2- Pacar

249 22 7
                                    

"Jadi lo beneran udah ngeletak itu surat ditasnya cowok idaman lo itu?" Fara menatap Pinka horor. Sementara yang ditatap masih asik menikmati mie gorengnya.

Fara menggeleng pasrah. "Gue nggak ngerti sama jalan pikiran lo, Nka"

"Dingertiin aja lho Ra" sahut Pinka dengan mulut penuh mie. Cewek berambut sebahu itu tidak perduli dengan tatapan maut Fara sekarang.

"Lo nggak inget sama kejadian bulan-bulan kemarin?"

Pinka mengangguk, masih dengan mulut penuh mie goreng ekstra pedasnya. "Inget"

Bagaimana bisa Pinka tidak ingat dengan kejadian yang membuat dirinya patah hati. Alhasil berat badannya naik sekitar dua kilo akibat selera makannya yang naik berkali-kali lipat efek patah hati.

Ada yang bilang patah hati bikin orang malas makan, susah tidur, mendem dikamar seharian, nggak mandi, dan sibuk dengerin lagu galau. Tapi itu semua nggak berlaku bagi Pinka, cewek pecinta korea itu malah sebaliknya.

Pinka jadi doyan makan pagi, siang, sore, dan malam. Belum lagi cemilannya yang memenuhi kulkas berupa es krim, snack, cokelat, puding dan cake.

Nikmat Tuhan tiada tara!

"Terus?"

"Ya nggak ada terus-terusnya" jawab Pinka enteng.

Fara mendengus. Bicara dengan Pinka memang kudu sabar dan tahan emosi kalau tidak mau muka cepat tua!

"Gue nggak mau denger lo galau-galau lagi kayak kemarin ya" Fara menatap tajam sahabatnya itu.

"Kali ini aku jamin nggak. Suer deh beneran"

"Kemarin lo juga ngomong gitu. Tapi buktinya lo tetep aja galau nggak jelas"

Pinka menyeruput es teh manisnya hingga tandas, kemudian menatap Fara yang memasang tampang jutek. "Jangan gitu dong Farakuuu sayaaang"

"Zizik!"

"Tapi sayang, kan?" Pinka menoel-noel pipi Fara.

"Amit-amit" Fara berlagak jijik.

Pinka mengedip-ngedipkan matanya centil. "Sarange Fara"

"Sarange ndasmu iku"

Pinka tertawa lebar. Tidak perduli dengan tatapan aneh seisi kantin. Fara yang hafal betul dengan watak Pinka sudah nggak heran lagi dengan kelakuan sahabatnya itu.

Berteman sejak kecil cukup membuat Fara mengenal Pinka luar dan dalam. Termasuk masalah percintaan Pinka yang nggak ada habis-habisnya kalau diceritakan.

Jatuh cintanya sekejap, galaunya berabad-abad. Itulah Pinka!

Setelah insiden patah hati kemarin yang bikin Pinka galau berabad-abad, kali ini Pinka jatuh cinta lagi. Sampai-sampai dia nekat menyatakan perasaannya duluan.

Pinka bilang, "sebelum janur kuning belum melengkung, pacar orang pacar kita juga berhubung kita juga orang"

Lebay, kan? Emang.

"Mati aku" Pinka tiba-tiba menepuk jidatnya. Fara yang baru saja hendak menyeruput jus sirsaknya nyaris tersedak.

"Kenapa sih lo?" Fara mendadak kesal karena kaget. "Bisa nggak bikin gue nggak kaget?"

Pinka meringis. "Mianhae Farakuuuh. Aku buru-buru nih"

"Mau kemana sih?" Fara penasaran.

"Ada deh. Ntar aku ceritain, oke?" Pinka mengedipkan sebelah matanya sebelum benar-benar meninggalkan Fara yang terbengong-bengong.

Saat ini pikiran Pinka dipenuhi adegan-adegan indah nan romantis seperti drama-drama korea kesukaannya. Fatih... Oh!  Walaupun baru sebulan rasanya Pinka memendam perasaannya tapi Pinka merasa bahwa Fatih adalah cinta sejatinya.

Cinta sejatinya yang akan membuatnya berhenti bergalau ria. Cinta sejatinya yang akan membuatnya bahagia lahir dan batin. Cinta sejatinya yang akan membuatnya berhenti mencari.

Disinilah Pinka berada, ditaman kampus. Berhubung masih siang, suasananya nggak begitu terlalu ramai. Hanya ada beberapa mahasiswa yang terlihat bersantai ataupun sekedar lalu lalang.

Pinka celingak-celinguk mencari sang target. Matanya melirik jam tangan, tepat seperti yang ditulisnya di surat kemarin. Pukul 14.00, ditaman kampus dekat kursi panjang.

"Mana sih" gumamnya.

"Jadi kamu yang masukin surat cinta ditasku?"

Pinka seketika menoleh kearah sumber suara. Matanya seketika melotot begitu melihat sang empunya suara.

"Mas Qori" serunya tak percaya.

Aku mengangkat sebelah alis. "Sejak kapan aku jadi mas kamu?"

"Sejak mas Qori nganterin aku pulang!" Pinka mulai kesal melihat sikap Qori yang menurutnya terlalu sok cool.

"Jadi, surat ini milik kamu?" Qori menunjukkan kertas pink yang sedari tadi digenggamnya.

Mata Pinka nyaris keluar. "KOK BISA DI MAS QORI SIIH?!" tangannya berusaha menyambar surat itu. Tapi dengan gesit Qori menyembunyikannya.

"Harusnya aku yang tanya, jadi beneran surat ini milik kamu?"

Pinka berusaha mengendalikan emosinya yang mulai tersulut. "Iya! Tapi bukan buat mas Qori!"

"Oh ya?" lagi-lagi Qori mengangkat sebelah alisnya.

"IYA BENERAN! KEMARIN AKU LETAK SURATNYA DITAS YANG WARNA––" seru Pinka menggebu-gebu, lalu matanya melihat tas yang tersampir dibahu Qori. "Hitam..." suaranya memelan seketika.

"Kenapa?"

Pinka menggeleng. "Nggak mungkin. Ini nggak mungkin"

"Nggak mungkin?" dahi Qori berkerut rapat.

Pinka mengingat-ingat lagi. Perasaannya mengatakan bahwa semalam dia benar-benar memasukkan suratnya kedalam tas Fatih yang berwarna hitam. Pinka yakin banget, kalau tas hitam itu milik Fatih. Tas yang selalu dipakai Fatih, nggak mungkin dia salah.

"Ini beneran surat kamu?"

Suara Qori mengembalikan kesadarannya. "Iya! Tapi bukan buat mas Qori!"

"Jadi beneran kamu naksir aku?" Qori berdehem sebentar. Matanya melirik Pinka jahil. "Disini tertulis kalau kamu naksir aku sudah lama. Bahkan kamu sampe rela stalking aku setiap hari dan ngepoin semua akun sosmed aku. Kamu juga––"

"STOP!" pekik Pinka histeris. "Kembaliin suratnya!" kali ini wajahnya sudah merah padam. Rasa malu dan kesalnya sudah campur menjadi satu.

"Disini kamu juga nulis kalau kamu pengen jadi pacarnya aku. Bener?"

Pinka menggeleng kuat. "Nggak. Itu nggak bener"

"Tapi disini kamu nulisnya begitu" Qori menunjuk kertas pink yang menjadi incaran Pinka sejak tadi.

"Oke. Aku terima!" Qori melipat surat tersebut, lalu memasukkannya kedalam saku celananya.

Pinka mendadak bisu. Pikirannya seketika blank. Dia nyaris saja terduduk di rumput kalau saja Qori tidak menahannya.

"Kamu terlalu syok ya bisa jadi pacar aku?"

Pinka menatap Qori sengit. Dihempaskannya tangan Qori yang memegang pergelangan tangannya. "Jangan kege-eran deh jadi orang!"

"Kan ge-er sama pacar sendiri nggak apa-apa"

Pacar? Pinka mengulang kata-kata itu didalam hati. Lalu dia tertawa sendiri, menertawakan kebodohannya yang kelewat bodoh.

"Kamu sehat kan sayang?" Qori menyentuh kening Pinka yang langsung ditepis cewek itu.

"Alhamdulillah sehat wal'afiat. Bye!" setelah mengatakan itu Pinka beranjak meninggalkan Qori yang tersenyum miring.

To be continue...

Oh Pinka!Where stories live. Discover now