Bab 2

6.4K 535 36
                                    

Cafe, 12 pm

"Kau baik-baik saja Kankuro? Raut wajahmu aneh" tanya seorang Pria tampan sekaligus manis, kini menatap orang yang duduk berhadapan dengannya sesekali menyesap minuman yang dipesannya.

"Juugo, membuatku hampir gila nii-san. Hah... menyebalkan" gerutu Kankuro mengacak rambutnya kesal.

"tenanglah, Namikaze Kankuro membuat larutan itu tidak menghabiskan waktu hingga satu jam kan? Jadi, bisa kupastikan jika kuberitahu hal ini kepada yang lain, capmu sebagai orang tersabar akan tercoreng kkk~" ucap Pain terkikik saat mengucapkan hal itu disambut gelengan kepala dari sang adik yang mempertanyakan kedewasaan kakak tertua kedua dikeluarga mereka.

Namikaze Kankuro, orang tersabar? Tak sadarkah kau dengan ucapanmu itu Namikaze Pain? Orang yang dihadapanmu itu bukanlah seberapa kesabarannya dengan seseorang yang selalu kau dan saudaramu
itu lakukan.

"Nii-san... apa, kau tak heran kejadian yang terjadi akhir-akhir ini?" tanya Kankuro menatap Pain serius.

Pain melirik sekilas, lalu mengendikkan bahunya tak mengerti dengan ucapan Kankuro.

"Konan, tidak mungkin jika dia yang mengerjakan dokumen. Kita tau, dalam test saat pemilihan pegawai Konan mendapat urutan 30 besar. Jadi kurasa, bukan dia yang mengerjakannya" ucap Kankuro tampak berpikir dengan ucapannya.

Pain yang tengah menyesap minumannya, menghentikan kegiatannya dan ikut berpikir.

"lalu maksudmu, ada orang yang menitipkan dokumen itu melalui Konan dan memberikan ke kita lalu meminta agar Konan merahasiakan identitasnya orang itu? Begitu maksudmu?" ucap Pain yang dibalas anggukan oleh Kankuro.

"kurang lebih begitu, aniki. Hm... ah, dan Kiba bukanlah orang yang bisa mengerjakan proporsal itu dalam 3 hari.

Mengerjakan secara asal-asalan ia bisa, tapi untuk mendapatkan nilai A? Itu mustahil, seperti yang kita ketahui Kiba selalu mendapat nilai F-.

Kecuali aniki memberikannya larutan agar pintar dalam sekejap, itu baru mungkin" ucap Kankuro menyampaikan semua yang mengganggunya.

Pain tersentak kaget mendengar hal itu. Ia tak menyangka, orang yang menjadi rekan kerjanya bisa berpikiran seperti itu, dan ia baru menyadari hal itu sekarang.

"tapi kau tau sendiri, aku tak mungkin bisa membuat yang seperti itu. Menyelesaikan alat buatan Tousan sejak 2 tahun lalu saja belum selesai, tinggal 38%.

Tapi sayangnya dokumen yang diberikan Konan kurang lengkap, dan kita tidak akan bisa menyelesaikannya sebelum mendapatkan sisanya" keluh Pain dan Kankuro hanya bisa menganggukan kepalanya.

TRIING

"Pain-niisan,... Gomen kami terlambat" ucap seorang pria berambut Merah yang memiliki Tato di dahinya, menghampiri tempat Pain dan Kankuro dikuti beberapa Pria tampan dan manis dibelakangnya.

"jadi... untuk apa kau mengumpulkan kami aniki? Apa kau merindukanku? Secepat ini? Astaga..." ucap seseorang yang terselip kata-kata narsis, sebut saja Kiba

PLETAKK

"Yakk... Saiken, ini menyakitkan" keluh Kiba mendapat pukulan telak dikepalanya mendapat sambutan gelak tawa dari Utakata, Sasori dan Menma.

"sudahlah, apa yang ingin kau bicarakan pain? Dan... ah, bagaimana keadaan Anak itu? Apa ia masih dikamarnya?" tanya Yahiko mengalihkan ucapannya dan bertanya pada Kyubi.

"tumben kau menanyakan anak tak berguna itu aniki?" tanya Utakata yang sejak tadi memilih diam.

"bukan begitu, aku hanya tak ingin ia tambah menyusahkan saja" ucap Yahiko terlihat santai dan mencomot minuman miliki Pain.

I LOVE YOU, NII-SAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang