Part 3

118 15 4
                                    

Zian PoV

Aku bangun pagi ini dengan semangat. Tentu saja, sebentar lagi aku akan bertemu kembali dengan wanitaku. Wanita yang selama lima tahun ini selalu ada didalam hati dan pikiranku. Tiga hari lagi dan aku akan leluasa melihatnya dari pagi hingga sore. Tidak perlu bersembunyi seperti ini. Namun hari ini aku tetap akan mengikutinya seperti biasa.

Aku sudah siap dan melangkahkan kaki keluar dari flat tempat tinggalku saat ini. Aku melirik flat sebelah masih tampak sepi seperti biasanya. aku meletakkan bekal makanan yang biasa aku buat untuk wanitaku dan tak lupa kali ini aku sertakan mawar putih.

Aku segera turun kebawah menuju halte bus dimana wanitaku akan menunggu bus yang akan membawanya kekantor. Aku bersembunyi dibalik pohon besar, tapi aku masih leluasa untuk melihatnya.

Dia berjalan dengan anggun menggunakan blouse berwarna coklat susu dan dipadukan dengan rok span berwarna hitam. Tak lupa flat shoes senada dengan blouse yang ia kenakan dan juga tas kerjanya. Rambutnya diikat keatas menampilkan leher jenjangnya. Tak lupa ia membawa kotak bekal yang tadi aku letakkan didepan pintu kamarnya. Mungkin dia meninggalkan bunganya di flat karena aku sama sekali tak melihatnya membawa bunga. Dia sangat cantik. "Aku merindukanmu Mela... istriku." Ucapku dalam hati.

Setelah melihatnya naik kedalam bus, aku segera berjalan menuju mobil yang kuparkir tidak jauh dari lokasi ku memandangi Mela. Mobil Audi berwarna silver. Mobil kesukaan Mela. Dia sangat ingin memiliki mobil ini. Dan semenjak mengetahui hal itu aku mengganti mobilku. Tak jarang kami berpapasan. Mela sedang jalan menuju flat dan aku lewat dengan mobil ini. Tentu saja dia tak bisa melihatku dari luar. Dia memandangi mobilku dengan takjub. Sangat lucu sekali wajahnya saat itu. Rasanya aku ingin menariknya masuk kedalam mobil ini dan mengajaknya berkeliling. Dia pasti sangat senang. Tapi... tentulah aku tidak melakukannya, karena aku tidak ingin egois.

Aku melihat Mela berjalan memasuki area kantornya. Sebentar lagi tempat itu juga akan menjadi kantorku. Aku tersenyum senang memikirkan hal itu. Ketika aku dan Mela akan terus bersama-sama sepanjang waktu. Tapi, apakah Mela akan bahagia melihatku? Atau dia akan lari lagi seperti dulu? Pemikiran itu membuatku merasa sesak. Apa Mela masih mau menerimaku lagi?

Aku menghembuskan napas, mengusir pemikiran buruk itu dari benakku. Aku tidak akan membiarkan dia pergi lagi. Itu janjiku kepada diriku sendiri.

Setelah memarkirkan mobilku disekitar kantor Mela aku melangkahkan kakiku menuju café yang selama ini aku kelola. Café yang berada tepat diseberang kantor Mela. Dan tentunya Mela tidak tau akan hal itu. Beberapa hari ini aku selalu melihatnya makan siang ke cafeku dengan sahabatnya Dita dan dua lelaki lainnya. Aku tidak tau mereka siapa, tapi sepertinya salah satu dari lelaki itu adalah pacar Dita dan mereka terlihat sangat lengket sekali. Sedangkan lelaki satunya selalu duduk disebelah wanitaku dan terkadang mencuri pandang kearah wanitaku. Hal itu sukses membuatku kesal dan sangat ingin memukul mukanya. Memang dia seorang lelaki tampan, tapi tentu saja lebih tampan aku dibanding dia.

****
Jam makan siang ...

Café selalu ramai saat makan siang begini. Aku mengambil tempat duduk di ujung restoran ini. Tidak banyak orang yang bisa melihat keawahku, tapi aku bisa melihat mereka dari tempatku.

Wanitaku datang bersama sahabatnya dan langsung menghampiri kedua lelaki itu. Mereka selalu mengambil tempat duduk ditengah ruangan. Ada yang berbeda dengan wanitaku, hari ini dia terlihat lebih pendiam dari biasanya, dia juga hanya memesan satu menu makanan. Biasanya dia memesan tiga atau lebih makanan yang berbeda. Terlihat sahabatnya sedang tertawa dengan ketiga orang itu, tapi wanitaku hanya diam. Itu membuatku resah, apa dia sedang sakit? Apa yang terjadi padanya? Semua pemikiran buruk pun melintas didalam otakku.


Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang