Desember 2015 - So Sick

Mulai dari awal
                                    

"Batu es," jawab Oriana seadanya.

"Buat apa?"

Arga menatapnya dan Oriana memilih mengalihkan pandangannya—dia takut Arga melihat matanya yang bengkak dan memilih tidak menjawab.

"Batu es sama apa?" tanya Arga sambil duduk di sebelahnya dan mengalah untuk bertanya lagi.

"Mangkuk sama waslap."

Es batu dan mangkuk ada, sementara waslap? Arga mengingat sepertinya dia tidak pernah memiliki benda itu di apartemennya. Dia pun berinisiatif menggantikan waslap dengan sapu tangan miliknya.

Ditaruhya semua benda yang terkumpul itu di atas meja ruang tamu. "Apa yang mau dikompres?"

"Kok kamu nggak kerja?" Oriana malah mengalihkan pertanyaan.

"Kesiangan," jawab Arga sambil menghela napas. Daritadi pertanyaan yang dia berikan pada Oriana tak diacuhkan. "Perlu bantuan lagi?"

Oriana menggeleng. "Makasih..."

Arga kembali ke dapur, membuka kulkas dan ingin melihat apa saja yang bisa disantap untuk menu sarapan mereka. Hanya ada telur, susu, roti, nutella dan buah-buahan segar. Semenjak menikah, buah-buahan tidak pernah absen dari kulkasnya, Oriana itu rakus kalau sama buah. Arga jadi hapal sama kebiasaan Oriana yang lebih suka makan buah daripada makanan berjenis karbohidrat.

Tidak ada yang menggugah seleranya untuk sarapan. Setelah semalam memakan junkfood, Arga membutuhkan makanan sehat.

"Sarapan apa kita?" tanya Arga, seolah-olah perbincangan tentang menu sarapan adalah hal yang setiap hari mereka bicarakan.

Oriana yang sedang memegang batu es yang dibungkus sapu tangan, menengok pada Arga. Mereka jaraaang sekali sarapan bersama. Arga pagi-pagi sekali sudah meninggalkan apartemen, jadilah Oriana hampir setiap hari sendirian menghabiskan sarapan sehatnya bersama jus buah, atau potongan buah segar.

"Kamu habis nangis?" Arga malah mendekat, duduk di sebelah Oriana dan mengamati mata sembab Oriana.

Dipandang Arga begitu, Oriana jadi salah tingkah. "Kangen sama mama," jawabnya bohong.

Arga diam sejenak dan memandangi Oriana yang mengompres kelopak matanya bergantian. Yang orang-orang tahu, Oriana adalah perempuan ceria... Tidak sekalipun, Oriana mau menunjukan kesedihannya.

Oriana pasti sangat kehilangan mamanya.

Tiba-tiba saja Arga merangkul Oriana dan membawa tubuh istrinya itu ke dalam pelukannya. Tidak ada kata-kata apa yang keluar dari Oriana ataupun Arga. Diciumnya puncak kepala Oriana...

Ini pertama kalinya Arga memeluk dirinya. Jangan tanyakan bagaimana rasanya ... karena Oriana terlalu bahagia hingga air matanya jatuh kembali di dada Arga. Bener kan, Arga itu emang pelukable banget...

"Nanti pulang dari Bangka, saya antar ke makam mama. Kamu jangan nangis lagi... " Arga menepuk punggung Oriana pelan.

Oriana mengangguk dan dengan berat hati harus melepaskan diri dari pelukan Arga. Tapi...tapi tangan Arga tiba-tiba memegang pinggang Oriana dan reflek membuat tubuh Oriana menjauh.

"Tadi kamu jatuh duduk begitu, sakit nggak?" Arga bertanya dan sekarang memegang kedua lengan Oriana,"Coba berdiri."

Oh Tuhan, ini anugerah atau musibah?

Oriana mencoba berdiri, dibantu oleh Arga. Sedikit nyeri tapi sudah tidak sesakit tadi. Mereka berhadapan dan Arga masih memegang tangan Oriana dengan wajah khawatir. Pose ini pasti akan manis sekali kalau dijadikan sesi foto prewed!!! Nanti, kalau sudah semakin dekat dengan Arga, Oriana berjanji dia akan mengajak Arga untuk foto selfie bersamanya...

Oriana's Wedding Diary (Akan Tersedia Di Gramedia 8 Mei 2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang