Part 10

1.7K 83 0
                                    

"Jadi, apa yang akan kau lakukan setelah bertemu dengan Helena?" Tanya Jack setelah mendangar semua cerita dari Ravenna.

"Entahlah.. tapi jujur saja, aku masih tidak yakin denganmu" ucap Ravenna.

Ya. Ravenna memang masih meragukan Jack. Bagaimana tidak, Jack adalah orang asing baginya. Tapi Ravenna tetap membutuhkan seseorang untuk menemaninya, karena tidak mungkin juga dia mencari Helena sendirian. Ini adalah pertaman kalinya dia meninggalkan istana sangat jauh.

Jack menghela nafas "tidak masalah.. tetap saja maafkan aku"

"Terimakasih. Sebaiknya kau melupakannya atau kau akan merasa bersalah setiap saat" ucap Ravenna sedikit terkekeh dan itu membuat Jack sedikit terpesona olehnya.

"Baiklah" balas Jack sambil tersenyum.

Suasana kembali hening, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Mungkin sebaiknya kau bermalam disini" tawar Jack memecah keheningan.

"Bolehkah?" Tanya Ravenna.

"Tentu saja. Apapun untukmu Tuan Putri"

Ravenna tertawa kecil mendengarnya.

"Terimakasih banyak Jack.. dan jangan panggil aku Tuan Putri lagi"

"Baiklah.."

•••

Suasana hutan kegelapan sangatlah mencekam. Dingin, penuh kabut, dan semuanya berwarna abu-abu. Ditambah lagi dengan pepohonan beracun, hewan-hewan kecil namun mengerikan, dan terkadang disertai bau busuk disepanjang perjalanan.

Prajurit yang dipimpin Georgy terlihat kelelahan semua. Padahal mereka habis istirahat tadi.

"Apa benar rumor bahwa The Darkness Forest menyerap energi manusia yang ada didalamnya iti benar?" Georgy membuka suara. Jujur saja, ia kelelahan sekarang.

"Mungkin benar, karena aku merasa sangat dan semakin lelah. Bukankah sebaiknya kita kembali?" Jawab salah satu prajurit.

"Ya, mungikin sebaiknya kita kembali" Georgy setuju dengan usulnya saat ini. Dia tidak menghiraukan lagi jika Ratu Leona marah nantinya. Demi kebaikan bersama, maka mereka memutuskan kembali menuju istana.

•••

Sinar matahari menyapa Putri yang masih terlelap itu melalui celah-celah jendela, mengganggu tidur lelap Sang Putri. Perlahan tapi pasti, Ravenna membuka matanya untuk memberitahu pada mentari pagi bahwa ia telah terbangun. Dia tersenyum menyambut pagi. Sangat manis. Hal yang tidak pernah dia lakukan setelah Helena pergi adalah tersenyum menyambut pagi. Karena hampir tidak pernah dia melihat sinar matahari di istana yang dipenuhi kegelapan oleh Leona.

"Selamat pagi" sapanya pada burung yang bertengger dijendela. Kicauannya menyejukkan hati Ravenna.

"Selamat pagi" terdengar suara lain menginterupsi mereka. Suara itu terdengar berat.l

"Pagii" balas Ravenna sambil tersenyum pada Jack.

"Aku lapar Jack" lanjutnya. Jack terkekeh mendengarnya.

"Kemarilah, aku sudah menyiapkan sarapan"

"Benarkah?" ucap Ravenna berbinar. Dia turun dari ranjangnya dan mengikuti Jack.

Aroma makanan yang lezat menyambut Ravenna sesaat setelah dia duduk di kursi makan.

"Sepertinya lezat" tebak Ravenna setelah melihat makanan yang tersaji.

"Tentu saja. Makanlah"

Mereka lantas sarapan untuk mengisi kekosongan perut masing-masing.

Setelah selasai makan Ravenna mencuci semua piring kotor, namun Jack mencegahnya. Tapi tetap saja Ravenna yang mencucinya sebagai bayaran menginap di rumah Jack.

"Jack.. Aku akan pergi sekarang. Terimakasih untuk semuanya" ucap Ravenna setelah mereka selesai melaksanakan aktivitas pagi.

"Tidak" balas Jack tegas.

Ravenna mengerutkan keningnya.

"Kenapa? Apa maksudmu?" tanya Ravenna sedikit kebingungan.

"Kau pikir aku akan membiarkan seorang gadis pergi sendirian. Apa lagi seorang putri"

Ravenna terdiam mendengarnya. Sebenarnya dia ingin ada yang menemani. Tapi dia merasa tidak enak dengan Jack jika dia minta tolong Jack lagi. Dia tidak mau merepotkan orang lain.

"Tapi.. Aku akan merepotkanmu"

"Tentu saja tidak! Aku akan ikut denganmu. Anggap saja aku sebagai pengawalmu. Bagaimana?" tawar Jack. Dia tidak tega membiarkan Ravenna pergi sendirian. Ditambah lagi luka di lengan Ravenna yang tentu saja belum sembuh.

Ravenna berpikir sejenak.

"Baiklah.. Jika kau tidak keberatan-"

"Aku tidak keberatan" potong Jack cepat.

"Terimakasih Jack"

•••

"Helena! Bisa tolong ambilkan ember air di gudang?" teriak wanita paruh baya pada gadis kesayangannya.

"Tentu ibu" balas gadis yang bernama Helena itu.

Helena berjalan menghampiri ibunya sambil membawa ember air ditangannya.

"Bisakah kau yang mengambil air disungai? Air sumur kita ternyata kering"

"Tentu saja"

•••


The Darkness Princess (HIATUS)Where stories live. Discover now