DYSG 5

13.1K 702 28
                                    

Carrah Pov

"Carrah! Cepat bawakan laporan apa saja yang harus saya tanda tangani dan rekap data bulan lalu!" suara teriakan itu mampu membuat lamunanku seketika buyar. Aku langsung mengambil semua hal yang diteriaki tersebut.

Sudah 1 bulan lebih aku terbiasa dengan rutinitas seperti ini. Semua pekerjaan dan segala laporan yang diinginkannya harus selesai dengan rapi, tanpa cacat sedikitpun. Tipikal orang yang sangat perfeksionis dan jujur sifatnya semakin hari semakin menyebalkan. Dia sangat bossy dan bertambah bossy setiap waktunya. Tapi aku bisa apa?

Tok tok!

"Permisi, pak. Ini laporan yang bapak minta tadi," ucapku langsung menyerahkan berkas itu tepat di hadapannya. Dia masih tetap fokus dengan layar PC-nya yang sebenarnya sangat ingin ku pecahkan karena dia selalu seperti ini jika aku menyerahkan sesuatu.

Kebiasaannya yang tidak melihat lawan bicaranya itu sebenarnya sedikit mengusik egoku karena bagiku itu tidak sopan, walau aku tahu dia adalah atasanku. Dan dia tidak akan menyadari keberadaanku sampai aku sendiri yang menyadarkannya.

"EKHEM! Permisi bapak. Ini laporannya!" ucapku lagi penuh penekanan dengan sengaja.

"Hmm.."

Ya, inilah yang selalu ia lakukan. Hanya melakukan gumaman yang aku sendiri tak mengerti maksud dari 'hmm' nya itu apa.

"Pak!?" aku pun memanggilnya sekali lagi dan kulihat dia kaget dan langsung mengalihkan tatapan tajamnya kearahku. Ah... aku sudah terbiasa dengan tatapan itu. Aku pun tersenyum membalas tatapan tersebut dan mengulurkan semua yang ia minta tadi.

"Kenapa kamu teriak? Gak punya sopan santun kamu?!" mendengar hal tersebut membuatku harus mengontrol emosiku yang meluap-luap. Tak mungkin aku marah begitu saja dengan atasanku, bukan? Mau tidak mau aku pun hanya memberinya senyuman manisku kembali.

"MAAF, tapi sebelumnya saya sudah memanggil bapak berkali-kali. Namun entah mengapa bapak yang memang harus diperiksakan pendengarannya atau bagaimana sampai saya panggil beberapa kali tidak ada sahutan," jelasku dengan sabar.

Dia hanya menatapku tambah tajam.

"Apa maksud kamu itu? Kamu pikir saya ini punya masalah pendengaran, hah?!" ucapnya dengan tatapan tajam yang membuatku kembali tersenyum.

"Mohon maaf pak, tapi bukan saya yang mengatakan bahwa bapak memiliki masalah pendengaran. Tapi bapak sendiri yang mengakuinya dari pertanyaan bapak tadi. Dan lagi saya hanya menyarankan, bukan menyatakan. Untuk kepastiannya apakah bapak benar memiliki masalah pendengaran, saya bisa membuatkan jadwal janji dengan dokter THT kalau bapak mau?" tawarku kepadanya yang membuat diriku mendapatkan tatapan tajam kembali yang menusuk.

"APA KATAMU!?"

Oh.. sepertinya mulutku berulah lagi.

Kupejamkan mataku siap mendengar amarahnya, "Maaf pa-pak. Ke-"

"MAAF-MAAF! Kenapa kamu selalu bikin saya kesal melulu!?"

Kulihat dirinya berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menghampiriku. Melihat hal tersebut aku melangkah mundur dengan mata tertutup takut-takut dia akan meneriaki-ku kembali.

"Iya pak, saya tahu. Maka dari itu saya minta maaf sama bapak."

"Tapi tidak seperti ini Carrah!" mendengar nada protesnya tersebut membuatku terdiam dan menunduk. Aku tahu percuma aku berbicara banyak untuk melawan ucapannya karena hal tersebut tidak akan memecahkan masalah sama sekali. Dia termasuk orang yang keras kepala, begitupun denganku. Jadi, setidaknya harus ada yang mengalah.

Because Of The Interview Job ✔ (DIBUKUKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang