Bagian 5: Kesalahan yang Mungkin Tak Berakhir

19 3 0
                                    

"Berhasil!" Teriak Rani. Putra dan Raka kembali ke sekolahnya. Rani terlihat senang melihat mereka berhasil. Raka berlari menuju ke pimpinan polisi yang sebelumnya menginterogasinya. Dia membicarakan tentang Ronal, dia berkata kalau dia berhasil menangkap Ronal. Pihak polisi menyuruh Raka untuk menyerahkan Ronal pada kepolisian, namun Raka menjelaskan kalau Ronal cukup berbahaya. Ia berjanji akan menyerahkannya jika Ronal sudah kehilangan kekuatannya. Sekolah terlihat cukup tenang setelah itu. Beni tidak terlihat di sekolah, dia menitipkan surat izinnya pada teman sekelasnya yang bernama Hendri. Raka kecewa karena dia tidak datang, Raka selalu berpikiran positif. Dia berpikir mungkin saja Beni memang sedang sakit. Raka mengajak Rani dan Putra untuk menjenguk Beni sepulang sekolah.

Bel istirahat berbunyi, Raka berjalan sendirian menuju ke kantin. Dia berjalan melalui beberapa ruang. Sampai pada pertigaan jalan, dia melihat sesuatu. Sofi dengan pasangannya sedang bertengkar di sana. Raka hanya bisa terdiam di sana, dia berdiri agak jauh dari mereka, namun dia dapat melihat apa yang terjadi pada mereka. Mereka saling melemparkan pertanyaan, Sofi terlihat seperti membentaknya sambil meneteskan air mata. Sofi langsung berjalan meninggalkannya sambil menghapus air matanya. Raka yang melihat itu perlahan berjalan membuntutinya. Sampai pada Aula lantai 2 Sofi berhenti berjalan dan memegang tembok pembatas.

"Sofi!" Panggil Raka dari belakang

Sofi tak menoleh sedikit pun ke belakang. Raka kembali berbicara.

"Kamu gak perlu ngelakuin itu."

"Memangnya aku ngelakuin apa?"

"Kamu.. kamu mau bunuh diri kan?"

"Enak saja, aku lagi lihat pemandangan dari sini. Kali saja ini bisa buat perasaanku tenang."

Raka berjalan mendekatinya, dia berdiri tepat di samping Sofi.

"Aku kirain.."

Perlahan Sofi menyandarkan kepalanya ke tubuh Raka. Raka mengerutkan dahinya, dia memegang pundak Sofi dan mengelusnya. Sofi meminta maaf kepada Raka masalah jawabannya di bioskop saat itu dan juga karena meninggalkan Raka sendirian. Raka hanya tersenyum dan berkata, "Gak papa, aku juga salah kok waktu itu." Ucap raka.

"Memangnya apa salahmu?"

"Aku gak lihat status kamu, asal suka sembarang orang."

"Gak kok. Kamu gak salah, semua orang berhak menyukai seseorang." Ucap Sofi sambil mengangkat kepalanya yang sebelumnya bersandar pada tubuh Raka.

"Ha ha ha.. hak ya?" Raka melepas tangannya dari pundak Sofi

"Kenapa?"

"Gak apa, eh.. sudah mau masuk."

Raka membalikkan badannya. Saat dia mulai melangkah, Sofi berkata padanya.

"Sepulang sekolah, bisa ke kafe dekat sini?"

Raka menghentikan langkahnya, dia menjawab perkataannya namun tidak menoleh ke arah Sofi.

"Kafe mana? Banyak kafe dekat sini."

"Di Kota Lama. Pasti tahu."

"Maaf, aku gak bisa."

"Kok begitu? Kenapa? Aku yang bayar."

"Aku mau jenguk temanku sepulang sekolah."

"Nanti malam!" Seru Sofi

"Kamu itu ya. Maksa amat.. Iya malam, tapi aku bisanya jam 7."

"Iya gak papa. Aku tunggu di sana."

"Oke."

Raka pergi meninggalkan Sofi. Entah mengapa Sofi berubah menjadi seperti itu. Raka terpikir tentang itu sampai pulang sekolah. Raka masih duduk di kursinya dan melihat depan dengan tatapan yang kosong. Putra mendekati Raka, dia mengajak Raka untuk lekas berangkat ke rumah Beni. Akhirnya mereka datang ke sana bersama. Dalam perjalanan perasaan Putra semakin tidak enak. Dia berhenti di tengah jalan. Raka dan Rani pun berhenti saat melihatnya berhenti. Raka berdiri dan terdiam cukup lama di sana.

Portal: Sang Penjelajah TempatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang