Part 5

173 16 13
                                    

Famela PoV

Aku menatap tubuhku didepan cermin. Hari ini adalah hari pertama direktur pengganti Pak Ryan. Namanya Pak Dana. Tapi aku tidak tau bagaimana wajahnya. Apakah dia seumuran dengan Pak Ryan? Atau justru dia lebih muda dariku? Entahlah aku juga tidak tau. Tapi kalau lebih muda dariku rasanya tidak mungkin. Setelah yakin dengan penampilanku, aku menyambar tas kerjaku lalu berjalan menuju pintu keluar. Hari ini aku menggunakan heels setinggi tujun centi. Sebuah hal yang sangat langka mengingat aku tidak terlalu suka dengan heels.

Aku membuka pintu flatku dan mengambil paper bag yang didalamnya berisi bekal makanan dan juga kartu ucapan. Sepertinya ini sudah menjadi kebiasaan untukku. Aku lumayan bisa berhemat karena tidak mengeluarkan uang untuk sarapan. Terkadang aku berpikir, kenapa tuan misterius ini tidak mengirimkan makan siang dan malam sekalian. Jadi aku bisa menggunakan uang makanku untuk membeli novel-novel koleksiku.

Kurang lebihnya empat tahun lalu, aku mulai mengoleksi novel. Novel adalah pelarian bagiku. Ketika rasa rindu ini semakin sesak dan menyakitkan, aku akan membaca novel untuk sejenak mengalihkan rasa itu.

Pukul sembilan kurang dua menit aku sampai dikantorku. Aku segera menuju lantai tertinggi gedung ini. Setelah pintu lift terbuka, tampak beberapa orang petinggi dari beberapa divisi dikantor ini. Mereka telah berkumpul diruang direktur untuk berkenalan dengan direktur pengganti.

Selesai merapikan pakaian yang kukenakan, Pak Sugi--assisten Pak Ryan datang dengan seorang pria. Kami semua berbaris rapi untuk berkenalan dengannya. Aku menatapnya dari bawah. Dari postur tubuhnya aku rasa dia masih muda. Aku semakin menaikkan pandanganku kewajah direktur pengganti itu.

Tubuhku membeku. Aku seperti disiram seember penuh air es. Dia. Berdiri disana dengan senyum yang pernah membuatku terjerat. Aku mengenalinya walaupun kini wajahnya semakin kurus. Tubuhnya tetap terlihat gagah walaupun tidak sesempurna lima tahun yang lalu.

Dia... Apa dia tidak mengurus hidupnya? Kenapa dia sekurus ini. Setahuku Zian adalah orang yang selalu memperhatikan tubuh dan penampilannya. Dia menatapku tepat dimanik mataku. Senyumnya semakin lebar ketika aku membalas tatapannya.

"Perkenalkan direktur baru kita. Namanya Pak Dana. Beliau memang masih muda, tapi prestasi beliau tidak diragukan lagi dibidang bisnis." Pak Sugi mengenalkan Zian kepada kami.

Namanya Ziandra Ardana. Dia adalah mantan suamiku. Aku menahan napasku ketika Zian berdiri didepanku.

"Ini adalah Famela. Dia yang akan menjadi sekretaris Anda." Aku meremas kedua tanganku dan menundukkan kepalaku tidak berani menatapnya.

"Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik." ucapnya lalu mengulurkan tangannya kearahku. Aku hanya memandang telapak tangan itu. Sampai Pak Sugi menyenggol lenganku dan memintaku untuk membalas jabatan tangan Zian.

Tubuhku semakin dingin ketika aku memegang tangannya yang hangat. Masih sehangat dulu ketika aku terakhir memegang tangannya.

Setelah basa basi dengan beberapa petinggi divisi, ruang kerja Zian kembali sepi. Mereka sudah kembali bekerja seperti biasanya. Dan aku sendiri terduduk dengan lemas dibalik meja kerjaku.

Drrtt ponselku bergetar tanda ada pesan masuk.

Setia : Hai cantik, sedang sibuk?

Akhir-akhir ini Setia memang lebih sering mengirimiku pesan. Sekedar basa basi aku sedang apa, sudah makan belum, dikiranya aku anak abg labil apa ditanyai pertanyaan seperti itu. Bukannya aku sombong atau apa, tapi sungguh aku tidak suka chat basa basi busuk seperti itu. Aku terbiasa dengan to the point selalu mengungkapkan langsung tanpa perlu berbasa basi.

Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang