Chapter 4

694 64 1
                                    

Dua bulan kemudian...

Apakah kalian tahu hal apa yang paling ditunggu-tunggu oleh mahasiswa sepertiku? Bukan. Aku tidak menunggu Bastian--teman satu jurusanku-untuk menyatakan cintanya padaku. Ada hal lain yang paling aku tunggu selain masalah percintaan. Yep, itu adalah liburan semester!

Akhirnya setelah melaksanakan ujian, aku bisa bebas dari semua mata kuliah memusingkan di kampus. Aku bisa tidur sepuasnya di rumah, main ke Mall sepanjang hari atau menonton pertandingan bola sampai aku bosan. Persetan dengan nilai, tidak mendapat nilai C saja sudah sebuah keberuntungan untukku.

Oh, karena aku kelepasan menyebut nama Bastian. Aku akan menjelaskan secara singkat siapa Bastian itu. Jadi, Bastian adalah pria yang beberapa minggu ini dekat denganku. Awalnya kami memang hanya sebatas mengenal nama, namun tiba-tiba dia menghampiriku saat aku berada di kelas Translation--aku anak Sastra-- dan setelah itu kami mulai berbincang-bincang.
Christie mendukungku untuk bersama Bastian karena katanya Bastian keren. Entah keren dalam artian apa, karena menurutku Bastian sama saja seperti kebanyakan pria. Baik dan selalu memuji, bagian mana yang keren? Oh, memang tidak seharusnya aku mendengarkan Christie tentang tipe pria karena gadis itu termasuk payah untuk melihat sikap laki-laki. Buktinya, baru beberapa minggu berpacaran dengan Alexis, dia telah putus kemarin. Ternyata tampang memang tidak menjamin kesetiaan, itu yang dapat aku pelajari dari kisah cinta Christie. Kembali pada Bastian, aku hanya menganggapnya sebagai teman karena tidak ada hal dalam pria itu yang menarik perhatianku jadi kalaupun dia menginginkan hubungan yang lebih jauh, aku akan menolaknya. Katakan aku sok cantik, tapi memang itu kenyataannya. Bukan, aku hanya tidak mau berakhir seperti Christie, diselingkuhi padahal sedang sayang-sayangnya.

Oke, lupakan masalah hati dan perasaan. Sekarang, aku dan Christie berniat untuk pergi ke Barcelona. Hanya untuk menikmati musim panas dan liburan kami. Sudah lama kami berdua tidak pergi ke sana, dan sekarang ketika kami memiliki waktu, maka tidak boleh disia-siakan.

"ssttt.." Aku menoleh ke arah Christie yang cemberut menatapku.

"Ada apa?" Kataku.

"Jangan diam saja. Ajak aku bicara! Kau sedang memikirkan apa sih?" Tanyanya kesal.

"Hanya memikirkan tentang perdamaian dunia. Kau tidak akan mengerti jika aku jelaskan." Balasku. Christie mendengus dan aku terkekeh.

Kami sedang dalam perjalanan menuju hotel. Selama satu minggu kami akan berada di Barcelona dan semoga setiap harinya akan menyenangkan.

Setelah tiba di hotel, kami berdua beristirahat sebentar sebelum pergi keluar untuk mencari makan malam. Aku merebahkan tubuhku yang lelah setelah perjalanan panjang, sambil menutup mata. Christie tadi langsung berlari menuju kamar mandi, mungkin sedang mengecek apa kamar mandinya cocok untuk berfoto selfie atau tidak.

Ketika aku nyaris tertidur, ponselku bergetar di saku celana hingga membuatku kembali bangun. Aku mendengus, namun masih melihat siapa yang mengirim pesan.

Ternyata Bastian, pasti dia bertanya apa aku sudah sampai atau belum. Dan benar saja, dia bertanya lagi untuk yang kesekian kalinya. Aku membalas pesannya singkat, setelah itu melempar ponselku menjauh agar tidak terganggu dengan balasan dari pria itu. Aku sedang malas meladeni pertanyaan dari siapapun, aku hanya ingin tidur sekarang.

Tidak terasa aku terbangun ketika langit mulai berubah warna. Mungkin kalau bukan karena ada guncangan hebat, aku pasti akan terus tidur hingga besok pagi. Christie, gadis itu menggoyangkan tubuhku kuat seperti berusaha mendorongku hingga jatuh dari kasur. Christie memang tidak pernah manusiawi jika mau membangunkanku.

"Cepat bangun! Aku lapar!" Protesnya masih terus menggerakan tubuhku ke kanan dan kiri.

"Sebentar." Balasku parau.

Race To Your HeartWhere stories live. Discover now