DYSG 3

17.8K 834 42
                                    

Carrah Pov

Hari ini aku telah memasak begitu banyak makanan di meja makan. Ini salah satu kebiasaanku dengan Revina apabila salah satu dari kami mencapai sesuatu yang menjadi tujuan kami. Bisa disebut pesta kecil-kecilan lah ya. Dan tentu saja Revina sudah kuberitahu tentang hal ini, ia berjanji akan segera kembali setelah urusannya selesai.

Ting.. tong... ting.. tong..

Pasti itu dia! Aku pun melepas celemek berwarna baby blue-ku dan memastikan kembali semua makanan yang sudah tersedia tertata dengan rapi.

Okay! Aku siap!

Aku langsung beranjak menuju pintu masuk apartemenku untuk membuka pintu yang berbunyi sedari tadi. Aku sudah tidak sabar dengan reaksi hebohnya yang tentu saja aku akan melakukan hal yang sama. Hahaha, jangan salahkan kami berdua seperti itu. Pada dasarnya aku pun baru menyadari bahwa orang yang memiliki kesamaan di beberapa hal akan menjadi teman yang sangat dekat nantinya. Dan hal itu terjadi pada kami berdua.

"Cepat sekali datangnya, Rev-" ucapanku terhenti saat yang kutemui bukanlah Revina melainkan orang lain.

"Loh? Bapak ngapain disini?" dan ternyata orang lain yang kumaksud tadi adalah atasanku di tempat dimana aku akan bekerja nanti. Aku terkejut dan bingung dengan kehadirannya di depan pintu apartemenku saat ini. Untuk apa dia datang? Dan bagaimana dia tahu alamat apartemenku?

"Ini tadi kamu menjatuhkan earphone-mu, saat kamu berteriak-teriak di luar kafe," ucapnya polos, tapi tetap dengan pandangan datarnya. Huh! Dasar papan triplek!

Hush! Carrah ingat jaga pikiran, hati, dan mulutmu mulai saat ini. Walau jujur kau rasanya kesal dan malu juga karena kejadiaan saat itu tapi kau tetap harus jaga sikap.

"Hehe.. ma-makasih pak," ucapku malu karena itu berarti dirinya melihat aku menari-nari seperti orang gila tadi.

"Bisa kamu tak memanggil saya dengan sebutan itu?" mendengar pertanyaannya tersebut membuat ku menyeringit bingung menatapnya. Sebutan? Sebutan apa yang dia maksud?

"Sebutan? Sebutan lusa lalu yang 'Kau gi-'" sesegera mungkin aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku ketika melihat lelaki di hadapanku ini menatapku dengan dingin. Carrah! Apa kau ingin menghancurkan pesta kecilmu dengan hanya sebuah kalimat yang membuat atasanmu menarik kembali keputusannya untuk menerimamu?! Jangan gila!

Akupun langsung menepuk kedua tanganku dan mencoba untuk tertawa, yang sialnya terdengar sangat aneh.

"-Ahaha! Ma-maksud s-saya, sebutan apa yang bapak maksudkan itu?" tanyaku mencoba mempertahankan senyumanku di hadapannya.

"Yang saya maksudkan sebutan 'bapak'. Itu terdengar terlalu tua bagi saya. Saya tidak suka mendengar sebutan 'bapak' karena saya juga bukan bapak kamu. Lagian bila saya perhatikan, umur kita sepertinya tidak berbeda jauh atau bahkan kamu bisa jadi lebih tua dari saya," ucapnya dengan nada mengejek dan jangan lupakan mimik wajahnya yang seolah mengejekku juga. Sabar Carrah, tarik nafas-hembuskan!

Aku yang mendengar ejekan tersebut tetap berusaha mempertahan kan senyuman terpaksa. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjaga sikap. Jadi, aku harus bersabar.

"Wah, kalau begitu kebetulan saya masih 24 tahun, dan sepertinya persepsi bapak itu salah. Kalau dilihat-lihat umur bapak lebih tua dari saya, bukan?" ujarku dengan senyuman yang sangat amat manis. Kulihat dirinya tersenyum sinis menatapku dengan wajahnya yang masih sama seperti sebelumnya. Mengejek.

"Dan saya masih 27 tahun, yang berarti hanya terpaut 3 tahun darimu. Jadi stop panggil saya 'bapak' saat di luar jam kerja nanti. Omong-omong ruangan ini cukup rapi juga ya," ucapnya tak menghiraukan semua sindiranku yang penuh dengan emosi dan melihat-lihat sekeliling ruanganku dengan tatapan menilai.

Because Of The Interview Job ✔ (DIBUKUKAN)Where stories live. Discover now