Dia akan bertindak malam ini juga , putusnya dengan pandangan tidak lepas dari sosok yang diincarnya.

************

Louise berdoa dan berharap agar pria itu benar-benar termakan tipuannya. Dan barulah Lousie bernafas lega ketika melihat sebuah mobil hitam meluncur keluar dari rumah kecil yang berada begitu terpencil dengan siluet pria itu didalamnya. Wanita itu sadar, setiap waktu mereka bisa kembali begitu menyadari tipuannya. Oleh karena itu, dia berpacu dengan waktu.

Jantungnya berdebar keras, dia sama sekali hampir tidak memiliki perencanaan yang matang dan sementara ini harus mengandalkan akting dan keberuntungannya. Udara dingin membuatnya semakin merapatkan jaket kulit yang sayangnya tidak cukup untuk memberinya kehangatan.

Perlahan Louise melangkah mendekati sesosok pria yang sedang berada didepan pintu dengan senyuman memsona dan sikap seanggun mungkin. Dia tahu pria ini. Pria bernama Brett yang selalu menatapnya dengan tatapan lapar dan nafsu saat melihatnya dulu.

Meskipun dalam hatinya dia merasa jijik, namun ditutupinya dengan sikap semanis mungkin. Pria itu terkejut melihatnya dan mencegahnya lewat.

" Maaf, Miss. Connor, Anda tidak diijinkan datang ke sini."

Louise menatap pria itu dengan tajam dan berkata tegas," Dasar bodoh. Justru Tuan Robert yang menyuruhku datang kesini mengenai masalah bayi itu. "

Pria itu terkejut seketika dan cepat-cepat menunduk meninta maaf. Namun Louise hanya tersenyum memaklumi dan meminta pria itu membukakan pintu untuknya.

" Tunjukkan padaku dimana bayi itu berada," perintahnya halus namun tidak bisa dibantah membuat pria itu dengan patuh lagi-lagi menunjukkan sebuah kamar kecil temaram  dan sesosok bayi mungil yang sedang tertidur lelap.

Louise mengerjapkan matanya menyadari kemiripan bayi itu dengan Gerald dan bersyukur karena bayi itu tidak terluka. Sekarang masalahnya hanyalah pria ini yang harus dibereskannya. Sambil memikirkan bagaimana menyingkirkan pria dibelakangnya yang meskipun bodoh namun kemampuan bela dirinya yang tidak bisa diragukan, tubuh Louis menegang ketika merasakan sepasang tangan yang memeluknya dari belakang dan bahkan sekarang mulai menggerayanginya.

Sudah begitu lama dia tidak pernah sedekat ini dengan seorang pria apalagi nafas pria itu yang memburu terdengar begitu dekat ditengkuknya membuatnya merinding. Louise hampir saja kehilangan kendali dan ingin menendang selangkangan pria itu jika saja tidak melihat sosok Anthony yang begitu damai. Memikirkan itu, Louise membalikkan tubuhnya dan memasang senyuman terbaiknya.

Dengan sengaja, Louise mundur beberapa langkah dan dengan gerakan begitu perlahan membuka jaketnya dan melepaskannya didepan pria itu yang memandangnya dengan terbelalak menatap pemandangan indah dan lekuk tubuhnya yang terpampang jelas pada gaunnya yang berpotongan begitu seksi.

" Kamu tahu, Brett. Aku sebenarnya sudah memperhatikanmu sejak lama sekali," desahnya parau sambil memainkan kancing kemeja pria itu membuat dada pria itu naik turun karena gairah.

" Bagaimana kalau kita bersenang-senang sebentar dan melepaskan ketegangan yang menderamu belakangan ini. Kasihan kamu, Brett . Tugas yang diberikan Tuan Roberts pasti membuatmu lelah dan tegang selama ini." Louise bergaya dengan sikap dramatis dan pria itu benar-benar termakan dengan rayuan dan kata manis Louise.

"Aku juga selama ini selalu memperhatikanmu, Ms. Connor. Dan selalu membayangkan dirimu berada dibawahku melebur menjadi satu. Aku tidak sabar lagi ingin mewujudkan fantasi yang berada dalam benakku selama ini," ujarnya dengan nafas memburu dan meraih tubuh Louise.

Louise menegang sejenak ketika merasakan tangan pria itu meraba pungungnya yang polos dan dengan lihai berpura-pura mengindar," Eitt, tunggu dulu Brett. Aku juga sudah tidak sabar lagi namun apakah kamu tidak sadar ada bayi didepan kita. Bagaimana nanti jika dia terbangun karena erangan kita nanti?"

The Impossible DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang