Airport

4.4K 509 11
                                    

Aku akan menjagamu, bahkan saat kau dibayar untuk menjagaku. Karena kau berharga untukku.

"Pakai ini" Si harimau kecil memberikan masker saat hendak turun dari mobil.

"Baik tuan" Aku menerimanya, dan mengambil beberapa masker dari tas untuk kuberikan pada pengawal yang lain.

"Apa yang kau lakukan" Dia menarik tanganku dan mengambil kasar masker yang sudah berpindah tangan ke pengawal yang lain.

"Waee,kau memberikan ini bukankah untuk menutupi siapa kita semua?" Aku kali ini merasa melakukan hal yang benar, dan aku selalu memperjuangkan hal yang benar, tidak perduli dia raja atau seekor cheetah yang siap menerkamku.

"Aku menyuruhmu mengenakannya, bukan membagikannya ke mereka. Kau pikir kita segerombolan mafia atau buronan!!"Aku yakin itu pernyataan bukan pertanyaan jadi Aku hanya menundukkan kepala, tak perlu menjawabnya. benar juga, dia hanya menyuruhku mengenakannya, tapi apa salahnya jika aku membagikannya juga pada mereka. Lalu kenapa juga Hanya dia dan Aku yang menggunakan masker. Bodohnya lagi, kenapa pula aku pusing dengan semua ini.

"Apa sa..."

"Salah, kau salah jika memberikannya pada mereka. Aku tidak memerintahkanmu melakukan itu. Selama kau jadi pengawalku, hanya perintahku saja yang harus kau turuti, araso" Memang aku perlu ditatar untuk tidak perlu perduli pada hal-hal yang tidak penting. Aku sedikit ketakutan melihat mata besarnya,tapi lagi-lagi bibir dengan goresan luka membuatnya terlihat indah. Bagaimana mungkin ada seseorang sangat menawan bahkan saat dia terluka. Sehingga aku hanya dapat menganggukkan kepala dan menyimpan kembali masker-masker yang lain ke dalam tas. Akupun tak lupa menundukkan kepala meminta maaf kepada pengawal lainnya. Hanya saja tanganku langsung ditarik oleh harimau kecil ini.

"Bukankah kau pernah masuk militer? Apakah disana kau diajarkan menundukkan kepala pada pengawal biasa?"Tanganku terus ditariknya dengan kuat, aku merasakan emosinya yang memuncak, walau aku tidak tau apa yang membuatnya marah. Sepertinya Dia sudah mengeluarkan kegilaannya. Ini baru harimau kecil yang yang sesuai dengan cerita ayah.

"Aku belum sempat memberikan salam pada siapapun disana, karena hari pertama aku masuk, aku langsung dikeluarkan, jadi aku tak tau dimiliter diijinkan atau tidak menghormati orang dengan pangkat dibawah kita. Yang aku tau mereka memiliki umur lebih tua dariku, maka aku berkewajiban memohon maaf" Entah dari mana kekuatanku melawan si harimau kecil ini, tapi aku sudah muak, dia tak waras.

"Jika kau menundukkan badanmu lagi pada mereka, maka aku akan memecat mereka" Aku terkejut, keputusan macam apa itu. Kenapa mereka yang dipecat saat aku yang mungkin akan berbuat salah.

" apa kau sedang....?

"Aku tidak bercanda"Mataku melotot. Dia bisa membaca pikiranku. Daebaaaakkk.  Tapi Kenapa ruang tunggu jauh sekali, tanganku mulai sakit oleh genggaman tangannya yang kencang. Lagi pula, apakah dia tidak malu dilihat banyak orang seperti ini.

"Baiklah...baiklah. Sekarang lepaskan tanganku. Jika kau lupa situasi saat ini, aku akan ingatkan, kita ada di bandara yang penuh orang. Dan sebagian dari mereka sedang menonton kau yang sedang menyeret-nyeret tanganku, kau yang seorang namja, menyeret tangan seorang namja. Apa kau paham situasinya?" Aku menahan tubuhku, meminta dengan tatapan tajam agar dia menyelesaikan drama sabun ini. Namja macam apa ini. Aku melupakan tatakrama bersikap kepada seorang tuan besar. Melupakan siapa aku dan siapa Dia.

"Maafkan aku, apakah sakit" Apakah aku salah dengar. Dia meminta maaf. Dan wajahnya itu. Apakah benar ini orang yang sama yang kutemukan sedang berkelahi dengan ganas dengan pria-pria yang lebih besar darinya? ini orang yang selalu diceritakan ayah?. Dia berubah terus menerus. Apakah akhirnya aku bertemu psikopat seperti di novel-novel yang Aku baca? "Daebakk" suaraku terlalu keras untuk tidak di dengar oleh harimau kecil ini.

"Apa yang kau pikir keren?"aaahhh sial.

"Aku baru kali ini memperhatikan interior bandara, dan ternyata menakjubkan" Aku asal menunjuk sebuah lampu yang sebenarnya biasa-biasa saja. Dan pasti menurutnya juga biasa-biasa saja.

"Babo. Ayo cepat, kita akan terlambat" Dia menarik tanganku lagi, tapi dengan pelan dan lembut.

"Tuan, kita sudah bergegas dari tadi, tapi tidak dengan menarik tanganku, aku bisa berjalan sendiri" Aku dapat melihat kecemasan dalam gerakannya. Dia terlihat serba salah.

"Aku akan menggenggam tanganmu pelan" Selesai sudah, dia benar-benar gila. Dia terus-terusan mengamati tanganku yang memerah, dan sesekali mengelusnya lembut.

"Terserah anda saja" Aku mulai kesal, tapi aku tak tertarik melanjutkan pertengkaran di ruang yang penuh dengan mata penasaran.

Aaaahhhhh....Baper sendiri kan sama sikap si harimau kecil....
Kalaupun dia psikopat, dia psikopat yang manis...semanis madu....

Lagi-lagi terimakasih telah membaca, memberikan vote dan ditunggu kritiknya....

YOU'RE MY NAMJA, ARASSEOWhere stories live. Discover now