27. Distance

718 49 0
                                    

GERBANG sekolah sebentar lagi akan di tutup. Lintang menunggu teman sebangkunya, Gina, di depan gerbang sambil memainkan ponselnya. Tak lama kemudian, seseorang menepuk pelan bahu gadis itu. "Lama ya, Lin? Maaf ya, tadi macet banget." Lintang menoleh dan melihat segaris senyum di wajah Gina.

Lintang menggeleng pelan. "Gapapa kok. Ayo ke kelas." ujarnya sambil melangkah menuju kelas.

Gina menyenggol pelan bahu Lintang kemudian jari telunjuknya mengarah pada suatu tempat, atau lebih tepatnya pada seseorang. "Itu... Dean, kan?" tanya Gina pelan dengan penuh kehati-hatian.

Lintang menajamkan pandangannya kemudian mengangguk pelan. Di depan koridor ruangan kelas sebelas, ada Dean bersama seorang perempuan. "Itu Shasya bukan, sih?" tanya Gina lagi.

Lintang tidak tertarik untuk mejawab semua pertanyaan dari Gina dan memilih untuk melanjutkan berjalan menuju kelas. Saat melewati mereka, tatapan Lintang sempat bertemu dengan Dean. Kemudian lelaki itu kembali melirik Shasya dengan senyuman yang dibuat semanis mungkin.

Jadi ini permainan baru lo? Gumam Lintang dalam hatinya sambil tersenyum kecut.

✖✖✖

Jam pelajaran ketiga diisi oleh guru Pendidikan Agama, dan saat ini guru tersebut sedang ke wc. Di ambang pintu datang seorang perempuan dan bertanya. "Ada Kak Dean gak?" Lintang menoleh ke arah suara tersebut. Di sana tengah berdiri Shasya—anak kelas sebelas yang tadi pagi duduk bersama Dean.

Fathur, orang yang duduk paling depan pintu segera menjawab. "Dean gak ada. Biasanya jam segini dia di UKS. Lagi tidur." jawab Fathur.

"Sya!" seseorang memanggil Shasya dan membuat gadis itu langsung menoleh. "Tadi gue nyari lo tau! Lo malah di sini. Yaudah, kita makan yuk!" Lintang tercekat saat melihat Dean yang tiba-tiba merangkul bahu Shasya. Kemudian pergi dari depan pintu.

Gina yang melihat itu langsung menepuk pundak Lintang. "Gila ya si Dean, baru putus dari lo, udah ngegandeng yang baru aja. Yang kaya gitu gak usah digalauin deh, Lin."

Lintang menelan ludah dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian mengeluarkan senyuman untuk mengusir rasa sakit hati yang sedari tadi sudah menyelinap diam-diam.

Tangannya meraih ponsel dan mengetikan pesan di group LINE-nya.

Lintang: Pulang sekolah ke rumah gue ya. Ada urusan penting.

Send.

Setelah itu ia menaruh ponselnya dan kembali melanjutkan kegiatan pembelajaran.

✖✖✖

Sebuah mobil Grand Livina silver terparkir manis di samping sebuah club night. Sang pemilik mobil keluar dan memain-mainkan kuncinya sambil berjalan memasuki pintu club.

Dentuman musik segera memasuki gendang telinga Dean dan membuatnya kesakitan. Ini pertama kalinya lelaki itu memasuki club night.

Ia duduk di salah satu meja yang ada di sana. Sambil menunggu sang bartender mengantar minumannya, Dean mengeluarkan bungkus rokoknya yang masih utuh. Asap mengepul ketika lelaki itu mulai menghisap rokoknya.

Pikirannya melayang-layang entah ke mana. Rasa bersalah terhadap gadis pujaannya yang baru saja ia putuskan, terus-terusan menghantuinya.

DistanceWhere stories live. Discover now