Last Day Of My Life

7.3K 804 8
                                    

Jiwa tak akan mati dengan luka tusukan. Yang dapat membunuhnya adalah kebencian.

"Appaaa....Bagaimana bisa kau menyerahkan anak harimau itu padaku? Aku akan mati dicabik-cabik olehnya"Aku menatap ayahku dengan wajah minta dikasihani. Dia sudah menceritakan semua yang dia alami padaku setiap hari dan itu sangat mengerikan, sekarang Dia menyuruhku mencicipi dunia yang dia guluti, itu mustahil.

"Kau akan menyukainya. Dia tidak seburuk itu Boo"Aku mengikuti Ayahku yang bergerak ke dapur.

"Tidak buruk? seseorang dengan usia diatas 25 tahun yang ayah selalu jaga 24 jam dalam sehari dapat disebut orang baik? Dia seharusnya dapat menjaga dirinya sendiri. dia dapat meminta maaf sendiri jika Dia salah. Tapi Ayah yang selalu menundukkan kepala kepada orang-orang karena ulahnya"Aku membayangkan wajah pria yang sering diceritakan ayahku. Dan sepandai-pandainya ayahku memperlihatkan sisi baiknya, yang aku bayangkan hanya si pria penuh ancaman, penuh darah, dan nista, tidak ada yang baik.

"Dia hanya kesepian" Ayah memang orang yang lembut. Namun kelembutannya ini hanya dia tunjukkan pada beberapa orang, di hadapan orang lain Dia selalu bersikap tegas dan sedikit dingin dan kali ini kelembutannya menjerumuskanku.

"Dia tidak kesepian ayah, dia gila, pokoknya aku tidak mau. Lebih baik aku ikut ayah pulang. Aku bisa melakukan pekerjaan apa saja disana. Aku akan bekerja keras." Aku meyakinkan Ayah untuk mengijinkanku ikut mereka pulang ke desa.

"Rumah disana sangat kecil, dan hanya memiliki satu kamar. Dan kau akan bertani. Bukankah ini terlihat aneh. Kau Aku masukan ke sekolah militer untuk bertani, itu konyol Boo." Ayah selalu tenang saat bisa, dan itu menjengkelkan.

"Aku tidak lulus dari tempat itu Aboji, apakah kau tidak mengingatnya?" Aku duduk di kursi yang menghadap ayahku. Aku hanya dapat melihat ketenangannya. Bagaimana pria tua ini bisa setenang ini.

"Tapi kau dapat melewati hingga tes tahap akhir" Entah itu pujian atau sindiran, Yang aku tau Dia sedang membuat terobosan lebih besar dibanding memasukkanku ke dalam perang.

"Dan Aku gagal di tes pertama saat aku sudah diterima, itu lebih memalukan  Karena siapa saja yang mengenalmu pasti berpikir aku masuk ke sana karena pengaruh darimu. Sudahlah Appa, apa salahnya aku bersama kalian. Atau biarkan aku tetap disini, tapi tidak ke sana, ke rumah harimau kecil itu" Aku menghela nafas, tak dapat membayangkan seperti apa kehidupan di istana, tapi menjaga anak harimau, bukankah lebih baik aku sekalian bekerja di kebun binatang.

"Ibu dan ayah akan pergi besok, sebaiknya kau berangkat sore ini" Ayahku memang tak dapat dipercaya.

"Eommaaaaa" Aku beranjak dari tempat duduk menuju kamar, duduk dipinggir kasur dan memohon kepada ibuku yang sedang berbaring di tempat tidur. Ibu hanya tersenyum dan mengangguk, ini pertanda Ibu setuju dengan keputusan ayah. Maka tamat sudah, ini hari terakhirku hidup.


YOU'RE MY NAMJA, ARASSEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang