bagian 3

4.6K 369 11
                                    

Malam hari, mansion mewah berubah menjadi ramai dan beberapa mobil mewah berdatangan. Sasuke mengintip dari jendela kamar nya. Ia melihat dengan wajah datarnya yang sedikit ada ekspresi bingung.

"Apa malam ini ada acara?" Sasuke bertanya lirih untuk dirinya sendiri sementara tidak sadar pintu kamarnya terbuka. Seorang pria muda masuk dan menghampiri Sasuke.

"Belum saatnya, para tamu tidak boleh melihat wajahmu sebelum tuan mencicipi mu." pemuda itu lalu menutup tirai yang sedikit di sibakkan Sasuke membuat Sasuke berjengit kaget saat tiba-tiba ada orang yang muncul di belakangnya.

"Aku Neji, tuan memerintahkan ku untuk mempersiapkan mu."

"Sebenarnya tempat apa ini? Ini rumah atau tempat prostitusi?"

"Keduanya benar dan tuan Guy adalah pemilik tempat ini." Neji mendekati Sasuke dan mengangkat dagu Sasuke.

"Kudengar kau melukai tuan Guy dengan kepala keras mu itu? Kkk kau terlalu berani bocah, mengingatkan ku pada masa lalu."

Sasuke lalu menyentak tangan Neji lalu menatapnya tajam.

"Jangan menyentuhku."

"Wow, sungguh mengagumkan. Tuan Guy suka dengan pria yang sepertimu. begitu pula dengan para tamu. ku peringatkan bocah. Kau membuat kesalahan fatal sore ini dan ku yakin tuan Guy tidak akan membiarkan mu begitu saja. Ayo ku bantu kau bersiap. tuan Guy tidak akan suka jika kau berpenampilan seperti ini. Pakaian mu tidak usah di pakai lagi. Terlalu lusuh."
Neji membuka lemari dan memilih pakaian untuk Sasuke.

"Pakai ini, jangan banyak bicara atau kau akan terima hukuman yang menyakitkan. Tuan Guy tidak suka seorang pembangkang."

"Lebih baik aku di hukum dari pada menjual diri!"

"Seandainya bisa, aku tidak akan ada lagi di sini. Kau hanya buang-buang tenaga untuk melawan. Hanya nikmati apa yang kau kerjakan. Ingat kita hanya budak yang selamanya terikat dengan tuan kita. Sekeras apapun kau melawan dan berusaha melepaskan diri, ikatan itu akan semakin menjeratmu." Neji tersenyum dan berjalan ke pintu. Sebelum benar-benar menghilang Neji berhenti dan melihat Sasuke.

"Layani tuan Guy dengan baik maka kau akan dapatkan sesuatu setelahnya." Neji lalu keluar dari kamar itu. Sasuke menatap Pakaian yang diberikan Neji padanya. Kemeja longgar transparan. Sasuke tertawa miris. Lalu terpaksa memakainya.

.
.
.

Sebuah tangan dingin dan kecupan di lehernya menyadarkan Sasuke dari lamunannya.

"Apa yang kau lamun kan cantik?"

"Aku bukan wanita. Aku tidak cantik, paman."

"Tapi kau cantik sekali, Sasuke. Lihat tubuhmu ini indah sekali." Guy meraba paha mulus Sasuke. Tangan Sasuke menahan tangan Guy.

"Paman, aku ingin meminta sesuatu pada mu."

"Paman?! Panggil aku tuan!"

"B.baiklah t-tuan, bisakah aku tetap bersekolah? Saya akan membayar biaya sekolah saya dengan bekerja pada anda. Tapi bisakah bukan sebagai pria malam? Saya akan membayar anda dengan cara yang lain, mungkin dengan menjadi pelayan atau —"

"Kau mencoba bernegosiasi rupanya? Tentu saja kau bisa sekolah dan harus membayar ku dengan uang hasil bekerjamu. Tetapi aku tidak menjadikanmu pelayan karena tidak ada pelayan di sini. Tidak ada pilihan, nak. Jalani hidupmu yang sudah di takdirkan. Kau hanya barang dagangan." Ucap Guy Sambil menarik Sasuke paksa dan melemparnya ke ranjang. Guy menatap lapar bongkahan kembar yang terpampang walau masih di tutupi celana dalam hitam.

"Kau sepertinya lupa, kau punya kesalahan besar dengan melukai ku. anak nakal harus di hukum bukan? Tidak akan ku biarkan lepas lagi haha!" Guy melompati Sasuke tapi Sasuke menghindar dan berusaha kabur. Tangannya berhasil di tangkap lalu Guy menarik kemeja tipis itu hingga robek membuat si pemakai kemeja berjengit perih karena dadanya ikut tergores kuku. Tubuhnya tertindih dan tidak dapat berkutik sekalipun meronta. Tenaga Guy walau sudah tua tapi sangat kuat. Sasuke pasrah. Ia hanya memejamkan matanya dan mengatupkan mulutnya rapat saat sesuatu yang basah melumat bibirnya dan memaksa masuk ke dalam mulutnya. Sakit, dadanya sesak bukan hanya karena perlakuan kasar itu, tapi juga karena hancurnya harga dirinya malam ini. Suara jerit dan tangis menjadi pelengkap semakin hancurnya Uchiha Sasuke di mansion mewah atau bisa di sebut rumah prostitusi mewah itu.

.
.
.

Keesokkan harinya Sasuke terbangun dan merasakan tubuhnya sakit terutama di bagian bawah nya. Sasuke sangat lelah, perih dan kebas di bagian pinggangnya. Meringis sakit ia beranjak dari ranjang nya dan masuk kamar mandi memebersihkan dirinya walaupun rasanya percuma. Dia terus merasa kotor.

Selesai sarapan, Sasuke di panggil ke ruangan Guy dan melirik sekilas pada pemuda-pemuda manis sepertinya yang menatapnya terus dengan ekspresi sedikit tidak terbaca yang nampak hanya wajah kelelahan.

"Ada apa tuan memanggil saya?"

"Ini berkas mu, besok kau sudah sekolah di sekolah yang baru. Aku menepati janjiku asal kau bekerja dengan baik untuk ku."

"Baiklah, tuan. Terima kasih." Sasuke berlalu dan kembali menuju kamarnya untuk istirahat. Dia masih lelah sejujurnya. Tidur sejenak mungkin pilihan bagus sekarang.

....

Sasuke pov

Setidaknya aku bersyukur masih bisa bersekolah sekarang. Tetapi tuan Guy tidak membiarkan ku pergi sendiri. Supirnya harus mengantar dan menjemputku memastikan agar aku tidak lari. Setibanya di sekolah baruku di pusat kota Konoha, aku melangkahkan kakiku masuk dan berjalan santai. Sekolah ini cukup elit. pasti biayanya mahal. Aku harus bekerja ekstra untuk membayar ganti dari biaya masuk sekolah ini.

Brukkk!

Akh!

Durian jatuh kah?! Tapi bukan, durian itu bersuara dia pakai seragam sepertiku. Itu pasti sakit, Aku meringis dan ingin terbahak melihat nya. Tetapi karena ke uchiha-an ku, ku urungkan niat terbahak ku. Aku coba berbaik hati menjulurkan tangan ku untuk membantunya berdiri tapi dia hanya melongo menatap ku dan mulutnya terus menganga dengan ekspresi bodoh.

Ck! idiot.

Lalu ku tinggalkan si idiot itu dengan kesal. Kenapa aku harus berbaik hati padanya yang idiot? Tapi dia tampan ku akui itu.

Naruto pov

Sial aku terlambat, aku harus segera sampai. Hah! Tidak bisa aku tidak mau berdiri berjam-jam di lapangan lagi.

Ku percepat lariku. Tapi sial aku tersandung tali sepatuku sendiri dan voila! Aku tersungkur dengan indahnya di lantai.

AKH! ini sakit sekali. Sungguh! Mau mencoba? Ku lihat tangan putih di depan wajah ku yang berpasir. Dengan ekspresi menahan sakit ku angkat wajahku melihat pemilik tangan putih itu. Kami-sama!! Aku tidak akan menyesal jika harus telat hari ini. Ada malaikat cantik di hadapan ku. Apa aku mati saat terbentur lantai tadi?

Aku terus perhatikan wajahnya yang super cantik tapi dingin itu dengan mulut menganga. Kalau malaikat pencabut nyawa secantik dia aku rela di bawa olehnya. Tapi aku sadar ketika dia mendengus lalu pergi. ku lihat dia pakai seragam sama sepertiku. Dia.. Ah ibu aku terpanah asmara.

TBC

No More loveWhere stories live. Discover now