Memeluk Malam

15.6K 583 9
                                    

Dear Readers,

Novel Mencintai Cahaya sudah bisa dipesan.

Informasi & pemesanan melalui :

Email : kaila.iffa@gmail.com

Atau

Line : kailaiffa

Oleh sebab itu, saya telah men-delete sebagian besar naskah di watty ini.

Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.

Terimakasih.

Salam,
KI

_____________________________

Malam ini langit Jakarta terlihat cerah, sama sekali tak menandakan akan segera turun hujan, meski ini adalah bulan September, bulan yang dikenal sebagai salah satu bulan di musim hujan.

Suasana di kawasan Jl. MH. Thamrin cukup padat. Terlebih saat ini waktu sudah menunjukkan lewat dari jam 7 malam. Satu persatu mobil keluar dari gedung-gedung perkantoran yang ada disana. Lalu melaju melewati jalan tempat bundaran HI berdomisili.

Taksi Blue Bird yang kutumpangi melintasi bundaran HI menuju kawasan utama Jl. Thamrin. Melewati sejumlah gedung perkantoran, akhirnya taksi ini membelokan arahnya untuk memasuki salah satu gedung pencakar langit disana, lalu berhenti di area drop off.

''Terima kasih, Pak!'' kataku pada si pengemudi setelah membayar ongkosnya, lalu beranjak pergi.

Aku melangkah dengan pasti menuju pintu utama gedung tersebut.

Malam ini aku menggunakan celana blue jeans model legging, berpadu dengan dress batik sekira lima senti di atas lutut didominasi warna merah muda, berlengan pendek. Dengan membawa tas kotak coklat yang talinya tegantung di bahu kanan, dan jaket jeans di lengan kiri, aku berjalan ke arah lift. Rambut panjangku, terikat kebelakang. Bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti gerak langkah cepat kakiku.

Kantor Rumah Impian adalah tujuanku.

Setengah berlari, sesaat setelah pintu lift terbuka di lantai 8, aku melewati meja resepsionis kosong. Tentu saja. Ini sudah malam. Luna sang resepsionis, sudah pulang.

Aku terus melangkah masuk ke dalam menuju ruang kerjaku.

Sesampainya, segera kutaruh jaket dan tas di atas meja. Kurogoh saku dalam tas untuk mengambil sebuah flash disk.

"Tok, tok!" Aku mengetuk pintu ruang kerja pemimpin redaksi 2 kali, sebelum perlahan membukanya.

"Rio?" sapaku.

"Hai, Cahaya, sampai juga kamu disini. Mana hasil kerja mu?'' ujar Rio tanpa basa-basi.

Aku segera masuk ke ruangan bercat biru muda itu. Tanpa dipersilahkan, aku segera duduk di sebuah kursi yang ada di depan meja Rio.

"Nih,'' kataku singkat, sambil menyodorkan flash disk ke tangannya.

"Oke, tapi aku harus cek dulu ya, siapa tahu ada yang perlu dipoles,'' ujar Rio sambil mengambil flash disk dari tanganku.

"Siip!''

"File-nya apa?'' tanya Rio sambil menancapkan flash disk tadi di USB port yang ada di bagian depan casing komputernya.

"Adv Bunga Residence."

Sebagai seorang copy writer di media properti Rumah Impian, aku bertugas untuk menulis advertorial untuk klien-klien personil divisi iklan.

Mencintai Cahaya  #1 Undeniable Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang