Chapter [16]

Beginne am Anfang
                                    

"Rambutnya dikuncir aja," bisik Gadhra kecil. "Lebih cantik."

Via tersenyum kecil mendengar perkataan Gadhra yang sudah berjalan mendahuluinya. Perempuan itu mengambil karet rambutnya yang ia taruh di dalam kantung seragamnya dan mengikat rambutnya sambil berlari menyusul kedua temannya.

Karena fokus Via saat itu sedang terbagi-bagi, perempuan itu tidak sengaja menabrak seseorang yang juga sedang berlari menuju pintu masuk. Kedua orang itu langsung jatuh ke aspal. Suara rintihan keduanya membuat Gadhra dan Enda menghentikan langkahnya dan melihat ke arah suara. Kedua lelaki itu langsung berbalik dan menghampiri Via.

"Kalian gakpapa?" tanya Gadhra kepada kedua perempuan yang terjatuh tadi. Tangan laki-laki itu menggenggam tangan Via dan membantunya untuk berdiri. Enda yang berada di sebelah Gadhra membantu perempuan yang tidak sengaja ditabrak oleh Via untuk berdiri.

"Gakpapa gue," kata Via kepada Gadhra. Perempuan itu melihat ke arah orang yang ditabraknya. "Duh sorry banget ya, gue ga merhatiin jalan. Lo gakpapa?"

Perempuan itu menggeleng. "Gue gakpapa kok, gue juga salah tadi buru-buru banget," katanya sambil tertawa.

Via tersenyum lega mendengar perkataan orang tersebut. Ia menjulurkan tangannya dan memperkenalkan dirinya. "Via."

Perempuan itu tersenyum dan membalas juluran tangan Via sambil memperkenalkan dirinya. "Tahira."

Setelah memperkenalkan Gadhra dan Enda kepada Tahira, keempat siswa itu kemudian lanjut berlari menuju pintu masuk. Untungnya mereka belum terlambat dan langsung berjalan menuju lapangan sekolah dan memasuki barisan para siswa baru.

Tidak lama setelah mereka berempat berbincang-bincang kecil, beberapa senior memasuki lapangan dan menyebar ke seluruh siswa baru yang sedang berbaris.

"Selamat pagi semuanya! Selamat datang di sekolah baru kalian."

****

Gadhra turun dari mobilnya dan berjalan menuju gedung yang sudah lama tidak ia kunjungi. Gedung itu tampak tidak terlalu berbeda dibandingkan kurang lebih dua tahun yang lalu.

Laki-laki itu melangkah menuju pintu gerbang, yang di atasnya terdapat spanduk bertuliskan 'Selamat Datang Para Alumni SMA Bina Bangsa'. Seketika suasana nostalgia menghantui pikiran dan perasaannya. Tidak banyak yang berubah pikirnya, hanya saja cat dindingnya terlihat lebih baru.

Sebelum berjalan menuju hall sekolah, Gadhra memilih untuk berjalan mengelilingi lantai satu. Langkahnya terhenti saat ia melewati sebuah ruangan yang sangat berkesan baginya. Kelas dimana Gadhra, Enda, Via, dan Tahira sekelas untuk pertama dan terakhir kalinya.

Tahun pertama SMA merupakan tahun yang paling menyenangkan menurut Gadhra. Karena di tahun kedua mereka, keempatnya saling terpisah. Via dan Tahira tetap sekelas, namun Gadhra dan Enda berada di kelas yang berbeda.

Setelah puas berkeliling lantai satu, Gadhra memutuskan untuk berjalan menuju hall yang terletak di bagian gedung yang terpisah dari gedung kelas. Suasana hall sekolah disulap oleh para Event Organizer menjadi tempat yang berkesan cukup fancy. Terdapat beberapa meja dan kursi yang tersusun di salah satu bagian hall, bagian lainnya dipenuhi oleh makanan dan ruang untuk para alumni berdiri sambil bercengkrama satu sama lain.

