Prolog

6.4K 407 25
                                    

"Darah ... darah ...." Aku duduk di pojok ruangan kelas dengan tubuh yang gemetaran. Bibirku tak henti-hentinya menggumamkan kata "Darah".

Mataku terus menerawang ke seisi ruangan kelas. Takut, kalau mereka akan segera menemukanku.

Tap! Tap! Tap!

Jantungku berdegup cepat. Kudengar suara langkah kaki mendekat dari balik pintu kelas.

"Siapa ...?" tanyaku setengah berbisik.

"Ami, apakah kau di dalam sana?" bisik seseorang.

🔫

Aroma sakura mekar mulai menyelimuti atmosfer kota Tokyo. Kelopak-kelopaknya yang mulai rapuh beterbangan ditiup angin dan jatuh mengenai seragam baruku.

"Akhirnya ... Okaasan, Otousan! Aku akan memulai masa depan cerahku di SMA ini," gumamku mantap.

SMA Sakuramigaoka, tempat impian semua remaja. Tempat di mana semua remaja bisa menggapai impian mereka dengan mudah. Tempat di mana aku akan mengubah hidup keluargaku.

Aku melangkahkan kakiku ke dalam pesona sekolah ini. Di sisi kiri dan kanan jalannya terdapat pohon-pohon sakura. Taman yang ditumbuhi pohon-pohon rindang menyejukan mataku. Anak-anak baru berjalan santai di jalan utama sambil menikmati saat-saat kemenangan ini.

BRUK!! Karena asyik melamun, aku pun jadi menabrak seseorang.

"Aduh ...!" ringisku pelan.

Kemudian sesosok pemuda jangkung yang tidak sengaja kutabrak menoleh ke arahku. Bibirnya tersenyum ramah.

"Anak baru, ya?" tanya pemuda jangkung itu.

"Iya," jawabku tegang.

"Jangan tegang begitu, aku tidak akan menggigitmu, kok!" rayunya dengan senyum jahil yang terukir di wajah.

"Kamu senior disini, apa aku benar?" tanyaku memastikan.

"Begitulah, aku kelas 3 Matematika A," jawab pemuda itu lagi. Namun kali ini bibirnya tampak nyengir kuda ke arahku.

"Aku kelas 1 Bahasa B," balasku ramah, berusaha memperkenalkan diri.

"Bahasa ya ...?" gumam pemuda itu serius. Seketika pandangannya berubah kosong.

"Iya, aku ingin--" ujarku terpotong karena si pemuda tadi langsung menyela.

"Dengar, jangan pernah ceritakan pertemuan kita kepada siapa pun. Lalu setelah ini lupakanlah aku!" ujar pemuda itu dengan nada dingin.

Ekspresinya seketika berubah 180 derajat. Ada apa dengan orang ini?, batinku kalut.

"Satu lagi, selalu waspada jika kamu mau tetap hidup dan lulus dari sekolah ini!" Setelah mengatakan itu, si pemuda jangkung langsung berlalu begitu saja dari hadapanku. Auranya sangat berbeda dari sebelumnya. Awalnya dia terasa hangat namun seketika ia jadi begitu dingin dan kaku.

Angin dingin berhembus mengenai tengkuk leherku, membuat bulu kudukku berdiri ke atas. Aku mengalihkan pandanganku ke arah pohon-pohon rindang di taman. Daun-daunnya yang hijau melambai ditiup angin.

Lalu di kaki salah satu pohon, aku melihat sebuah kapak bersender disana.
Kapak itu amat besar, persis dengan yang selalu digunakan tukang kayu untuk memotong kayunya.

"Kenapa bisa ada disitu?" gumamku hampa. "Ah, mungkin mereka mau menebang salah satu pohon di taman."

"Tapi ... aku tidak ingat kalau kapak bekas memotong kayu bisa meninggalkan noda merah di ujung tajamnya."

Kriingg ...!

Sial, gara - gara kebanyakan melamun dan memikirkan hal aneh, aku jadi lupa kalau hari ini ada upacara penerimaan siswa baru. Aku harus bergegas. Aku tidak boleh sampai terlambat di momen bahagiaku ini!!

🔫

Gakkou SurvivalWhere stories live. Discover now