Four

6.3K 269 4
                                    

Gue mau minta maaf sama temen gue.... Maaf ya nama lo gue nistain disini. Tapi tenang aja, real life lo ga begitu kok:') Gue kan cuma minjem namaa. 

.

"Eh?" gumamku dengan mata yang dikerjap-kerjapkan.

"Iya, gue lukis elo tadi, Velyn."

Dan aku nambah cengo. Dari sekian banyak panggilan, dia manggil aku Velyn? Bagus juga ya. Terkesan imut gitu. Eh.

"Kenapa milih gue yang jadi objek lukisannya?" aku bertanya setelah aku sadar dari ketercengangan.

Rian diam, aku nunggu.

"Soalnya lo keliatan natural aja. Cocok buat jadi objek lukisan," balasnya sambil tersenyum yang membuat matanya berbentuk bulan sabit dengan satu lesung pipi di wajah bagian kiri.

Aku pun ikut tersenyum, namun mataku tidak sampai berbentuk bulan sabit tapi menampilkan sepasang lesung pipi.

"Makasih."

Rian mengangguk dan kembali berjalan menuju Ibu Debi. Pembimbing ekskul melukis.

"Eh tunggu dong," teriakku. Aku juga bingung kenapa aku bisa teriak gitu.

Rian menoleh. "Kenapa, Vel?"

Aku yang masih ngos-ngosan ngejer langkah Rian yang cepet banget itu, memberikan tanda stop didepan wajahnya. Kudengar Rian tertawa.

Menyeka keringat didahi dan menyelipkan rambutku dibelakang telinga.

"Gue nggak mau sendirian," jawabku, alibi.

Rian menatapku jahil. "Jadi mau ditemenin gue nih?"

"Nggak juga sih, kan gue cuma mau ngajak kesana bareng," gumamku yang aku yakin masih bisa didengar Rian.

Rian mengacak rambutku, aku menatapnya sebal.

"Yaudah yuk," ajak Rian sambil menarik pergelangan tangan aku. Aku hanya tersenyum dan berjalan mengikutinya.

Tanpa tau kalo ada orang lain yang menatapku dengan penuh kebencian.

.

"Demi apa, Liv. Tadi gue ketemu sama Rian di ekskul," ucapku heboh saat chat dengan Oliv via skype seperti biasa.

"Apasih. Lebay ih lo."

Aku mengerucutkan bibir. "Ya emang sih biasa aja. Tapi ada satu yang bikin gue rada gimana gitu sama Rian."

"Apa?" tanya Oliv sambil meminum jusnya.

Aku menarik nafas. "Dia ngelukis gue."

Tiga kata dari aku itu berhasil membuat Oliv hampir menyemburkan jusnya. Dia menatapku galak.

"Lo serius?"

Aku hanya mengangguk sebagai tanda iya.

"Kak Adrian? Nggak salah? Adrian Alexander, 'kan? Yang ketos itu, right?"

"Iya. Adrian yang ketos itu."

Oliv menatapku berbinar. "Wih hebat lo."

"Emang kenapa?"

"Lo nggak tau kalo kak Adrian terkenal dingin sama cewe?"

"Hah? Tadi Rian orangnya anget banget, nggak dingin kok."

"Lo manggil kak Adri tanpa sebutan 'kak'? Dan lo manggil dia 'Rian'?"

"Iya, kenapa emang? Dia sendiri yang minta gue panggil gitu."

"You must be kidding me. Besok aja deh gue ngasih tau. Biar lebih greget."

"Oke. Eh lo lagi deket sama siapa sih?"

UnexpecatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang