PART 5

987 52 0
                                    

VOTE SEBELUM BACA!

***

            Sulit dipercaya ketika ibumu dan teman lelakimu sekarang berbicara begitu akrab seperti keponakan yang tidak pernah bertemu dengan bibinya selama bertahun-tahun. Aku bahkan diabaikan oleh Aaron walau sesekali ia memegang tanganku yang bersandar di atas meja bar. Awalnya aku memang berpikir untuk tidak mabuk, namun aku merasa bosan karena menatapi mereka berbicara satu sama lain. Seolah-olah aku tidak ada di hadapan mereka. Ibuku berdiri di tengah- tengah kami, menolak untuk duduk dekat denganku. Atau menari di lantai dansa. Aaron mengangguk-angguk saat ibuku berbicara tentangku –hanya yang baik-baik saja. Kebiasaan ibuku memang selalu seperti itu, melebih-lebihkan kelebihanku dulu. Aaron memuji karya ibu terhadap rambutku. Klasik. Tatapan mata ibuku terhadap Aaron benar-benar cerah. Biasanya ia tidak suka aku dekat dengan seorang pria seperti Aaron, makanya saat aku tahu ia akan datang ke sini, aku merasa itu adalah masalah besar. Ternyata aku kalah telak. Sebentar lagi aku akan direstui dengan Aaron.

            Kepalaku kusandar ke atas lengan yang kusandarkan di atas bar. Memerhatikan mereka berbicara. Kupejamkan mataku sesaat. Saat mataku terpejam, ruangan ini terasa sangat bising. Sebenarnya aku tidak mengantunk, aku hanya merasa bosan karena diabaikan. Padahal aku yang diajak oleh Aaron untuk minum-minum bersama. Tapi ibuku datang dengan segala pesonanya. Sempurna sekali. Otakku berpikir tentang pendekatan Aaron yang lucu karena ia mengajakku datang ke sini atas permintaan maafnya. Bodohnya, aku menerima. Mataku terbuka saat kudengar Aaron tertawa mendengar cerita ibuku, membuatku ikut tertawa meski tidak mengerti apa yang ibuku katakan. Jika kuperhatikan Aaron, dia benar-benar tampan. Dan rasanya kurang nyata jika sekarang aku berada di hadapannya sementara jari-jari kami saling mengait. Diam-diam aku tersenyum. Aaron melirikku sebentar, ia menggigit bibir bawahnya dengan tatapannya yang menggoda. Perutku menegang melihatnya sampai-sampai aku harus menegakkan tubuhku. Ibu melirikku dengan mata yang menyipit.

            “Apa?” Tanyaku bingung karena mereka berdua menatapku. Aaron lebih memikat dibanding ibu. Aku merengut. “Apa yang kulakukan?” Tanyaku semakin bingung, mereka tak menjawab dalam hitungan detik. Aaron akhirnya tersenyum.

            “Mom sepertinya harus pulang. Berbicara dengan Aaron rasanya lebih puas dibanding minum-minum. Sampai jumpa Aaron,” ibuku pergi dari hadapanku yang refleks membuatku beranjak dari kursi lalu memegang tangannya dengan erat. Ibu membalikkan tubuhnya, melihat wajahku dengan bingung. “Ada apa, Kath?”

            “Bukankah aku harus pulang denganmu, Mom? Mengapa kau pergi?” Tanyaku menautkan kedua alisku, sedikit takut. Entah mengapa percakapan Aaron dan ibu ada hubungannya denganku namun aku tidak memerhatikannya jadi aku ditinggal di sini dengan alasan ibu telah berbicara dengan Aaron sesuatu tentangku. Ibuku terkekeh pelan dengan kepalanya yang tergeleng-geleng. Apa-apaan yang sedang terjadi? Pasti aku terlalu mabuk untuk mengerti apa yang terjadi. Aaron dari belakang memegang tanganku yang lain, yang tidak memegang tangan ibuku. Aku menoleh ke arahnya, memprotes.

            “Kau akan pulang dengannya. Mom yakin kau akan baik-baik saja selama kau bersama dengan Aaron. Benar kan Aaron?” Tanya Ibuku melihat Aaron dengan raut wajah membujuk. Seperti mendapat angin, Aaron mengangguk-angguk penuh keyakinan. “Kalau begitu Mom pulang sekarang. Selamat bersenang-senang,” ibu menarik tangannya dari genggamanku. Dan Aaron menahan tanganku. Ibuku menghilang begitu saja dari pandanganku setelah ia melewati lantai dansa. Sungguh, aku kesal sekarang. Setelah melewati masa-masa bosan karena ibu dan Aaron mengabaikanku, sekarang aku ditinggalkan –meski ada Aaron yang sekarang memegang tanganku.

            “Sekarang apa?” Tanyaku kesal melihat Aaron. “Sebenarnya kau tidak perlu mengajakku ke sini jika hanya untuk meminta maaf atas apa yang kauperbuat kemarin,”

TOUCHING FIRE'S WATER || HERREN JERKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang