Chapter 08 - Maaf...

201 18 10
                                    

Frieska benar-benar mengambil hidupku, kini ia sedang merawat diri, dan aku disuruh menunggunya, aku sudah tak bisa bebas seperti dulu lagi, aku benar-benar muak dengan keadaan ini, ku lihat chat grup, Kak Shania dan Beby tengah membicarakan pernikahan kak Ve yang tak lama lagi akan dilangsungkan, langsung saja ku masukan kedalam tas, aku tak ingin membahas itu sekarang,

"Aarrrrgghhh... " ku acak rambut ku frustasi

"Lo kenapa? " tanya seseorang di depan ku, kulihat Frieska berdiri dengan anggunnya setelah perawatan kuakui ia memang cantik, tapi, masih pantas kah dia bertanya aku kenapa?

"Sudah selesai, sebaiknya kita segera pulang karena ada tugas yang harus segera gue kerjakan" ucapku mendahuluinya berjalan

"Jangan terburu-buru Ghaida, gue masih pengen jalan-jalan"

"Kemana lagi? " tanyaku kesal

"Nonton, ayo film nya sebentar lagi mulai" tanpa memperdulikan aku yang tengah kesal Frieska menggandeng tanganku,

***

Ku hempaskan tubuhku di kasur, hari ini begitu melelahkan, seharian Frieska memaksaku menemaninya
Mulai dari salon menonton bioskop sampai bermain timezone, Frieska terlihat manis ketika sedang tertawa tapi sedikit saja aku melakukan kesalahan iapun tak segan menyakiti dirinya sendiri, sampai sesuatu yang tak ku duga pun Frieska melakukan itu di depan mataku,

Flashback,

"Aduh, hari ini aku seneng banget deh di temenin kamu terus, sayang " ucap Frieska saat kami baru saja keluar dari area bermain anak-anak

"Fries, udah cukup yah gue nemenin lo hari ini, sekarang kita pulang"

"Ya udah, tapi temenin aku ke toilet yuk"

"Lo bisa kan ke toilet sendiri"

"Gua maunya di temenin sama lo! " bentak nya membuat ku tak bisa melawan

Frieska menarik ku masuk bersamanya ke dalam toilet, aku bingung apa yang akan dia lakukan?

"Fries, lo mau ngapain? "

"Ghai.. lo gak usah pura-pura, sebenarnya lo suka kan sama gue, "

Frieska mengalungkan tanganya di leher ku, lalu ia hendak menciumku tapi ku tolak

"Frieska, gue gak mau ngelakuin ini sama lo! " aku menjauhkan tubuhku darinya

"Kenapa? " ia menatap ku marah

"Gue gak bisa ngelakuin itu sama orang yang gak gue cinta! " ucapanku mampu membuat Frieska menjauhkan wajahnya dan keluar dengan marah

Aku melihat Frieska mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya, aku tak tau apa yang ia lakukan karena posisi nya yang membelakangi ku, aku mendekati perlahan

Aku sangat terkejut saat melihat Frieska tengah bermain dengan benda tajam!
Ia hendak memutuskan urat nadinya di hadapanku,

"Frieska! Apa yang lo lakuin! " segera aku merampas pisau lipat itu yang sudah melukai sedikit pergelangan tangan kirinya

"Biarin gue mati Ghai! Karena udah gak ada lagi yang cinta sama gue! " Frieska menatap marah padaku

"Lo bisa di cintai seseorang kalau lo bersikap baik! "

"Percuma! Mereka semua jahat sama gua! Melody, Veranda! Gue benci sama mereka! Mereka sudah menghancurkan hidup gue! "

Veranda? Aku kaget saat Frieska menyebutkan nama itu, berarti kak Ve pun dalam bahaya,

"Ghaida! Gue tau lo sayang banget kan sama kedua orang itu? Kalau lo mau mereka selamat, lo harus turutin apapun kemauan gue, "

Anak ini benar-benar sakit, tadi kulihat ia sangat marah dan frustrasi tapi sekarang ia malah tersenyum dan melihat ku meledek, seolah ia tak sadar apa yang ia lakukan tadi dengan pisau yang masih aku genggam,

"Sebaiknya lo buang pisau itu, daripada nanti lo dikira mau membunuh gue" seketika ku buang pisau itu yang sebelumnya aku cuci ke dalam tempat sampah.

Flashback off-

'Kak Ve, aku harus menemuinya, aku ingin mengatakan kalau jangan menemuiku dulu sampai urusan ku dengan Frieska selesai, aku melihat jam dinding sudah menunjuk angka 12 , tapi aku masih belum juga mengantuk, aku harus melakukan sesuatu agar Frieska tidak berbuat macem-macem terhadap kakak pipi apel ku, ..

Veranda pov-

Sesampainya di rumah aku terkejut karena melihat Devan yang sedang duduk di ruang tamu sendiri, akupun menghampiri nya,

"Dev, kok kamu ada disini? " tanya ku, iapun melihatku lembut

"Ve, aku kangen sama kamu"

"Kan tadi kita baru saja bertemu, "

"Maksud ku, aku kangen yang ini " Devan dengan lancang memelukku dari belakang dan hendak mencium leherku, tapi aku segera mengelak

"Van! Kamu apa-apaan sih! " aku sangat kaget melihat Devan yang biasanya bersikap lembut dan menghormatiku tapi kali ini dia melihat ku seperti singa kelaparan,

"Kamu, jangan macem-macem Van! Menjauh dari ku! " bentakku padanya yang malah membuatnya semakin menatap ku

"Kenapa kamu tolak Ve, toh sebentar lagi juga kita akan resmi menjadi suami istri, sekarang ataupun nanti tidak ada bedanya, kamu akan menyerahkan mahkota mu kepadaku Veranda! "

setelah berkata lancang Devan mendorong tubuhku sampai aku menjerit dan terjatuh di sofa ruang tamu, aku berteriak minta tolong namun sepertinya tak ada siapapun disini, Jeje! Kamu kemana? ?

"Percuma Ve, kamu meminta tolong orang diluar tak akan mendengarmu! , tidak ada siapapun di rumah ini selain kita berdua Ve! "

"Devan! Lepaskan aku! Aku kecewa sama kamu Van! Aku tak akan pernah memberikanya padamu! "

Plak...!!

Dengan emosi ku tampar wajah tampanya, aku harap Devan akan sadar lalu meminta maaf kepadaku,

Tapi, Devan yang diam setelah ku tampar tersenyum dan membuang ludah nya di lantai dan menatapku marah

"Oh, jadi selama ini kamu terpaksa menerima pernikahan ini? Kamu tidak pernah mencintaiku Ve? Kalau begitu aku akan membuat mu tak pernah melupakan ku! "

Plak! !

Devan membalas tamparan ku lalu ia menyergapku, hendak membuka paksa pakaian ku

"Toloong! !! , Devan! ! Hentikan! !! Aku mohon! !!"

Berteriak, meminta tolong pada siapapun, aku harap keajaiban terjadi, aku teringat seseorang, aku harap ia menolong ku, tapi rasanya tak mungkin,

Bughh.....!!!

"Aaakkhh......"

Devan mengerang kesakitan saat ada seseorang yang menyerangnya dari belakang, dan tubuhnya menindihku, dengan sekuat tenaga aku mendorong tubuh besar Devan untuk melihat siapakah yang memukulnya barusan.

"Maaf, "

Sepasang mata bulat nan tajam kini menatapku dengan raut wajah menyiratkan kekecewaan, aku bisa melihat ia meneteskan airmata nya sebelum berucap meminta maaf lalu dengan cepat ia berlari menyadarkan aku akan satu hal,

Ia menyelamatkan ku! .....


#TBC. ...

Bolehkah Aku Mencintaimu (Ghaive)Where stories live. Discover now