"Aku hanya berusaha untuk romantis." Katanya dengan senyum lebar. Aku hanya mendengus, tapi masih mengambil uluran tangan Marc dan ikut berdiri di sebelahnya.

"Eum.. Ngomong-ngomong, kau akan berapa lama liburan di sini?" Tanya Marc saat diantara kami diam. Aku yang tadinya asik melihat orang-orang, beralih menatapnya.

"Ini sudah hari ketiga kami, masih tersisa tiga hari sebelum kembali ke Zaragoza. Kenapa memangnya?"

Marc terlihat berpikir sejenak, "lusa aku akan pergi ke sekitar Asia Tenggara, untuk jumpa fans."

"Lalu?"

Marc menggaruk belakang lehernya terlihat bingung, aku menunggunya meneruskan apa yang ingin dia sampaikan.

"Kau mau ikut?" Tanyanya tidak yakin. Aku tertegun sebentar sebelum terkekeh, dia ingin mengajakku? Apa dia bercanda?

"Tidak. Untuk apa aku ikut?"

"Untuk menemaniku di sana. Mungkin kau bisa liburan keliling Asia."

"Aku hanya akan merepotkan. Lalu masalahku dengan Christie juga belum selesai. Aku tidak mau ini semakin besar." Kataku. Tapi jujur, aku tertarik dengan jalan-jalan keliling asia yang Marc tawarkan. Walaupun itu bagian dari pekerjaannya, pasti dia akan menyempatkan diri untuk pergi keluar.

"Kau bisa ajak temanmu itu kalau dia mau."

"Dia sedang marah, Marc. Tapi kalau aku boleh usul, mungkin kau bisa mengajaknya. Itu akan membuat kami berbaikan."

Marc menggelengkan kepala, "Itu ide yang konyol. Kalau aku pergi berdua dengannya dan dia menganggap apa yang aku lakukan 'lebih'" Marc memberikan tanda kutip disela-sela omongannya, "Aku tidak mau menyakitinya." Lanjutnya.

"Tapi aku juga tidak bisa pergi bersamamu, karena itu pasti akan menyakitinya. Aku tidak setega itu pada sahabatku yang sedang sedih dan memilih untuk bersenang-senang."

"Kenapa wanita membuat masalah sepele menjadi serumit ini?" Marc berkata untuk dirinya sendiri. Aku hanya menahan tawa melihatnya yang terlihat sedikit kesal.

"Siapa suruh menyukai gadis sepertiku. Aku yakin kau menyesal sekarang." Kataku sambil menatapnya. Marc menggeleng tidak setuju, "Aku tidak pernah menyesal bisa menyukai gadis sepertimu. Kau berbeda."

Aku memutar bola mata, "Semua orang akan mengatakan hal itu jika sedang jatuh cinta dan mengatakan hal sebaliknya jika sedang patah hati. Rayuanmu tidak akan ampuh untukku, Marc. Walaupun kau juga berbeda."

"Kita lihat saja nanti. Aku yakin kau akan tergila-gila padaku." Kata Marc yakin. Senyum lebar ditunjukan ke arahku. Dia ngacak rambutku dan menarikku ke dalam rangkulan tangannya.

"Ngomong-ngomong bagaimana dengan teman--pengganggu-- satu kampusmu? Apa dia masih menghubungimu? Kalau iya, aku akan pergi ke sana dan menendang bokongnya." Kata Marc. Dan aku bercerita panjang lebar selama perjalanan pulang. Kalau dia seperti ini terus, tidak butuh waktu lama bagiku untuk luluh. Demi apapun aku juga wanita yang butuh kasih sayang. Tapi apa harus aku memilih seorang Marc Marquez yang terkenal itu?

***

"Christie, astaga!" Aku berlari sesaat pintu lift terbuka dan melihat di depan pintu kamarku ada seorang gadis tengah terduduk dengan kaki menekuk. Demi tuhan aku tidak pernah melihat Christie seperti ini, apa dia benar-benar menyukai Marc? Aku bahkan melupakan Marc yang tadi bersamaku, dan memilih untuk segera berjongkok tepat di depannya.

"Christie, kau kemana saja? Seharian aku mencarimu ke semua tempat tapi tidak menemukanmu." Kataku sambil memeluk Christie yang masih tetap dalam posisinya.

Race To Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang