Lima

738 80 4
                                    



Sudah hampir dua minggu Yoona tidak masuk sekolah. Ia tidak bisa berjalan dan tidak diperbolehkan berjalan. Namun hari ini, gadis itu datang ke sekolah dengan keadaan kaki yang telah sembuh total. Ia bisa kembali berjalan bahkan jika mau ia bisa berlari kencang seperti dua minggu yang lalu.

Tapi bukan fakta itu lah yang membuat gadis berwajah datar ini mengembangkan senyumnya–orang-orang bahkan dibuat kaget disepanjang lorong koridor lantai dua–gadis itu tidak pernah tersenyum dan hal itu terlihat sangat langkah. Melainkan tentang, untuk pertama kali dalam hidupnya–setelah ia menyadari kemampuannya–Yoona menyelamatkan korban dalam mimpinya. Ia menyelamatkan Jessica, walau harus bertaruh dengan nyawanya sendiri.

Yoona sangat senang.

Hari ini gadis itu terlihat berbeda. Ia terlihat normal seperti anak remaja pada umumnya. Lingkaran hitam di bawah matanya perlahan memudar, wajahnya terlihat lebih segar dan cerah, ia cukup tidur dua minggu kebelakangan ini. Sepatunya telah disikat bersih sampai mengkilap, seragamnya di gosok rapi, ia memakai tas baru yang dibelikan Ayahnya dua hari yang lalu, rambutnya diikat satu tinggi ke belakang dengan poni depan ala member girlband. Cukup membuat orang lain berpikir pada dasarnya Im Yoona sangat cantik.

Belum sampai diambang pintu, Yoona telah di sambut oleh banyak pasang mata. Mereka berdiri di depan kelas dengan wajah terkejut. Penampilannya memang berbeda hari ini. Jessica menghampiri Yoona yang hanya berdiri beberapa meter dari pintu kelas. Yoona baru sadar pintu kelas masih tertutup rapat.

"Yoona-ya, kau membawa kunci kelas?" tanya Jessica dan diikuti semua murid yang menatapnya penuh harap.

Yoona mengangguk. "Ya," Gadis itu memang salah satu anggota kebersihan kelas dan dia selalu membawa kunci cadangan kalau-kalau kunci kelas di ruang guru hilang. "Ada apa? Memangnya kunci di ruang guru hilang?"

"Iya, kuncinya hilang. Untungnya kau masuk hari ini."

Yoona merogo tasnya. "Bagaimana dengan Kim Songsaenim? Bukankah dia juga mempunyai kunci cadangan?" Ia menyerahkan kunci dengan gantungan Rillakuma kepada Jessica.

Jessica mengangkat bahu tanda tidak tahu. "Entah. Kudengar dari hari jum'at sore dia belum pulang ke rumahnya sampai hari ini dan tidak ada kabarnya."

Yoona terdiam. Jum'at sore? Hari ini adalah hari senin, berarti lebih dari 48 jam Kim Songsaenim menghilang. Tiba-tiba perasaan Yoona menjadi tidak enak. Pikirannya telah melayang kemana-mana. Tapi ia menggeleng, jika Kim Songsaeni mati, bisa saja guru itu ada dimimpi Yoona.

Tiffany mendekatkan dirinya ke pintu untuk memutar kunci, namun gadis itu diam sesaat lalu menoleh kebelakang. "Pendingin udaranya menyala," tangannya tertempel pada cela pintu. "Apa ada orang di dalam?"

Tao melongok pada kaca jendela buram di samping pintu. Dia memang tidak bisa melihat apapun selain cahaya lampu yang menyorot ke lantai koridor. "Bukankah ini aneh? Hari ini masih pagi dan cuacanya cerah. Kenapa lampunya menyala?"

Semua murid terdiam, pikiran mereka yang melayang, menduga-duga hal yang mungkin terjadi. Termasuk Yoona yang berdiri tak jauh dari pintu. Ia berpikir keras untuk kasus ini. Bisa dibilang dari semua murid yang tengah berpikir, ia lah yang menduga hal kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

"Tiffany-ssi," Yoona mulai bersuara. "Kurasa sebaiknya, kau cepat membuka pintu kelasnya."

Tiffany mengangguk. Dia memutar kunci, ada suara clak! yang terdengar nyaring. Lalu menggeser pintu kayu itu kesamping dan semua orang langsung terdiam dengan pamandangan pagi yang disuguhkan di depan mereka.

In a DreamWhere stories live. Discover now