Hanbin menggigit bibir bawahnya.

"Maaf jika aku mengganggumu, sebenarnya aku masih ingin diam sampai kamu mengatakannya langsung padaku. Tapi, saat kamu menyebut namaku tadi, kurasa memang sudah saatnya aku muncul"

Hanbin menggenggam kedua tangan Jennie. Jennie sempat memberontak, namun tenaga Hanbin lebih besar darinya. Ini baru pertama kalinya Jennie merasa lemah.

"Kurasa Jennie yang tangguh, Jennie yang tidak punya ampun pada setiap tawanannya, Jennie yang selalu membuat tawanannya tidak berani menatapnya, sekarang tidak perlu lagi ditampakkan. Sudah cukup gayamu yang sok kuat, sok melindungi temanmu kalau dirimu sendiri saja tak ada yang melindungi"

Air mata sudah membendung di pelupuk mata Jennie, dia menahannya agar tidak pecah.

"Selama ini kamu sudah menderita, bahkan kamu tidak berani mengeluarkan air matamu. Menangislah, seorang manusia juga menangis"

Hanbin menggiring tubuh Jennie ke pelukannya, memberikan kehangatan dan rasa aman disana. Dia tidak ingin Jennie terus melakukan hal yang membahayakan nyawanya sendiri.

Akhirnya air mata mengalir turun ke pipinya.

"Aku tahu keberanianku tidak sebanding dengan keberanianmu, tidak banyak yang bisa aku lakukan untuk melindungimu dari bahaya diluar sana selain mengawasi dari jauh dan memastikan kamu selamat sampai di rumah"

Mendengar ucapan Hanbin membuat Jennie semakin mengeluarkan airmatanya, bahkan seragam Hanbin sudah basah karena air matanya.

"Aku tak pernah ingin menghentikanmu, karena aku selalu menyukai saat kamu terbang tinggi dari atap ke atap, atau tatapan matamu yang sangat membunuh. Dan aku juga tidak bisa mengerti kenapa aku sangat mengagumi aksimu saat tangab mungilmu itu menghasilkan lebam disetiap wajah tawananmu"

Hanbin mengelus rambut Jennie dengan lembut. Menyalurkan kasih sayangnya pada temannya itu.

"Terkadang aku takut saat kamu menyentuh Hanbyul, tapi aku lebih takut lagi saat topeng sudah menutupi wajahmu. Akankah aku melihat wajah itu lagi?"

Jennie semakin terisak, tangannya mencengkeram kuat baju Hanbin.

"Aku senang bisa melihatmu menangis seperti bayi"

Hanbin terkekeh lalu semakin mengeratkan pelukannya, dia tak ingin melepaskan Jennie.

-oOo-

Jisoo turun dari motor Yunhyeong, dia memberikan helmnya.

"Kamu tunggu disini" cegat Jisoo saat Yunhyeong beranjak dari motor.

Jisoo tahu kalau Yunhyeong tidak akan membiarkan dirinya memasuki rumah di depan mereka sendirian. Dengan cepat Jisoo menuju lockdoor lalu memencet password dengan buru-buru. Dia sedikit kaget karena password gerbang tak pernah diganti sejak dia pergi. Masih menggunakan hari ulangtahun ibunya.

Tanpa ragu Jisoo melangkah memasuki rumah itu. Lengang, tak ada seorangpun yang terlihat di dalam ruangan yang baru ia singgahi. Matanya menelusuri setiap sudut ruangan yang sering digunakan untuk menerima tamu. Perabot dan aksesoris ruangan tak banyak berbeda di sana, bahkan figura besar yang menontonkan dirinya yang berada di gendongan ibu dan ayahnya masih tertempel manis di dinding.

SCARY BLACK PINKWhere stories live. Discover now