Mata Gadhra bekerja untuk mencari beberapa orang yang akan ia temui. Laki-laki itu berjalan mengitari hall sambil sesekali menyapa teman seangkatannya dan beberapa senior juga juniornya. Lelaki itu tersenyum kecil saat menemukan sosok Enda dan Tahira di antara  kerumunan alumni yang berada di dalam hall. Ia berjalan menghampiri keduanya.

Karena acara reuni ini bertema 'Classy White', maka setiap alumni yang datang wajib menggunakan pakaian bernuansa putih. Gadhra menggunakan kemeja putih lengan panjang yang lengannya digulung, dan jeans berwarna gelap. Pakaian Enda tidak berbeda jauh dengan Gadhra, hanya saja ia menggunakan celana berwarna cream. Tahira tampil cantik dengan dress putih polos di atas lututnya, dan dengan make-up tipis yang menghiasi wajahnya.

"Hey Dhra!" Tahira menyapa Gadhra sambil memeluk kecil temannya. Gadhra membalas pelukan kecil itu dan beralih ke arah Enda yang menepuk pundaknya.

Gadhra melirik ke arah Tahira. "Kok lo belom balik ke Melbourne?"

Tahira tertawa kecil. "Jadi lo mau nya gue balik nih?" tanyanya.

Pertanyaan Tahira membuat Gadhra tertawa kecil dan menoyor kepala Tahira. "Iya, gerah gue liat lo disini."

Tahira mendekati Enda dan menarik-narik baju laki-laki itu. "Nda! Gadhra nyebelin." Tangan kanan perempuan itu menunjuk ke arah Gadhra.

Gadhra tertawa dan menghampiri Tahira. Telapak tangan laki-laki itu bergerak menutupi seluruh wajah Tahira yang membuat Tahira berusaha melepaskan tangan Gadhra dari wajahnya.

"Udah lama juga ga main sama lo Ta," kata Gadhra.

Enda yang melihat kejadian itu tertawa dan menarik tangan Gadhra.

"Apaan nih pegang-pegang Tahira!" katanya.

Mendengar perkataan Enda, Gadhra melepaskan tangannya dari wajah Tahira yang langsung membenarkan rambutnya.

"Lo berdua pengen gue nikahin," kata Gadhra yang dibalas dengan pelototan tajam oleh Tahira dan Enda yang langsung tertawa sambil mengacungkan jempol kepada Gadhra.

Tawa Gadhra terhenti saat ia menyadari beberapa pasang mata sedang melihat ke arah mereka. Gadhra langsung berjalan satu langkah mendekati Tahira dan Enda.

"Ta, emang di gigi gue ada cabe ya?" tanyanya kepada Tahira sambil menunjukkan giginya yang dibalas dengan tatapan jijik oleh Enda dan Tahira.

"Gila ya ni orang!" Tahira memukul bahu Gadhra. "Kok lo random gitu njir?"

"Gue serius Ta," Gadhra masih merasakan beberapa pasang mata melihat ke arah mereka. "Itu kenapa pada liatin sih. Ato jangan-jangan di gigi lo yang ada cabe." Telunjuk Gadhra bergerak menunjuk ke arah bibir Tahira.

"HAH? Emang ada?" Tahira menunjukkan giginya kepada Gadhra dan Enda.

"Buset ni cewe urat malunya udah ilang Dhra!" kata Enda kepada Gadhra yang dibalas dengan pukulan di bahu Enda oleh Tahira.

"Ya kan tengsin gue di reuni gini masa pas ketawa ada cabe," kata Tahira sebal. "Kalo sama lo berdua doang mah gue bodo amat."

Enda yang juga merasa beberapa pasang mata masih melihat ke arah mereka langsung merasa risih. "Tapi gue juga ngerasa sih lagi pada ngeliat kesini."

"Masa sih?" Tahira yang tidak merasa diperhatikan mengalihkan pandangannya melihat sekitar. Seketika matanya terpaku pada seseorang di belakang mereka yang sedang berjalan mendekatinya. Ia langsung menutup mulutnya dan dapat dilihat perempuan itu cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Ta, Ta, apaan sih jangan bikin gue takut deh," kata Gadhra yang parno melihat raut wajah Tahira.

"Via?"

T R A P P E DWo Geschichten leben. Entdecke jetzt