Bab 6.

1.1K 72 3
                                    

Kaget, itu yang melintas dipikiran Karen selama dia duduk di jok belakang.

Karen masih teringat tangan kekar yang tiba-tiba memeluknya secara tidak sengaja.

"Non Karin, kita mau kemana sekarang?" Tanya pak.Sugik supir Karin yang memecah lamunan Karen.

"Langsung pulang aja pak.Sugik," jawab Karen sedikit ketus.

"Hmm oke non." Tumben sekali mendengar nona muda menjawab Pak.Sugik supirnya dengan ketus.

Dari jauh Karen tercengang melihat Karin, di bonceng oleh guru paling tampan di sekolah, siapa lagi jika bukan Nico.

"Loh.. itu kan..." hampir saja Karen lupa bahwa dia menjadi Karin.

"Pak, itu Karen kan?" Tanya Karen hati - hati pada pak.Sugik.

"Eh, iya non..." jawab pak.supir agak ragu.

Karen memperhatikan Karin dan orang yang membonceng dengan seksama lagi. Karen menyipitkan matanya dan berniat menelpon Karin.

"Tuh anak udah berani boncengan sama cowok,by the way kok bisa sih pak Nico guru aneh itu yang bonceng Karin," gumam Karen bingung.

"Pak mampir di minimarket bentar ya, haus." Ucap Karen.

"Siap non."

Merekapun berhenti di minimarket terdekat, sebenarnya Karen hanya sembunyi, karena disekolahnya tidak ada yang tahu bahwa dia kembar, kalau ketahuan bisa gawat deh dia sama Karin.

"Untung gue liat mereka kalau gak udah ketahuan kali ya." Gumam Karen.

Tiba-tiba handphone Karen berbunyi bertanda
Karin sudah sampai di rumah terlebih dahulu, Nico langsung pergi setelah mengantarkan Karin, dia masih ingat saat Karin teriak-teriak di atas motor karena takut dan memeluk tubuh Nico erat seakan tidak ada yang bisa memisahkan mereka.

"Lain kali kalau kamu takut kayak tadi , jangan peluk saya terlalu erat karena saya enggak bisa napas," goda Nico.

"Apa sih! sorry ya ini terakhir kalinya gue meluk loe!" Ucap Karin ketus lalu berlalu dari hadapan Nico tanpa mengucapkan terima kasih.

"Freak girl," batin Nico saat melihat Karin dari belakang.

Karen pun sampai rumah dan langsung bertemu mamanya,

"gimana nih kalau nyokap tau gue bukan Karin, mati kutu deh," batin Karen ketakutan namun berusaha santai.

Mamanya sudah menyambut Karen yang dikira Karin dengan senyuman hangat.

"Anak mama sudah pulang, langsung mandi, ganti baju ya sayang," ucap mamanya.

"Eh iya ma..." sahut Karen.

Karen agak jengkel dengan perhatian mamanya pada kembarannya, kenapa mamanya tidak pernah memberi senyuman padanya? Tetapi saat dia jadi Karin dia tahu hatinya tidak bisa membenci mamanya, dan dia rindu akan kasih sayang yang selama ini tidak dia rasakan dari orang tuanya.

Sesampainya Karen di kamar Karin dia langsung merebahkan badannya di tempat tidur pink tersebut.

"Capek gue!" Gumam Karen.

Karin masuk dengan wajah cemberut dan acak- acakan mungkin ini pertama kalinya Karin bermuka judes.

"Karen, aku enggak mau jadi kamu!" Pekik Karin tiba-tiba.

"Eh.. kenapa woy? Bukannya loe seneng ya, dibonceng moge," kata Karen santai.

"Kamu kok tau Ren?"

Crazy TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang