Broken Heart 16~ Rahasia yang tersimpan

6.1K 211 0
                                    


Jangan biarkan aku melepas genggam erat tangannya, aku sangat mencintainya dan tak ingin kehilangannya.—AD












— — — —


"Hallo mama Vita. I'm come here."  Teriak Naya dari arah pintu.

"Eh, ada Zona sayang." Vita yang sedang menonton televisi bangkit dari sofa empuknya.

Tanpa befikir panjang Vita langsung menghamburkan sebuah pelukan rindunya kepada Naya. Sudah lama Naya tidak bermain di rumah Tata. Terakhir kali yang diingatnya waktu pas ia dititipkan oleh orang tuanya di sini. Naya sangat rindu sekali rumah ini. Tak pernah berubah bentuknya, masih sama seperti empat tahun yang lalu. Dengan keharmonisan keluarga ini kadang Naya suka iri karena tidak seharmonis keluarganya. Naya kadang iri dengan Tata yang mendapatkan Kasih sayang penuh dari orang tuanya. Tidak sepertinya dengan kedua orang tuanya yang selalu di sibukkan oleh pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan.

Namun, dengan sepenuh hati kebaikan dari keluarga Hermansyah. Naya mendapatkan  Kasih sayang itu. Walaupun tidak dari orang tuanya sendiri. Naya sudah menganggap keluarga Hermansyah sebagai keluarganya sendiri.

Setelah Naya kangen-kangenan dengan Vita. Naya dan Tata ke atas melewati beberapa anak tangga. Menuju kamar Tata. Untuk beristirahat dan juga sambil menikmati cemilan sehabis yang mereka berdua beli di minimarket.

Sesaat sesudah hampir sampai ke kamar Tata. Zay keluar dari kamarnya dan berpas-passan dengan Naya dan Tata. Matanya menyorot tajam Naya tertanda tak suka kehadirannya disini.

"Ngapain kamu kesini?" Tanya Zay dengan ketus.

"Eh, kak Zay, makin caem aja deh. Makin emes." Goda Naya.

"Ga usah memutar balikkan fakta. Aku tanya, kamu ngapain kesini? Mau buat ulah lagi akan ku—"

"Kak cukup!" Tata memotong Zay yang hampir menerkam Naya. "Naya tuh kesini cuma mau menginap karena di rumahnya sepi. Dia kan udah lama juga engga kesini. Lagian kakak kenapa sih, akhir-akhir ini aneh banget?" Cecar Tata. Ia menatap kesal Zay yang jadi aneh akhir-akhir ini.

"Kakak cuma engga mau kamu tertipu daya oleh orang lain, kakak ingin yang terbaik buat kamu, Ta." Jawab Zay.

Tata tahu maksud dari Zay adalah alasan karena sebagai kakak yang sayang pada adiknya. Kekhawatiran Zay yang terlalu overprotektif itu membuat Tata lama kelamaan menjadi jengah. Selalu mengintograsi teman-temannya lalu berfikir yang tidak-tidak tentang teman-temannya. Dan juga...

"Termasuk aku harus putus sama Ozi. Iya." Sergah Tata.

"Iya. Pokoknya kamu harus putus sama dia sebelum semuanya terlambat, kakak engga mau tau pokoknya—"

"Udahlah, Kak. Engga usah ngatur-ngatur hidup aku. Terserah aku mau bergaul dengan siapapun. Terserah aku mau pacar dengan siapapun. Toh, aku ini yang menjalaninya bukan kakak. Jadi, kakak jangan ngelarang-larang aku lagi, okey." Tata meninggalkan Zay dan masuk ke kamarnya."Ayo nay, masuk." Tata menarik tangan Naya memasuki kamar.

"Ta, kakak tuh— " Tata tidak menggubris omongan Zay. Malah membanting pintu kamarnya. Di balik pintu Zay masih ingin melanjutkan pembicaraannya. "kakak tuh sayang sama kamu, kakak tuh peduli sama kamu, kakak cuma engga mau hal itu terjadi, Ta. Kakak engga mau kamu sampai terluka. Itu saja." Tata masih mendengar suara Zay di balik pintu. Ia tahu kakaknya sayang padanya namun mengapa kakaknya selalu mengekangnya, membatasi dirinya untuk berteman dengan siapapun.

"Maaf, Ta. Semua gara-gara kakak. Maaf juga kakak engga bisa cerita yang sebenarnya sama kamu." ucap Zay dalam hati. Zay merasa bersalah karena perbuatannya dan adiknya malah akhirnya yang kena batunya. Itulah yang Zay takuti. Tak ingin adiknya tersakiti. Ini problemanya namun adiknya tidak boleh masuk ke list problemnya juga.

Apalagi harus memutuskan seseorang yang sangat di cintainya. Karena Zay adalah seorang playboy dari sma-nya hingga saat ini. Dan, Zay tidak akan tahu bagaimana rasanya jatuh Cinta. Bagaimana rasanya mencintai dan dicintai? Bagaimana rasanya tak ingin kehilangan?

"Ta, jangan nangis lagi. 'Kan udah ada aku disini."  Tata memeluk Naya dan mengeluarkan semua buliran tetesan air matanya yang kian menderas. "aku engga mau Nay, aku engga mau putus sama Ozi. Kamu tau sendiri 'kan, aku sayang sama Ozi." Tata menghentakkan tangannya di ranjang. "Ah, aku sebel sama kak Zay!"

"Aku ngerti kok perasaan kamu saat ini. Tapi, Kamu engga boleh gitu sama kak Zay, gitu-gitu juga itu kakak kamu, harus bersyukur loh punya kakak ganteng." Naya terkekeh, sambil mengelus-ngelus punggung Tata .

"Makasih ya, Nay. Udah mau ngertiin aku. Selalu ada buat aku." Kata Tata di sela-sela tangisnya yang sesenggukan.

"Nah, sekarang senyum dong, " Naya memegang bahu Tata dan melepaskan pelukan darinya. "Ih, gila. lo jelek banget kalau lagi nangis, Ta. Kaya monyet masa."

"Ish Naya, jahat." Tata tertawa renyah sambil memukul lengan Naya.

"Nah, gitu dong. Senyum itu kan ibadah." Naya tersenyum merekah.

"Nah, sekarang kita serbu makanannya." Tata mengambil cemilan yang sehabis di belinya di minimarket.

"Lah...kalo sama makanan inget aja." Naya menganga lebar. "Eh, Ta, oi, punyaku jangan dihabisin."

Tata dan Naya menikmati cemilan demi cemilan hingga terkuras habis tak tersisa. Di malam yang di penuhi dengan bintang-bintang yang berkerlip indah juga bulan sabit yang bersinar terang. Malam yang sunyi ditemani dengan suara merdu jangkrik yang berkicau. Ditambah suara katak yang berirama selepas hujan deras turun. Suara kombinasi dari katak dan jangkrik mengiringi malam indah kali ini. Meski suasana tadi tak sepadan dengan keindahan langit malam.



Broken HeartWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu