4. Distance

1.3K 83 13
                                    

PARKIRAN terlihat sangat padat. Banyak murid yang membawa motor ke sekolah. Lintang melangkahkan kaki dengan cepat menuju motornya.

Saat mulai menstarter motor, seseorang tiba-tiba duduk di jok belakang dan membuat Lintang menoleh.

"Lo? Mau ngapain sih? Turun gak lo!" teriak Lintang histeris dan segera mematikan motornya kemudian turun. Orang itu ikut turun juga dan kini berdiri tepat di hadapan Lintang.

"Gue boleh nebeng sama lo gak?" tanyanya dengan muka memelas supaya mendapat simpati dari Lintang.

"Ogah! Gak kenal nebeng-nebeng." jawab Lintang ketus.

"Ya udah kalo gitu kita kenalan dulu yuk, abis itu gue nebeng pulang. Rumah gue deket kok," orang itu mengulurkan lengannya. "Gue Dean. Lo siapa?"

"Gue tau."

"Bagus deh. Nama lo siapa sih? Lupa gue."

"Gue mau pulang!" teriak Lintang saat Dean tiba-tiba mencekal lengannya.

"NAMA LO LINTANG KAN?" tanya Dean setengah berteriak.

"Kalo iya, lo mau apa?" jawab Lintang cuek.

"Gue mau nebeng pulang bareng lo!"

"Gue nggak mau!!!"

Tiba-tiba Dean duduk di atas motor milik Lintang dan membuat gadis itu melotot.

"Motor gue rusak, lagi di bengkel. Jadi gue mau nebeng sama lo!" ujar Dean datar.

Lintang berdecak kesal. "Kenapa lo gak nebeng sama temen-temen lo aja sih?"

"Mereka kan udah berdua-berdua pulangnya. Masa gue harus reptil macem cabe-cabean gitu. Ogah!" Dean bergidik membayangkan dirinya naik motor bertiga bersama teman-temannya.

"Bukan urusan gue," tukas Lintang.

Dean menaikkan sebelah alisnya. "Pokoknya gue nebeng sama lo. Sehariiiii ajaaa, please."

"Kalo motor lo rusak, ya tinggal bawa ke bengkel. Bukan maksa orang buat ditebengin. Apa susahnya juga lo naik angkot. Bukan tindakan maksiat ini," ucap Lintang sambil menekuk mukanya.

"Gak bisa. Gue gak biasa naik-naik angkot kayak gitu. Panas. Rame. Lagian gue gak bakal ngapa-ngapain lo kali. Takut banget, sih," kata Dean dengan nada yang sedikit meninggi.

"Kali aja lo mucikari, niat nyulik gue," jawab Lintang datar yang disusul kekehan kecil Dean.

"Rese lo. Nyindir gue gak ada bagus-bagusnya."

Kemudian Lintang merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan beberapa pecahan uang lima ribu. "Nih." kata Lintang kepada Dean sambil mengulurkan tangan yang sudah terkepal uang.

"Apa-apaan nih?" tanyanya. Wajah Dean menunjukan tanda tanya besar.

"Lo gak perlu repot-repot bikin alesan. Gak punya uang buat ongkos, kan? Pake alesan gak bisa naik angkot lagi, rame lah, panas lah. Gak usah malu kali. Kalau lo gak punya uang, bilang aja sama gue," jelas Lintang menyindir lelaki itu.

Dean tertawa kecil. Tangannya merogoh saku dan mengeluarkan dompet. Di keluarkannya uang pecahan seratus ribuan yang jumlahnya berlembar-lembar. "Lo liat uang gue?"

Lintang tersenyum kecut. "Sombong amat lo jadi orang."

"Bagi gue, sombong itu harus." Dean menyeringai.

"Semerdeka lo lah," sahut Lintang cepat.

"Lo lama banget sih. Lo bisa bonceng gak? Kalo gak bisa, biar gue yang bawa motornya, lo tinggal duduk manis di belakang gue. Sini!" ucap Dean sambil menepuk bagian jok belakang.

DistanceWhere stories live. Discover now