14

4.4K 372 50
                                    

"Kupikir kau akan datang besok pagi," ucap Javier dengan gugup menyilakan Katia masuk. Wanita itu melangkahkan kaki melewati ambang pintu flat milik Javier. Melirik sekilas pria itu sebelum melepas mantel kulit hitamnya.

"Kau yakin dia sudah sadar?" tanya Katia langsung sedang Javier melongok ke belakangnya. "Apa yang sedang kau cari?"

Javier mengembuskan napas lega, cepat-cepat menutup pintu di belakangnya. "Ya, dan tidur lagi. Aku sudah bersikap seperti orang gila dan mengalihkan perhatiannya seperti yang kau minta. Kau tidak datang bersama Alexis?" Suaranya terdengar lebih menyerupai cicitan karena tidak dapat menahan kegembiraan. Kali ini, ia aman dari sang terminator tim Alpha.

Katia mengangkat alis tinggi. Gerakan mengganti boot dengan sandal rumah cadangan di tempat Javier terhenti sesaat. Seketika benaknya melayang pada Alexis sebelum meninggalkan rumah tadi. Jika dalam kondisi normal dan jawaban pria itu berbeda, mungkin Katia akan mempertimbangkan untuk memberitahukan permasalahan ini pada Alexis. Bahkan ia tidak akan berpikir ribuan kali untuk mengajaknya menemui Benjamin Gideon langsung. Namun, perasaan Katia mendadak buruk.

Sejak awal Katia memang ingin melibatkan Alexis. Namun, nalurinya mengatakan untuk mencari tahu terlebih dulu apa yang disembunyikan Alexis darinya sebelum menarik pria itu dalam kekacauan ini. Bagaimana pun juga, Katia lebih lama mengenal Alexis. Meski hafal lekuk tubuh dan kebiasaan Alexis karena telah hidup sejak kecil bersamanya, dalam beberapa hal Katia masih tidak mampu memahami pemikiran pria itu.

Pria itu pasti punya alasan, pikir Katia. Selebihnya, Katia tidak ingin memercayai jika Alexis melakukan hal buruk atau berubah menjadi orang berbahaya misalkan. Katia ingin memastikan Alexis masih sama seperti dulu. Dan ia hanya ingin mematahkan kecurigaannya.

"Tidak." Katia mengambil napas panjang untuk menatap Javier. "Mulai hari ini, Marcus menugasi Alexis untuk menjadi pengawal pribadi Amari Coleman. Dia sudah berkemas untuk tinggal di rumah dinas perdana menteri barusan. Beban tugasnya sudah cukup banyak untuk ikut pusing memikirkan masalah ini," jelas Katia memasuki flat bergaya retro itu.

Javier memang cukup pelit untuk keluar uang dalam hal makanan, keluh Katia. Akan tetapi, Katia menyukai ketertarikan pria itu dalam hal seni. Salah satunya dengan memenuhi dinding kosongnya dengan mural, berwarna-warni yang mengagumkan. Terkadang, Javier mengundangnya untuk menonton langsung atraksi mengecat dinding itu yang Katia terima dengan senang hati. Javier tidak jauh berbeda dengan Alexis. Pria itu tidak segan-segan mengosongkan tabungannya untuk membeli lukisan langka yang terselamatkan dari perang dulu untuk memenuhi ruang tengah rumah mereka. Yang bahkan Katia sendiri tidak pernah terpikirkan untuk mendeskripsikan bagian mana bagusnya garis abstrak atau percikan cat yang lebih terlihat seperti tumpahan kaleng cat yang tersenggol dapat memiliki sebuah makna.

Pun dengan tattoo sayap besar yang didapatinya di punggung Javier. Pria itu begitu terobsesi menjadi malaikat. Katia tidak terlalu paham selera para pria di sekelilingnya.

Javier menerima tas jinjing besar yang dilemparkan Katia dan meringis senang. "Syukurlah."

"Syukurlah?"

"Maksudku, sayang sekali kalian harus berjauhan untuk sementara waktu, bukan begitu?" ralat Javier, memaki mulutnya dalam hati. Jika Alexis menyerupai terminator, maka Katia tidak akan jauh berbeda, pikirnya.

Katia mengulum senyum samar mengerti reaksi Javier. " Kau tidak perlu khawatir, Alexis cukup bersabar mendengarkan ide-ide terliarmu tentangku. Dia bahkan sering mendiskusikan denganku beberapa sebelum tidur."

Rahang Javier terbuka sesaat sebelum berdeham menutupi rasa malunya. "Oh, itu, er, aku tidak sungguh-sungguh, kau tahu—"

"Aku menyesal baru memberitahumu sekarang, Javie," potong Katia membuat mereka terjebak dalam diam selama beberapa saat.

REBORN (#1 Act)Where stories live. Discover now