j

2.7K 287 40
                                    

Ahra's POV

Berat. 

Mataku benar-benar terasa berat. Kepalaku juga terasa pening dengan nafasku yang masih naik-turun. Aku mencoba membuka mataku pelan sebelum sebuah suara menyergahku.

"Jangan buka matamu, Ahra."ujar seseorang. 

Tanganku yang menyentuh lantai tiba-tiba tidak merasakan apapun selain hampa, lalu detik kemudian tubuhku memantul di atas ranjang empuk yang aku yakini adalah ranjangku sendiri.

Aku merasakan tubuh seperti remuk karena beberapa kali terbanting ke dinding. Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa laki-laki itu menyerangku?

Tiba-tiba aku tertegun, aku merasakan sesuatu yang dingin menyentuh leherku. 

Mataku terbuka seketika dan menemukan Tuan Muda Lay sedang menyentuh leherku dengan tangan yang bercahaya. Aku melotot tajam tapi setelahnya mataku kembali terasa berat ketika semilir angin entah dari mana menerpa wajahku. 

Penglihatanku terlihat memburam, redup, lalu gelap.

Dyo's POV

Sehun mengikat laki-laki asing itu ke sebuah pilar di gudang mansion. Dia meronta kuat tapi Sehun lebih kuat daripada siapapun ketika marah. 

Mataku, Sehun dan Chanyeol sudah berubah menjadi merah. 

Kalau laki-laki ini berhasil keluar hidup-hidup dari mansion ini berarti dia masih beruntung. Kalau pun tidak, berarti dia sudah berada di masing-masing perut kami.

Chanyeol dan Sehun bergantian memukul laki-laki itu hingga tercipta luka di beberapa sudut wajahnya. Aku hanya berdiri bersandar pada pilar yang lain sambil menunggu eksekusi final.

"Uhuk..."dia memuntahkan darah.

"Kami pasti akan menangkap gadis itu..."ujar laki-laki itu dengan suara parau dan lelehan darah yang menggugah selera masing-masing dari Chanyeol, Sehun dan diriku.

"Kami pasti menangkapnya, seperti kami menangkap tiga bocah itu..."tambahnya lirih sambil berusaha mengangkat dagunya agar terlihat bahwa dirinya masih kuat bertahan.

"Dia benar-benar banyak bicara, ya kan Dyo?"ujar Chanyeol menatapku dengan taring panjang yang keluar dari mulutnya.

"Haruskah aku, menyobek mulutnya?"giliran Sehun yang menyahuti sambil menyeringai ke arahku.

"Haruskah?"tanyaku balik.

Chanyeol's POV

Jujur saja, aku tidak pernah merasakan amarah sebesar ini. Tapi naluri dalam diriku membawa tubuhku bergerak sendiri. Kuku jariku memanjang tanpa kuketahui.

Dyo yang pertama kali bergerak. Aku dan Sehun bertugas menahan lelaki asing yang melukai Ahra kami. Berani-berani dia menyusup ke mansion kami.

Dyo biasa paling tenang dalam sebuah pertarungan tapi mungkin pengecualian untuk kali ini. Biasanya ia hanya menunggu sebelum melakukan eksekusi terakhir, tapi saat ini dia terlihat bermain-main dalam perut lelaki asing itu yang ternyata telah terbelah tanpa kuketahui.

Dia menarik usus halus dari dalam sana sementara lelaki asing berteriak tidak karuan. 

Sehun menatap lelaki asing itu dengan wajah kesal. 

"Yak, apa telingamu tidak sakit?"tanya Sehun menoleh ke arah.

Aku mengendikan bahu santai sebelum Sehun menggorok leher lelaki asing itu dengan kuku-kukunya yang panjang.

Dia mati, tapi aku dan Sehun masih memeganginya agar tetap berdiri.

"Sempurna."gumam Sehun.

"Dyo-ya, apa aku sudah selesai? Aku jadi lapar."tanyaku ketika merasakan kembali gemuruh di dalam perutku.

"Sudah lama kita tidak makan manusia."ujar Sehun menjilat bibirnya sendiri.

"Aku akan ambil bagian kepala."ujar Dyo setelah aku dan Sehun melepaskan pria yang sudah mati itu.

"Mungkin masing-masing kaki untukku dan Sehun. Lebih baik sisakan untuk yang lain juga, mungkin Lay hyung memerlukannya."ujarku dengan Sehun yang mengangguk setuju.

3rd Person's POV

Masing-masing dari Dyo, Chanyeol, dan Sehun mengambil bagian mereka dan melahapnya meskipun darah mengotori seragam mereka. 

Chanyeol nampak sedang menggigiti daging betis sama seperti Sehun, Dyo sendiri terlihat sedang bermain dengan sebuah bola mata sebelum menggigitnya.

Lalu pintu terdengar diketuk.

"Ya! Cepat keluar! Kita perlu bicara!"terdengar suara Xiumin dari luar ruangan. Sehun pun mendengus kesal. Lalu meletakkan sarapan paginya sebari mengusap ujung bibirnya.

Dyo, Sehun dan Chanyeol pun keluar dari ruangan gelap itu, ruangan dimana mereka menjadi diri mereka yang sebenarnya.


kenapa gue geli sendiri baca chapter ini? padalan ga ada apa-apanya sama ff psyco yang pernah gue baca

Who's The Lucky One?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang