"Mark, ini Iris. Kami akan makan malam di sini."

Mark menatap Iris yang tersenyum sopan. Jelas sekali dia tertarik pada Iris.

Sudah kubilang Iris menarik. Dia tidak terlalu cantik, tapi ada aura di dalam dirinya yang membuat siapapun tidak ingin melewatkannya begitu saja. Apalagi bentuk tubuh dan senyumnya yang memesona. Kalau Cupid ingin menembakkan panah padanya, kurasa dia akan ngiler dulu melihat sasarannya.

Iris menjabat tangannya dan tersenyum sopan. Dia tidak terlihat salah tingkah. Reaksinya seolah memang harusnya seperti itulah pandangan orang terhadapnya. Tapi, orang bisa melihat pipi merahnya menceritakan lebih banyak. Anggun sekali. 

"Ah, Lee, kau bercanda. Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Kau adalah bosnya," ucap Mark sambil menyentuh bahuku dengan ekspresi santun yang jelas. 

Aku akan mengingat hal tersebut sebagai pertimbangan untuk menaikan gajinya.

Mark mengantar kami di meja di ruang terbuka dengan cahaya tepat untuk melihat seluruh kehidupan malam California.

Iris melihatku dengan takjub.

"Kau punya tempat terbaik. Ini romantis sekali."

Terima kasih, Mark.

Lilin, cahaya remang-remang, dinginnya angin malam, cahaya lampu kota yang menjadi satu dengan cahaya bintang, live music dan pelayanan yang baik. Ini perpaduan yang bagus untuk membuat gadisku terkesan.

"Aku mempersiapkannya hanya untukmu," ucapku membual. 

Iris mengangkat alis dan berdecak. "Pembohong! Lee, dengar. Aku tidak ingin kau salah sangka." Iris mengambil napas dalam. "Aku menerima ajakanmu sebagai teman. Tapi, kau malah memberi lebih dari yang kuharapkan."

"Memangnya, apa yang kau harapkan?"

"Kupikir kita hanya duduk di tempat biasa dan mengobrol biasa."

"Tempat biasa tidak pantas untuk Lady sepertimu. Kau pantas mendapatkan yang terbaik."

Iris menggeleng. "Semua terasa berlebihan, Lee." Alis Iris berkerut sekarang. "Apapun yang ada di pikiranmu sekarang, aku hanya ingin menegaskan kalau aku sedang tidak ingin menjalin hubungan. Aku tidak ingin kau mendapat harapan palsu."

"Satu-satunya hal yang kuinginkan adalah berduan denganmu, telanjang dan bersenang-senang. Kita akan melakukannya, baby."

Iris melotot. "Astaga, semua ini hanya untuk itu?" Dia mendengus, kelihatan kesal. Namun, sinar matanya tetap indah. "Ya, seharusnya aku tahu, itulah laki-laki. Urusan laki-laki tidak pernah jauh dari isi celananya."

"Lalu, kenapa kau berlama-lama?"

Iris mengerutkan alis. "Sudah kubilang, Lee, aku tidak ingin berhubungan dengan siapapun. Lihat posisiku sekarang, Lee."

"Kau tidak harus terikat kontrak untuk sebuah kesenangan."

Iris mengamatiku dengan mata hitamnya yang tajam.

Apa aku salah ucap?

Dia menghela napas pendek. "Kalau kamu memang sesakit itu, aku bisa pergi sekarang."

Aku menarik tangannya dengan cepat.

"Iris, tolong. Jangan ke mana-mana. Kasihanilah aku," rengekku tiba-tiba.

Apa aku punya mental disorder? Kepribadian ganda? Kenapa mulutku mengeluarkan kata-kata yang tidak kukehendaki?

Dia menatapku lagi. Lalu kembali duduk di tempatnya.

A Redemption (Sudah Terbit)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant