07. Hime Tetaplah Hime

12.7K 947 112
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Canon Universe Love Story Of Naruto and Hinata

🌻🌻🌻
Song Fic Muraski Hime
By Nana Mizuki
🌻🌻🌻🌻

Air bening menyejukkan bak embun menetes di pipi pualamnya. Sang Byakugan no Hime menghentikan pancaran kekuatan bola mata mutiara warisan klannya.

"Aku mohon hentikan.....," mohon Hinata dengan wajah sedikit memelas di hadapan para rekan seangkatan dan sensei, serta dua Kage Konoha terdahulu yang masih segar bugar.

Ia tak tega jika harus melihat suaminya seperti itu. Sebaka bakanya dia, Naruto bukan pria cengeng yang mudah mengeluarkan air matanya. Tapi jika itu menyangkut keluarga terutama Hinatanya. Air bening itu lolos begitu saja dari safir biru secerah samudra itu.

Dan Hinata, hafal betul itu. Apalagi seharian ini ia terus mengaktifkan byakugannya untuk mengikuti gerak-gerik sang suami. Hinata benar-benar tidak tega saat pria yang minta di panggil Anata padanya ini, seharian berkeliling desa seperti orang kebingungan.

"Dia masih di kantor, aku sudah menyuruhnya pulang tadi." Suara penasihat Hokage yang memasuki rumah palsu Toneri dan Hinata, sontak mengalihkan perhatian para aktor dan aktris pada ulang tahun sang Hokage ini.

Ya, rumah sewaan itu telah menjadi markas para pelakon kejutan untuk Nanadaime mereka.

"Aku tidak tega melihat Naruto seperti itu," Iruka menghela nafasnya berat. "Tadi siang dia bertanya berulang-ulang, 'sensei, kau yang menjadi wali, pernikahanku dengan Hinata, kan?'  Ah aku sedih sekali mendengarnya." Sambung Iruka sambil menerawang.

"Dia tak pernah sekacau ini seumur hidupnya." Komentar sang Rokudaime Hokage yang baru saja menutup buku keramatnya, sontak membuat hati Hinata semakin mencelos.

"Sesekali tak apa membuatnya segalau itu.." Tsunade mengibas-ngibaskan tangannya sambil tertawa, ia kini tengah mabuk karena menenggak banyak sake.

"Hima, tidak mau lagi memakai alas bedak ini, gatal sekali Ma..." Rengek Himawari sambil mengusap kasar pipinya yang di bubuhkan alas bedak untuk menyamarkan goresan pipinya.

Hinata memandang sendu pada Sakura yang duduk di samping Sasuke, sang sutradara dari sandiwara ini. Ia seperti memohon pada Sakura untuk membujuk suami Uchihanya untuk menghentikan permainan pada pria pirang kesayangannya itu.

Sakura menghela nafas panjang. Ia gosok lembut lengan kanan sang suami. Itu jurus terjitu Sakura untuk meluluhkan sang suami.

Sejak kembali dari pengembaraan penebusan dosanya Sasuke memang gampang luluh jika dielus seperti itu oleh Sakura. Mengingat betapa sabarnya si pinky ini menantinya, sekalipun beberapa kali ia hampir menghabisi nyawa belahan jiwanya sendiri.

"Ne..., Sasuke-kun..., tolong hentikan permainan pada Naruto ya..." Goda Sakura lembut.

Sasuke hanya diam, ia mengelus surai merah muda sang istri. Pertanda rayuannya tak mempan.

"Oh ayolah Sakura Ba-san, ini sangat menyenangkan..., kapan lagi kita bisa melihat Tou-chanku segalau ini.." Salinan dari sang Nanadaime ini tampaknya sangat menikmati permainan ini.

Pletak

Sarada dengan geram menjitak kepala pirang pewaris Uzumaki ini. "Baka!, aku rindu dengan Mamaku, apa kau tidak rindu dengan Kaa-chanmu?!" Sarada menghentakkan kakinya dan berlari kepelukan ibunya.

"Sasuke-kun..." Sakura memelas sambil memeluk puteri semata wayangnya dengan sang suami.

Oh..., Sasuke paling tidak tahan dengan semua ini. Sama seperti Naruto. Sasuke juga paling mudah luluh jika hal itu menyangkut dengan anak dan istrinya.

Sasuke menghela nafas. "Baiklah besok malam semuanya akan selesai, kita laksanakan puncak rencanya besok sore." Putus Sasuke.

Beberapa dari mereka ada yang merasa lega. Dan sebagian lagi ada yang merasa kecewa. Seharusnya rencana ini berakhir satu hari setelah ulang tahun Naruto. Supaya Naruto tak terlalu curiga bahwa ini adalah kejutan ulang tahunnya. Tapi mengingat anak dan istrinya sudah merengek seperti ini. Sang sutradarapun menghentikan sandiwaranya lebih awal.

Toneri tampak tersenyum tipis, ia sedikit kecewa karena perannya sebagai suami gadungan Hinata akan berakhir.

"Dia sudah sudah dekat..." Teriak Hanabi yang sedang mengaktifkan byakugannya untuk mendeteksi jarak sang Hokage.

"Kembali ke peran masing-masing." Insruksi sang sutradara.

Poffttttt

Kakashi, Iruka, Tsunade, Shikamaru lebih dahulu menghilang dalam kepulan asap. Yang tertinggal dirumah sewaan itu hanya Hinata bersama dua buah hatinya, Sakura bersama puteri kecilnya. Karin dan Toneri. Hiashi dan Hanabi. Serta Konohamaru yang selalu mengintil kemanapun Hanabi pergi.

Boruto berjalan menjauhi Hinata menuju Sakura. Sementara Sarada menghampiri Karin disusul dengan Sasuke.

"Karin, kau jangan macam-macam dengan SUAMIKU." Ancam Sakura sambil mengepalkan tinjunya kearah wanita yang dulu pernah memuja suaminya.

"AKU INI SUDAH PUNYA PACAR SAKURA!!!!" Teriak Karin sambil berkacak pinggang.

"Sakura...," suara lembut Hinata, menghentikan pertikaian dua wanita berambut menyala ini.

Sakura mengalihkan pandangan emeraldnya pada ibu dua anak ini. "Aku titip Naruto-kun dan Boruto ya..." Ujarnya lirih.

Sakura tersenyum lembut. "Tenang, aku akan mengurus mereka, ya walaupun tak selembut dirimu.."

Satu persatu keluarga gadungan itu menghilang dalam kepulan asap. Hingga menyisakan keluarga palsu Toneri Hinata.

"Hinata, Hanabi, Hima, ayo pulang." Perintah Hiashi.

"Hyuga-sama, Hinata mau dibawa kemana?" Protes Toneri karena ayah mertua palsunya ingin mengajak istri palsunya pulang ke mansion Hyuuga.

"Kau pikir, aku akan meninggalkan Hinata dan Hima disini hah?!" Tanya Hiashi galak. "Kau mungkin akan membawa mereka ke bulan lagi!"

Pofffftttt

Hiashi, Hanabi, berserta Hinata dan Himawari menghilang dalam kepulan asap seketika.

"Hueeee, ayah mertua, kenapa aku di tinggal...." rengek Konohamaru. Ia segera memasang jutsu di tangannya dan...

Poffftttt

Tinggalah Toneri sendirian dirumah sewaan ini, sambil menerawang nanar rumah sewaan yang hanya dihuninya sendiri, karena sejak kemarin Hinata dan Himawari memang mengungsi di mansion Hyuga "Apa bedanya di bulan dan di bumi, aku tetap hidup sendiri."

つづく
Tsudzuku

Without YouWhere stories live. Discover now