Chapter [22]

Mulai dari awal
                                    

"Aku salah apa Yon?" tanya Via lagi. "Aku gagal nyenengin kamu?"

Reon masih diam. Perkataan yang diucapkan oleh Via sangat menusuk hatinya. Via salah, justru dia lah orang yang paling bisa membuat Reon merasakan kebahagiaan di dunia ini. Namun Reon lebih memilih untuk diam. Laki-laki itu memilih untuk tidak bersuara sama sekali.

"Kenapa?" Via kembali bertanya. Reon dapat mendengar dengan jelas suara Via yang parau, seperti akan menangis. "Kenapa kamu bisa ngelakuin ini di saat aku merasa tidak ada siapapun yang bisa bikin aku bahagia, selain kamu?"

"Vi...," Kalimat yang diucapkan oleh Via benar-benar membuat Reon hancur. "Aku minta maaf."

Via tertawa kecil. "Aku ga butuh maaf kamu."

"Kamu mau minta maaf seribu kali juga percuma. You did it," lanjut Via. "You did it, and it hurts."

Bersamaan dengan kalimat yang diucapkan oleh Via, air mata perempuan itu kembali mengalir di pipinya. Ia menunduk dan kembali membenamkan wajahnya di dalam kedua telapak tangannya.

Setelah keluar dari tol, Reon menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Laki-laki itu kembali bergerak memeluk perempuan di sampingnya. Sekali lagi, Via tidak dapat menolak pelukan Reon. Hatinya ingin sekali untuk menolak, namun tidak bisa. Pelukan itu amat sangat membuatnya kecanduan.

Reon tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia tahu, kata maaf saja sangat tidak cocok dengan situasi ini. Laki-laki itu lebih memilih untuk diam dan berusaha memberikan ketenangan yang mendalam untuk Via.

Selang beberapa menit kemudian, Via kembali melepaskan pelukan Reon. Reon melihat ke arahnya, menatap matanya lembut. Tatapan yang dulu membuat Via jatuh cinta kepadanya.

"Vi...?" panggil Reon. Suaranya terdengar bergetar di telinga Via.

"Aku mau ke rumah Adel aja Yon," kata Via pelan.

Reon mengangguk paham, laki-laki itu bergerak menyalakan lampu sen dan menjalankan mobilnya menuju rumah Adel. Sepanjang perjalanan, Reon sesekali melihat Via yang memalingkan pandangannya ke arah jendela sedari tadi.

Dalam hatinya ia tidak bisa melanjutkan ini, tapi laki-laki itu tetap memilih untuk diam, menahan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Sesampainya di rumah Adel, Reon membangunkan Via yang tertidur di mobilnya dengan pelan. Via yang terbangun dari tidurnya langsung bergegas mengambil tas nya dan membuka pintu mobil tanpa berbicara sepatah katapun kepada Reon.

Perempuan itu melihat ke arah Reon sebentar dan tersenyum kecil, tanda bahwa ia berterimakasih karena telah membawanya jalan-jalan hari ini. Biar bagaimanapun ia menghargai usaha Reon untuk menyenangkan hatinya karena diusir oleh dosen tadi, meskipun dengan akhir yang sangat tidak menyenangkan.

Reon masih terpaku melihat Via yang tersenyum kecil kepadanya. Senyumannya berbeda dari yang biasa dilihatnya. Senyuman itu sedikit.. Kosong? Entahlah dia juga bingung.

Via segera turun dari mobil dan masuk ke rumah Adel. Reon masih menunggu Via yang berdiri di depan pintu, hingga Adel membuka pintu rumahnya dan sekilas Reon dapat melihat Via memeluk Adel, sebelum pada akhirnya pintu rumah Adel tertutup rapat.

Reon masih diam di mobilnya dan menatap rumah Adel lirih.

"Maaf Vi...," katanya pelan.

Laki-laki itu mengeluarkan ponselnya dari kantong celananya. Jarinya langsung bergerak mengetik pesan kepada seseorang.

Reon: Gue ga kuat liat dia kaya gini.

Aliya D. : Harus bisa:) kita udah setengah jalan

Reon menghela nafasnya, ia membuka kolom chat-nya dengan Adel, dan mengirimkan pesan kepada perempuan itu.

Reon: Jagain Via ya.

----⛔----

Hallo! Terimakasih semuanya yang udah mau baca dan memberikan votes dan comments di ceritaku! Hehe ga bosen2nya aku bilang i love u guys for sure!❤

Votes dan comments kalian bener2 penyemangat aku hehe.

See ya on next chapter semuanya!

xoxo

T R A P P E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang