Sembilan

641 72 3
                                    


"Gomawo," Kris menatap Yoona setelah dia menyesap tetes latte terakhir di cangkirnya. "Karena telah menyelamatkanku. Aku tahu, harusnya aku tidak berkata seperti itu. Tetapi, gomawo."

Yoona tersenyum manis dan saat itu juga merasa menyesal. Ia menyelamatkan seseorang dan juga menghancurkan kehidupan orang lain di detik yang sama pula.

"Ibuku," Kris mendesah panjang kemudian tersenyum getir. "Dulu aku dan Ibuku pernah mengalai kecelakaan. Mobil kami jatuh ke sungai dan hanya aku yang selamat. Bukan, Ibuku mengorbankan nyawanya demi menyelamatkanku. Aku benar-benar berterima kasih padamu dan juga terima kasih telah menyelamatkan Jessica."

Senyum yang dari tadi menghiasi bibir gadis itu perlahan memudar. Kenapa ia harus merasa bersalah? Bukankah semua manusia di dunia ini pada akhirnya akan mati? Yoona hanya memberi kesempatan kedua untuk Kris dan Jessica. Sebuah pengorbanan, harus ada timbal baliknya.

"Yoona-ssi, aku ingin bertanya sesuatu. Apa kemampuanmu berlaku untuk semua orang? Maksudku, apa kau bisa mengetahui kapan kematian semua orang di dekatmu?"

"Kurasa tidak. Aku tidak bisa mengetahui kematian semua orang. Seperti kasus Kim Songsaenim."

"Siapa saja yang mungkin akan muncul dalam mimpimu?"

Yoona menggeleng. "Aku tidak tahu. Aku hanya bisa melihat kematian seseorang yang akan mati di depanku."

Kris mengangguk. "Mungkinkah," tiba-tiba wajahnya berubah menjadi sangat serius. "Ada orang lain di luar sana yang memiliki kemampuan sepertimu, bisa melihat kapan seseorang akan mati lewat mimpi?"

.

.

.

"Kupikir kau menyukai Tao, tetapi malah kau berkencan dengan Kris Oppa."

Yoona berhenti berjalan. Kepalanya memutar ke samping. Celotehan yang Jessica lontarkan tiba-tiba saja membuatnya merasa gugup. Gadis itu memang selalu menjodoh-jodohkannya dengan Tao dan ini bukan yang pertama kalinya, namun mendengar nama Detektif Wu membuatnya ingin berkata : Oh astaga!

"Kalian bahkan berkencan di coffe shop dekat sekolah," Jessica memajukan kepalanya ke arah Yoona lebih dekat dengan mata memincing. "Kau pikir aku tidak tahu."

"Kami tidak berkencan." Yoona tidak menyangkal ucapan Jessica. Tapi memang mereka benar-benar tidak berkencan.

"Baiklah, baiklah," Jessica manggut-manggut. "Tapi, jika kau ingin berkencan dengan Kris Oppa, aku siap membantumu."

Yoona menggeleng-geleng kepala pasrah, senyum cerah diwajah Jessica membuatnya sadar gadis itu sama sekali tidak mengerti maksud ucapannya. Pertama, Yoona dan Detektif Wu tidak berkencan. Kedua, mereka hanya mengobrol tentang kasus kematian, dan pasangan mana yang membicarakan itu?

"Kalian berdua tidak mempunyai pekerjaan?" suara berat Tao terdengar dari belakang. "Jangan menghalangi jalan orang lain."

Yoona menoleh. Pemuda itu berdiri tepat di belakangnya. Kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana, rambutnya sedikit berantakkan, dan lingkaran hitam jelas terlihat di bawah mata.

"Kau kenapa?"

"Aku?" Tao menunjuk dirinya sendiri. "Memangnya aku kenapa?"

In a DreamHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin