya pada D.A Company.

Sebuah koran berhasil memancing emosinya sejak pagi. Dilembar pertama bertuliskan judul yang cukup besar.

Setelah cerai dari Draco Malfoy, Astoria Grengrass berpacaran dengan pengusaha muda bernama Aaron Wilson.

Draco mengambil napas berat lalu menghembuskan nya. Rasanya pasokan udaranya selalu menipis jika melihat kabar dari Astoria. Ia menarik rambutnya dengan menutup mata. Rasanya Ia sudah mulai gila. Kehidupannya sebagai duda beranak satu, membuatnya stres. Setelah perceraian sialan itu, Ia sering mendapatkan kabar miring tentang dirinya. Ditambah rasa tidak rela, karna Astoria lebih memilih meninggalkannya demi bajingan itu.

"Mati kalian semua!!" Teriak Draco seraya memecahkan barang diatas meja kerjanya. Sudah tidak terhitung berapa kali Ia mengamuk.

Ia menyandarkan kepalanya kepada sandaran kursi putar. Rasa-rasanya kepalanya ini akan meledak setiap saat. Rasa cinta dan kasih sayang yang Ia berikan, ternyata dibalas seperti ini. Penghianatan.

***

Draco melangkah masuk kedalam rumah megahnya dengan jas yang tersampir dibahu kirinya. Langkahnya terhenti ketika melihat ibunya sedang menangis menatap luar jendela. Lagi-lagi Ia melihat ibunya seperti itu. Semenjak perpisahannya dengan Astoria, ibunya menjadi seperti ini. Ia merasa kehilangan menantu kesayangannya. Ingin rasanya Draco berteriak.

Dia yang meninggalkan aku, ibu! Dia! Bukan aku! Batinnya.

Draco hendak menuju kamarnya, sebelum wanita setengah baya itu memanggilnya.

"Ada apa, ibu?"

Narcissa Malfoy. Di usia nya yang sudah menginjak setengah abad lebih, masih terlihat cantik dengan gaun hitam yang melekat pas ditubuhnya. Wanita itu berjalan menuju putra satu-satunya yang masih berdiri di anak tangga pertama.

"Kalau ibu hanya ingin menanyakan tentang Astoria, aku tidak mau dengar. Lagipula aku tidak tahu kabarnya seperti apa sekarang"

Narcissa menunduk sebentar lalu menatap putranya lagi. "Ibu mohon, dapatkan dia kembali. Demi anakmu, Scorpius"

Draco mendengus, "Ibu, sudah berapa kali aku katakan. Dia yang memilih pergi. Aku tidak bisa menyuruhnya kembali, ibu. Lagipula Scorpius sudah besar"

"Ibu tahu. Tapi tidak bisakah kalian tetap bersama? Lakukan apapun yang kau bisa untuk mendapatkannya lagi, Draco. Ibu mohon"

Draco mengeraskan rahangnya.
Ia tidak habis pikir dengan ibunya. Bahkan Ia lebih menyayangi Astoria dibanding anaknya sendiri. Walaupun tidak bisa dipungkiri, kalau Draco pun masih mencintai Astoria. Bagaimana Ia bisa melupakan begitu saja kenangan bersama wanita yang sudah menemani hidupnya selama 14 tahun ini.

Last Love [DRAMIONE]Where stories live. Discover now